Liputan6.com, Jakarta - Sifilis merupakan penyakit yang menyerang kulit manusia, tetapi dampaknya juga bisa menyerang internal tubuh seseorang. Angka penularan penyakit ini dilaporkan naik di Indonesia dalam kurun waktu 2016-2022.
Kondisi diperparah karena kurangnya kesadaran tentang penyakit ini. Pihak Kementerian Kesehatan RI berkata presentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022), rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.
Advertisement
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25% ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata Syahril dikutip dari situs Kemenkes RI, Kamis (11/5/2023).
Cegah Sifilis
Situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa ada dua cara utama untuk mencegah sifilis.
Pertama, berhubungan secara monogami. Pastikan pasangan tidak mengidap sifilis dan sudah dites.
Kedua, gunakan kondom saat berhubungan seks. Namun, sifilis bisa menular apabila bintil di kulit akibat sifilis berada di lokasi yang tak tertutup kondom.
Penyakit sifilis bisa berdampak ke berbagai kalangan, termasuk pria gay, biseksual, serta para ibu-ibu hamil. Jika ibu hamil kena sifilis, penyakitnya bisa menginfeksi bayinya.
CDC mencatat kehadiran sifilis bisa merenggut nyawa bayi. Maka dari itu, ibu hamil diminta tes sifilis minimal sekali.
Ruam kulit akibat sifilis bisa saja menghilang dalam tiga sampai enam pekan. Akan tetapi, pasien tetap harus berobat agar sifilis tak lanjut ke tahap selanjutnya yang lebih berbahaya.
Berikut penjelasannya:
Sifilis Bisa Mematikan
Apabila di tahap awal sifilis tidak diobati, maka penyakitnya bisa masuk ke tahap-tahap selanjutnya yang lebih berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.
Secondary Stage
Pada tahap kedua ini, pasien bisa mengalami ruam (rash) dan/atau bentol (sores) di mulut, vagina, atau anus. Kemunculan gejala itu bisa terjadi di beberapa area tubuh.
Ruam bisa muncul ketika bentol sudah tampak sembuh. Kemunculan ruam ini bisa terjadi hingga di telapak tangan.
Ruam itu bisa terlihat kasar, merah, atau coklat kemerahan. Ruamnya biasanya tidak gatal.
Gejala lainnya adalah demam, bengkaknya kelenjar getah bening, radang tenggorokan, rambut rontok hingga pitak, pusing, nyeri otot, dan kelelahan.
Jika tidak mendapat pengobatan di tahap ini, maka pasien akan lanjut ke tahap yang lebih berbahaya.
Latent Stage
Pada tahap ini, tidak ada tanda atau gejala terlihat di dalam tubuh. Tanpa pengobatan, pasien bisa memiliki sifilis di tubuhnya selama bertahun-tahun.
Tertiary Stage
Pada tahap ini, sifilis bisa berdampak ke banyak sistem organ tubuh, seperti jantung dan pembuluh darah. Otak dan sistem saraf juga bisa terdampak.
"Sifilis tersier sangatlah serius dan akan terjadi 10-30 tahun setelah infeksi Anda terjadi. Di sifilis tersier, penyakitnya merusak organ-organ internal dan dapat mengakibatkan kematian," tulis CDC.
Advertisement
Menyerang Otot, Penglihatan dan Pendengaran
Ada tiga jenis sifilis yang bisa terjadi jika pasien tidak berobat. Jenis-jenis sifilis ini menyerang tubuh dengan cara berbeda.
- Neurosifilis: menyerang otak dan sistem saraf
- Sifilis okural: menyerang penglihatan
- Otosifilis: menyerang pendengaran
Pada neurosifilis, CDC mencatat pasien bisa mengalami kebingungan, bahkan perubahan kepribadian. Ada juga masalah dementia, memori, pikiran, serta dalam pengambilan keputusan.
Sifilis okural bisa mengakibatkan sakit mata hingga kebutaan. Sementara, otosifilis bisa membuat terjadi tinnitus (mendengar suara dengung) hingga tuli.
CDC mengingatkan bahwa sifilis ada obatnya, sehingga antibiotiknya harus diminum. Namun perlu diingat bahwa sifilis bisa menulari lebih dari sekali.