Ukraina Klaim Tembak Jatuh 32 Drone Rusia

Pertahanan udara Ukraina telah diperkuat dengan senjata canggih dari sekutu Baratnya, memungkinkan tingkat keberhasilan lebih tinggi terhadap serangan drone dan rudal Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Jun 2023, 07:01 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2023, 07:01 WIB
Serangan Rudal dan Drone Rusia di Ukraina Menewaskan 12 orang
Serangan itu termasuk yang pertama terhadap Kyiv, ibu kota Ukraina, dalam hampir dua bulan, meskipun tidak ada laporan target yang terkena. (AP Photo/Bernat Armangue)

Liputan6.com, Kyiv - Sistem pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 32 dari 35 drone Shahed yang diluncurkan Rusia pada Selasa (20/6/2023) pagi waktu setempat, mayoritas menargetkan Kyiv.

Serangan itu merupakan bagian dari pengeboman yang meluas hingga ke Lyiv, di dekat Polandia.

"Pesawat tak berawak Shahed berhasil mencapai Lviv karena ketidakmampuan sistem pertahanan udara mencakup wilayah yang begitu luas," ujar juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Ihnat seperti dilansir AP, Rabu (20/6/2023).

Sistem pertahanan udara, ungkap Ihnat, sebagian besar ditujukan untuk melindungi kota-kota besar, fasilitas infrastruktur utama, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan garis depan.

"Ada kekurangan aset pertahanan udara untuk menutupi Ukraina dengan kubah seperti halnya yang dimiliki Israel," kata Ihnat, mengacu pada sistem pertahanan Israel, Iron Dome.

Menurut Gubernur Lviv Maksym Kozytskyi serangan Rusia ke wilayahnya menghantam fasilitas infrastruktur penting, memicu kebakaran.

Rusia juga menyerang wilayah Zaporizhzhia di Ukraina selatan dengan rudal balistik.

Pertahanan udara Ukraina telah diperkuat dengan senjata canggih dari sekutu Baratnya, memungkinkan tingkat keberhasilan lebih tinggi terhadap serangan drone dan rudal yang masuk.

Sebelumnya, pengeboman selama musim dingin oleh Rusia merusak pasokan listrik Ukraina, meski kemudian cepat diperbaiki.

Serangan udara terbaru di belakang garis depan Ukraina bertepatan dengan tahap awal serangan balasan Ukraina, yang bertujuan mengusir pasukan Rusia dari wilayah yang didudukinya sejak perang meletus pada Februari 2022.

Zaporizhzhia Jadi Fokus Serangan Balasan Ukraina?

Potret 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina
Prajurit Ukraina berjalan di antara puing-puing bangunan yang rusak setelah serangan Rusia di Kharkiv, Ukraina, 16 April 2022. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, perang terus berkecamuk hingga bulan ini, Februari 2023. (AP Photo/Felipe Dana, File)

Panglima tertinggi angkatan bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengatakan bahwa serangan balasan telah dilancarkan di medan yang penuh ranjau dan benteng pertahanan yang diperkuat. Dia mengklaim Rusia telah mengumpulkan sejumlah besar tentara cadangannya.

Angkatan bersenjata Ukraina menyebutkan bahwa pertempuran sengit terjadi di Ukraina timur, sekitar Bakhmut, Lyman, Avdiivka, dan Marinka. Kantor presiden Ukraina menuding Rusia menembaki 15 kota dan desa di wilayah Donetsk, melukai lima warga sipil.

"Terlepas dari perlawanan sengit penjajah, tentara kami melakukan segala yang mungkin untuk membebaskan wilayah Ukraina. Operasi berlanjut sesuai rencana," ungkap Zaluzhnyi.

Analis militer Ukraina Roman Svitan menilai bahwa Rusia telah merelokasi sekitar 20.000 pasukan dari daerah-daerah di wilayah Kherson setelah banjir dari jebolnya Bendungan Kakhovka baru-baru ini membuat Ukraina tidak mungkin melakukan serangan di sana.

Banjir menghilangkan kebutuhan pasukan Rusia untuk melindungi sekitar 300 kilometer dari garis depan lebih dari 1.000 kilometer, ungkap Svitan, serta memungkinkan Moskow meningkatkan kepadatan militernya di Zaporizhzhia dan Donetsk tempat pertempuran intensif terjadi.

Svitan menilai bahwa wilayah Zaporizhzhia menjadi fokus serangan balasan Ukraina, di mana Ukraina berusaha menghancurkan koridor darat Rusia dengan Semenanjung Krimea, yang dianeksasi Moskow secara ilegal dari Ukraina pada 2014.

Dalam perkembangan lain, Badan Intelijen Asing Rusia, yang dikenal dengan singkatan SVR, mengundang diplomat Ukraina yang ditempatkan di luar negeri untuk datang ke Rusia bersama keluarga mereka untuk menghindari kembali ke Ukraina. SVR mengklaim banyak diplomat Ukraina tidak mau pulang setelah tur mereka dan menginginkan status pengungsi di Uni Eropa dan negara-negara Asia tempat mereka bekerja.

Selain itu juga, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menuduh bahwa Ukraina berencana menggunakan HIMARS buatan Amerika Serikat dan rudal Storm Shadow yang disediakan Inggris untuk menyerang wilayah Rusia, termasuk Krimea. Dia memperingatkan bahwa menggunakan rudal-rudal itu pada sasaran di luar zona perang saat ini akan memicu serangan langsung ke pusat-pusat pengambilan keputusan di wilayah Ukraina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya