Liputan6.com, Washington D.C. - Cincin ikonik yang biasa terlihat mengelilingi planet Saturnus mungkin tidak akan terlihat lagi oleh pengamat langit di masa depan, menurut penelitian baru.
Analisis baru dari data yang diambil oleh wahana Cassini milik NASA telah mengungkapkan wawasan baru tentang berapa lama cincin itu telah ada dan kapan mereka akan menghilang dari pandangan.
Cassini mengorbit planet itu dan mempelajari satelit alami Saturnus antara tahun 2004 dan 2017.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Kamis (25/5/2023) temuan ini telah dibagikan dalam tiga penelitian yang diterbitkan pada bulan Mei 2023.
Tata surya kita dan planet-planetnya terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, dan sejak itu, para ilmuwan telah lama memperdebatkan usia dan asal cincin Saturnus.
Beberapa astronom berpendapat bahwa cincin es yang masih terang menunjukkan usia muda dari benda alam tersebut, karena belum terkikis dan digelapkan oleh interaksi dengan meteoroid selama miliaran tahun.
Teori itu didukung oleh data dari Cassini, yang telah menghasilkan temuan baru dan diterbitkan tanggal 15 Mei lalu di jurnal Icarus. Studi tambahan yang diterbitkan pada 12 Mei di Science Advances juga sampai pada kesimpulan yang sama.
"Kesimpulan kami yang tak terhindarkan adalah bahwa cincin Saturnus pasti relatif muda menurut standar astronomi, hanya beberapa ratus juta tahun," kata Richard Durisen, profesor emeritus astronomi di Universitas Indiana Bloomington dan penulis utama kedua studi Icarus.
"Jika Anda melihat sistemsatelit Saturnus, ada petunjuk lain bahwa sesuatu yang dramatis telah terjadi di sana dalam beberapa ratus juta tahun terakhir. Jika cincin Saturnus tidak setua planetnya, itu berarti sesuatu terjadi untuk membentuk strukturnya yang luar biasa, dan itu sangat menarik untuk dipelajari."
Menurut para peneliti, ada kemungkinan ke-tujuh cincin itu masih dalam proses pembentukan ketika dinosaurus menjelajahi Bumi.
Penemuan dari Misi Cassini
Cincin Saturnus ini sebagian besar terdiri dari es, dengan hanya sebagian kecil dari debu berbatu yang terbentuk di ruang angkasa oleh pecahan asteroid dan mikrometeoroid. Potongan-potongan itu mirip dengan butiran pasir, bertabrakan dengan partikel di cincin Saturnus dan menciptakan puing-puing yang mengambang saat bahan cincin itu mengorbit planet.
Pada Grand Final dari Misi Cassini, saat pesawat ruang angkasa menyelesaikan 22 orbit, mereka memperoleh data tentang berapa banyak meteoroid yang mencemari cincin, massa cincin itu sendiri, dan kecepatan material dari cincin tersebut yang jatuh ke planet ini.
Para peneliti juga dapat mengukur berapa banyak debu kosmik yang bergerak melalui tata surya kita secara teratur, dan membentuk di atas cincin es tersebut. Selama 13 tahun, Cosmic Dust Analyzer Cassini yang mirip seperti ember, mampu meraup 163 butir debu yang berasal dari luar sistem Saturnus saat mereka berputar di sekitar planet itu.
Cincin-cincin itu ternyata “bersih”, yang berarti benar menunjukkan bahwa mereka terbentuk belum cukup lama untuk mengakumulasi debu kosmik yang berlebihan.
Sementara itu, saat meteoroid menyusup ke dalam cincin, mereka mendorong material di dalam cincin terdalam menuju Saturnus dengan kecepatan tinggi. Ini membuat cincin kehilangan berton-ton massa per detik, yang berarti cincin tidak punya banyak waktu lagi, secara astronomis. Para peneliti memperkirakan bahwa cincin-cincin itu hanya akan ada paling lama beberapa ratus juta tahun lagi.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa cincin itu bisa hilang dalam 100 juta tahun.
"Kami telah menunjukkan bahwa cincin masif seperti Saturnus tidak bertahan lama," kata Paul Estrada, ilmuwan riset di Pusat Penelitian Ames NASA di Mountain View, California, dan salah satu penulis dari ketiga studi tersebut.
Advertisement
Misteri Abadi
Ada kemungkinan bahwa cincin gelap di sekitar Neptunus dan Uranus dulunya lebih besar dan lebih terang, mirip dengan cincin Saturnus sekarang.
"Orang dapat berspekulasi bahwa cincin yang relatif kecil di sekitar raksasa planet lainnya di tata surya kita adalah sisa-sisa cincin yang dulunya masif seperti milik Saturnus. Mungkin suatu saat di masa depan yang tidak terlalu jauh, secara astronomis, setelah cincin Saturnus terhancurkan, mereka akan lebih terlihat seperti cincin Uranus yang jarang."
Apa yang Menciptakan Cincin Saturnus
Para ilmuwan masih belum tahu pasti, tetapi ketidakstabilan gravitasi mungkin menghancurkan beberapa bulan es yang mengorbit planet raksasa, menciptakan cukup bahan untuk ditarik ke dalam cincin bahan yang mengelilingi Saturnus.
Misi Masa Depan
"Gagasan bahwa cincin utama Saturnus yang ikonik mungkin merupakan fitur terbaru tata surya kita telah menjadi kontroversi, tetapi hasil baru kami melengkapi trifecta pengukuran Cassini yang membuat temuan ini sulit dihindari," kata peneliti Jeff Cuzzi, peneliti utama di NASA Ames dan rekan penulis makalah penelitian Saturnus yang muncul di Science Advances.
Misi masa depan untuk mempelajari beberapa bulan Saturnus dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang peristiwa apa yang menciptakan cincin itu — dan mengarah pada penemuan lain.
"Jika kita dapat menemukan apa yang terjadi dalam sistem itu beberapa ratus juta tahun yang lalu untuk membentuk cincin, kita mungkin akan menemukan mengapa bulan Saturnus, Enceladus, menyemburkan air, es, dan bahkan bahan organik dari lautan dalam," Durisen dikatakan.
Advertisement