Liputan6.com, Port-au-Prince - Hujan deras yang menyebabkan banjir massal dan tanah longsor dilaporkan terjadi selama akhir pekan lalu di Haiti.
Melansir ABC News, Selasa (6/6/2023), menurut pihak berwenang sedikitnya 15 orang tewas dan delapan lainnya hilang.
Baca Juga
Sungai meluap pada Sabtu 3 Juni pagi akibat hujan yang tak kunjung berhenti semakin memperparah situasi, pemerintah setempat segera memberlakukan tindakan darurat, mengutip UPI.
Advertisement
Hujan deras itu memaksa banyak penduduk pergi menyelamatkan diri dari tempat tinggal mereka.
Hampir 13.400 orang mengungsi karena air merendam ratusan rumah di seluruh negeri.
Tak hanya itu, beberapa jalanan berubah menjadi sungai dengan air berwarna cokelat. Dengan arus deras yang berbahaya, menurut Badan Perlindungan Sipil Haiti.
Video dan gambar yang menunjukkan situasi Haiti di internet menunjukkan orang-orang yang mencari perlindungan di atas atap seng rumah saat aliran air deras mengalir melalui desa mereka.
Rumah para penduduk tak hanya direndam air, kerusakan juga terjadi.
Lebih dari 7.400 keluarga terdampak. Angka tersebut belum final dengan para pejabat yang masih menghitung dampak hujan yang mengguyur Haiti pada Sabtu 3Â Juni lalu.
Selain kerusakan pada rumah warga, hujan juga menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tanaman di wilayah tengah Haiti.
Kerusakan ini sangat mengkhawatirkan mengingat masalah kelaparan yang semakin parah di negara tersebut.
Perdana Menteri Ariel Henry mengatakan dia bekerja dengan organisasi lokal dan internasional untuk menanggapi kebutuhan mereka yang terkena dampak banjir.
Hujan Lebat Picu Longsor di Jepang, 2 Orang Tewas dan 35 Lainnya Terluka
Selain Haiti, hujan deras juga melanda Jepang. Longsor yang terjadi setelahnya menewaskan dua orang.Â
Dua orang tewas dan 35 lainnya terluka akibat hujan lebat melanda wilayah yang luas di Jepang, demikian menurut otoritas lokal pada Sabtu, menyebabkan longsor dan sungai meluap di banyak wilayah di bagian timur negara itu.
Badai petir terlihat berlangsung tanpa henti dari Jumat hingga Sabtu pagi di wilayah barat dan tengah, dengan 23 lokasi di delapan prefektur mendapati curah hujan yang menyentuh rekor hujan selama 24 jam, menurut Badan Meteorologi Jepang.
Kondisi cuaca buruk disebabkan udara hangat dan lembab yang bertiup dari Topan Mawar dan hujan gelombang udara dingin dekat pulau utama Jepang Hoshu --Kyodo mewartakan, dikutip dari Antara (4/5/2023).
Topan tersebut kemudian diturunkan menjadi siklon ekstra tropis pada Sabtu pukul 3 sore setelah bergerak ke pulau Izu, selatan Tokyo, menurut badan itu.
Advertisement
13 Orang Tewas Akibat Banjir Italia, Grand Prix F1 Emilia Romagna 2023 Dibatalkan
Bulan lalu, hujan deras yang mengguyur Italia juga sebabkan banjir. Tak hanya korban jiwa, Grand Prix F1 Emilia Romagna 2023 kena imbasnya.
Lebih dari 20 sungai meluap di Italia setelah curah hujan setara enam bulan turun dalam satu setengah hari, memicu banjir yang menewaskan 13 orang dan memaksa 13.000 lainnya mengungsi.
Selain itu, terjadi 280 bencana tanah longsor.
Wali Kota Ravenna Michele de Pascale, yang wilayahnya terdampak banjir parah, menuturkan bahwa itu adalah bencana terburuk dalam satu abad.
Roberta Lazzarini (71) yang tinggal di Bologna ikut diterjang banjir pada Rabu (17/5/2023). Jalanan, rumah, dan taman terendam air dan dia mengaku ketakutan.
"Saya belum pernah melihat hal seperti itu di sini. Kami terjebak dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya hanya berharap ini tidak pernah terjadi kembali," ujarnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (19/5).
"Air dan lumpur menutupi kota."
Lebih dari 300 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang dan Longsor di RD Kongo, Rwanda
Bulan Mei lalu, ratusan penduduk di Kongo jadi korban bencana alam besar yang sebabkan kerugian jiwa serta materi.
Korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) telah meningkat mencapai lebih dari 200 orang dan sejumlah lainnya masih hilang, kata otoritas setempat.
Bencana melanda bagian timur RD Kongo, di Provinsi South Kivu, tempat di mana Danau Kivu berada.
Kalehe, wilayah di Kivu yang paling terpukul, melaporkan bahwa sejauh ini 203 jenazah telah ditemukan, demikian seperti dikutip dari VOA, Minggu (7/5/2023). Upaya pencarian untuk menemukan korban lain yang dilaporkan hilang masih berlanjut.
Di desa Nyamukubi, di mana ratusan rumah hanyut, petugas penyelamat dan penyintas menggali reruntuhan pada Sabtu 6 Mei untuk mencari lebih banyak mayat di lumpur.
Penduduk desa menangis ketika mereka berkumpul di sekitar beberapa jenazah yang ditemukan, yang tergeletak di rerumputan dan tertutup kain berlumpur di dekat pos penyelamat.
Advertisement