Liputan6.com, Khartoum - Arab Saudi menjadi negara pertama yang mengumumkan evakuasi warganya dari Sudan, sepekan lebih setelah pertempuran sengit pecah antara dua kekuatan yang bersaing.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa "beberapa warga negara dari negara-negara saudara dan sahabat" sedang dievakuasi bersama dengan warga Arab Saudi. Warga negara Kuwait termasuk di antara puluhan orang yang dibawa ke tempat aman, tetapi tidak jelas warga negara lain mana yang terlibat. Demikian seperti dilansir CNN, (Minggu 23/4/2023).
Pengumuman itu muncul setelah Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengatakan, mereka siap membantu mengevakuasi warga negara asing.
Advertisement
SAF mengatakan dalam pernyataannya pada Sabtu (22/4) bahwa pemimpinnya, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah setuju memberikan bantuan yang diperlukan untuk memfasilitasi evakuasi aman warga negara asing dari negara itu sebagai tanggapan atas desakan dari sejumlah kepala negara.
"Evakuasi semua misi yang negaranya mengajukan permintaan seperti itu diperkirakan akan dimulai dalam beberapa jam mendatang... Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan China akan mengevakuasi diplomat dan warga negara mereka melalui udara dengan pesawat angkut militer milik angkatan bersenjata masing-masing dari Khartoum dan (langkah) ini diharapkan segera dimulai," sebut SAF dalam pernyataan yang diposting di halaman Facebook-nya.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa seluruh pegawai pemerintah AS telah berada di lokasi yang aman.
"Kami menghubungi kedutaan kami, yang telah mengonfirmasi bahwa semua pegawai pemerintah AS telah diperhitungkan dan berada di lokasi yang aman," kata juru bicara itu. "Mengingat bahwa militer AS telah memposisikan pasukan di dekat wilayah tersebut, kami siap untuk melakukan evakuasi bantuan militer terhadap personel pemerintah AS jika keadaan membutuhkannya."
Tidak jelas berapa banyak warga AS di Sudan. Kementerian Luar Negeri AS tidak memiliki data soal jumlah resmi warga AS di negara asing mengingat warga AS tidak diharuskan mendaftar ketika mereka pergi ke luar negeri. Para pejabat Kementerian Luar Negeri AS mengatakan kepada stafnya bahwa diperkirakan ada 16.000 warga negara AS di Sudan, kebanyakan dari mereka berkewarganegaraan ganda.
Mantan Sekutu yang Bertempur
Pertempuran sengit pecah di Sudan Sabtu (15/4) antara SAF dan RSF, yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo.
Keduanya adalah mantan sekutu tetapi ketegangan di antara mereka muncul selama negosiasi untuk mengintegrasikan RSF ke dalam militer negara tersebut sebagai bagian dari rencana untuk memulihkan pemerintahan sipil.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 420 orang tewas dan 3.700 terluka dalam pertempuran itu dan di lapangan situasi kemanusiaan semakin memburuk.
PBB mengatakan orang-orang semakin banyak melarikan diri dari daerah yang dilanda pertempuran, termasuk Khartoum.
"Hingga 20.000 pengungsi telah tiba di negara tetangga Chad," sebut PBB.
Pada Sabtu, bentrokan baru antara kedua kelompok tersebut menghancurkan gencatan senjata tiga hari yang diumumkan selama Idul Fitri.
Pertempuran dilaporkan terjadi di Khartoum, dengan saksi mengatakan kepada CNN bahwa bentrokan sengit terjadi di sekitar istana presiden dan suara ledakan serta pesawat tempur yang terbang terdengar.
Advertisement
Ada 1.500 Warga Negara Eropa di Sudan
Dagalo mengatakan, dia berbicara dengan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna pada Sabtu dan mereka membahas situasi saat ini, alasan yang menyebabkan situasi memburuk, dan kemungkinan membuka koridor evakuasi.
Juga pada Sabtu, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memimpin pertemuan darurat untuk membahas situasi tersebut.
Upaya evakuasi Inggris disebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tetapi juru bicara pemerintah mengatakan kepada CNN bahwa mereka melakukan segala kemungkinan untuk mendukung warga negara Inggris.
Seorang juru bicara Uni Eropa mengatakan bahwa diperkirakan 1.500 warga negara dari berbagai negara Uni Eropa saat ini berada di Sudan.
"Mereka menghadapi situasi yang sangat sulit dan keselamatan mereka adalah prioritas. Kami mendesak kedua belah pihak (SAF dan RSF) untuk menghentikan pertempuran dan memungkinkan perjalanan yang aman ke luar negeri," kata juru bicara itu, menambahkan Uni Eropa bekerja dengan negara-negara anggota untuk menemukan solusi dan melakukan evakuasi.
Â