7 Delegasi Konferensi Perdamaian Sudan Tewas Terbunuh, Gambaran Rumitnya Damaikan Kedua Kubu

Ketujuh orang itu tewas pada Sabtu 20 Mei 2023 di Imehejek, negara bagian Equatoria Timur setelah menghadiri konferensi perdamaian dan ditawari tumpangan dengan mobil NCA.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 05 Mei 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2023, 15:00 WIB
Potret Rumah-Rumah Warga Sudan Hancur Akibat Perang
Warga hanya bisa pasrah dengan kondisi ini, sebagian dari mereka memilih mengungsi. (AP Photo/Marwan Ali)

Liputan6.com, Imehejek - Sebuah organisasi kemanusiaan Norwegia mengatakan Kamis 4 Mei 2023 bahwa tujuh delegasi Sudan Selatan yang menghadiri konferensi perdamaian tewas di dua mobilnya. Sementara tiga karyawan lainnya lolos tanpa cedera.

"Kami mengutuk keras serangan terhadap warga sipil dan pekerja bantuan kemanusiaan," kata kepala Norwegian Church Aid (NCA), Dagfinn Hoybraten, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP, Jumat (5/4/2023).

"Serangan itu menunjukkan betapa menuntut dan rumitnya bekerja di Sudan, negara di mana situasi keamanan berubah sepanjang waktu," tambahnya.

Ketujuh orang itu tewas pada Sabtu 20 Mei 2023 di Imehejek, negara bagian Equatoria Timur setelah menghadiri konferensi perdamaian dan ditawari tumpangan dengan mobil NCA.

Organisasi kemanusiaan itu tidak memberikan perincian lain, dengan mengatakan serangan itu masih dalam penyelidikan.

Tiga karyawan NCA juga berasal dari Sudan Selatan, kata NCA.

Sejauh ini juga tak diketahui siapa pelaku serangan tersebut, kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) atau Angkatan Bersenjata Sudan (SAF).

Perang saudara Sudan ikut merenggut nyawa artis kawakan negara itu Asia Abdel-Majid. Perempuan usia 80 tahun itu meninggal pada Rabu 3 Mei 2023, setelah peluru menerjang rumahnya di Bahri, utara Khartoum. Tak diketahui pula siapa pelakunya, paramiliter RSF atau SAF yang melepaskan tembakan yang menewaskan Asia Abdel-Majid.

Negosiasi yang gagal antara pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo dan pemimpin SAF Jenderal Abdel Fattah al-Burhan soal pengaturan pembagian kekuasaan meledak menjadi kekerasan pada pertengahan April, memicu eksodus massal dan mengakibatkan setidaknya 528 orang meninggal.

Gencatan senjata yang berulang kali disepakati dan janji pembicaraan damai antara kedua pemimpin dinilai masih gagal mengekang konflik. Saksi mata melaporkan bahwa pertempuran masih terjadi pada Kamis (4/5), meski telah ada kesepakatan gencatan tujuh hari sebelumnya.

Menurut keponakannya seperti dilansir CNN, Jumat (5/5), Asia Abdel-Majid dimakamkan di halaman sebuah taman kanak-kanak karena tidak aman untuk menguburkannya di pemakaman.

Taman kanak-kanak itu sendiri berada di sebelah rumahnya, tempat dia sendirian saat baku tembak terjadi.

Asia Abdel-Majid disebut sebagai artis teater pertama di Sudan. Dia mendirikan taman kanak-kanak di Bahri dan mengajar di sana ketika pensiun. 

Krisis Air dan Makanan

Suasana perang antara kelompok militer dan paramiliter di Sudan. (Dok: AP News)
Suasana perang antara kelompok militer dan paramiliter di Sudan. (Dok: AP News)

Saksi mata mengatakan bahwa SAF dan RSF bertempur menggunakan senjata ringan dan berat di sekitar Istana Kepresidenan saat perang saudara mendekati minggu keempat.

Laporan yang diterima UNICEF menyebutkan bahwa setidaknya 190 anak tewas dan 1.700 lainnya terluka sejak perang meletus bulan lalu. Karena intensitas kekerasan, UNICEF tidak dapat mengonfirmasi angka tersebut.

Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) Jan Egeland memperingatkan pada Rabu bahwa orang-orang yang terjebak di medan perang kehabisan air dan makanan.

"Keluarga di seluruh Sudan, termasuk rekan-rekan kami... harus memilih antara tetap terjebak di medan perang atau mempertaruhkan nyawa mereka untuk melarikan diri atau mencapai rumah sakit yang penuh sesak," kata Egeland.

"Mereka kehabisan segalanya, termasuk air, makanan, listrik, bahan bakar, dan uang tunai. Kami membutuhkan komunitas internasional untuk berupaya keras dalam mengamankan akses kemanusiaan, terlepas dari gencatan senjata dan dalam memberikan bantuan kepada jutaan orang seperti yang mereka lakukan dalam mengevakuasi warganya sendiri," tambahnya.

Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Kamis mengatakan bahwa diperlukan dana US$ 445 juta untuk membantu 860.000 pengungsi Sudan.

Pada Rabu, ratusan pengungsi dari Sudan tiba di Nigeria setelah ditahan selama berhari-hari di perbatasan Mesir menyusul chaos-nya layanan perbatasan yang dibarengi dengan meningkatnya aliran pengungsi.

"Kontingen pertama dari 376 warga Nigeria diterbangkan pulang dengan pesawat militer dan kapal induk lokal dan tiba di ibu kota Abuja sesaat sebelum tengah malam," demikian menurut Komisi Diaspora Nigeria (NIDCOM).

NIDCOM menuturkan bahwa pekan lalu, lebih dari 7.000 warga negara Nigeria, yang sebagian besar pelajar yang melarikan diri dari perang saudara Sudan terlantar di perbatasan Mesir karena tidak tersedianya visa. NIDCOM memohon kepada pihak berwenang Mesir agar mengizinkan warga negaranya yang sudah trauma untuk transit ke tujuan akhir mereka.

 

Dubes Sudan Berharap Ada Bantuan Kemanusiaan dari Pemerintah Indonesia

Duta Besar Sudan untuk Indonesia Angkat Bicara soal Kondisi Politik dan Perang
Sebagai informasi, konflik militer di Sudan antara Sudan Armed Forces dan Rapid Support Forces terjadi pada tanggal 15 April 2023. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Duta Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali Mohamed menyebut negaranya membutuhkan bantuan internasional di tengah konflik yang terjadi, terutama dari pemerintah RI.

"Ya, kami membutuhkan bantuan internasional, terutama bagi korban yang mengalami luka-luka akibat konflik," kata Dubes Yassir Mohamed Ali Mohamed dalam press conference di kediamannya yang terletak di Kuningan, Jakarta, Rabu (3/5/2023).

"Banyak rumah sakit di Sudan kini dalam kondisi hancur diserang oleh kelompok biadab dari pasukan pendukung fanatik," katanya mengacu pada kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Dubes Yassir Mohamed Ali Mohamed juga berharap bisa bertemu dengan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin terkait upaya bantuan bagi korban di Sudan.

"Kami berharap dapat segera bertemu dengan Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin) dan berusaha mencari dukungan dari saudara-saudara kami," katanya.

Dubes Yassir Mohamed Ali Mohamed menyebut negaranya telah menerima beberapa dukungan dan batuan dari beberapa negara. Meski begitu, pihaknya masih berharap ada bantuan lain.

"Kami juga sudah menerima beberapa dukungan dari beberapa negara, saya pikir di antara mereka sendiri banyak dari Oman dan mungkin Mesir," ujarnya.

Terkait upaya penyelesaian konflik, Dubes Yassir menyebut RSF tidak mau duduk bersama dengan pemerintah.

"Mereka hanya memiliki dua pilihan antara terus mempersenjatai diri dan menyerah atau mereka harus menghadapi konsekuensinya."

"Saya menyebutnya sebagai kelompok pemberontak yang melawan seluruh negeri dan mereka ingin merebut kekuasaan dengan paksa karena mereka berusaha membunuh presiden Sudan," kata Dubes Yassir.

Perang Saudara Sudan, Kelompok Paramiliter RSF: Tidak Akan Ada Dialog Sampai Serangan Dihentikan

Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar bandara Khartoum pada 15 April 2023, di tengah bentrokan di ibu kota Sudan. (AFP)
Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar bandara Khartoum pada 15 April 2023, di tengah bentrokan di ibu kota Sudan. (AFP)

Di satu sisi, pemimpin kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo atau yang lebih dikenal Hemedti menegaskan bahwa dia tidak akan bernegosiasi jika pihak lawan terus melancarkan serangan. Menurutnya, pasukannya telah dibom tanpa henti sejak gencatan tiga hari diperpanjang.

"Kami tidak ingin menghancurkan Sudan," ungkapnya seperti dilansir BBC, Sabtu (29/4/2023), seraya menyalahkan pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) Jenderal Abdel Fattah al-Burhan atas perang saudara Sudan.

Jenderal Burhan sendiri dikabarkan telah menyetujui dialog langsung di Sudan Selatan.

Perpanjangan gencatan senjata pada Kamis (27/4), dipicu upaya diplomatik intensif oleh sejumlah pihak termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan PBB.

Kepada BBC, Hemedti mengatakan bahwa dia terbuka untuk menjalin pembicaraan, dengan syarat gencatan senjata harus dipatuhi.

"Hentikan permusuhan. Setelah itu, kita dapat bernegosiasi," kata Hemedti.

Infografis Penyebab Perang Bersaudara Berkecamuk di Sudan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penyebab Perang Bersaudara Berkecamuk di Sudan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya