Liputan6.com, Teheran - Iran menolak mengutus duta besar barunya ke Swedia setelah aksi pembakaran Al-Qur'an oleh Salwan Momika, warga Irak yang tinggal di Stockholm. Momika melancarkan aksi terkutuknya itu di luar masjid di Stockholm pada Rabu (28/6/2023), bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menyalahkan pemerintah Swedia karena memberikan Momika izin membakar Al-Qur'an. Amirabdollahian menegaskan, meski duta besar telah ditunjuk, namun yang bersangkutan belum akan diberangkatkan ke Stockholm.
"Proses pengiriman tertunda karena pemerintah Swedia mengeluarkan izin untuk menodai Al-Qur'an," twit Amirabdollahian.
Advertisement
Polisi Swedia mengizinkan aksi Momika atas dasar kebebasan berekspresi.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Irak mendesak Swedia mengekstradisi Momika atas argumen bahwa pria itu masih berkewarganegaraan Irak. Oleh sebab itu, dia harus diadili di Baghdad.
Pasca aksi pembakaran Al-Qur'an ribuan pengunjuk rasa di Irak menyeruduk Kedutaan Besar Swedia di Baghdad. Peristiwa itu berlangsung selama 15 menit dan massa bubar setelah pasukan keamanan dikerahkan.
Perdana Menteri Ulf Kristersson mengecam serangan ke Kedutaan Besar Swedia. Namun, di lain sisi, dia juga mengatakan sudah waktunya bagi Swedia untuk berefleksi.
"Tentu saja sangat tidak dapat diterima bagi orang-orang untuk secara tidak sah masuk ke kedutaan Swedia di negara lain. Saya pikir kita di Swedia juga perlu bercermin. Ini adalah situasi keamanan yang serius, tidak ada alasan untuk menghina orang lain," kata PM Kristersson seperti dilansir BBC, Senin (3/7).
Kementerian Luar Negeri Swedia telah mengutuk aksi Momika dengan mengatakan, "Pemerintah Swedia memahami sepenuhnya bahwa tindakan Islamofobia yang dilakukan oleh individu pada demonstrasi di Swedia dapat menyinggung umat Islam."
"Kami mengutuk keras tindakan ini, yang sama sekali tidak mencerminkan pandangan pemerintah Swedia."
Lebih lanjut Kementerian Luar Negeri Swedia menambahkan, "Pembakaran Al-Qur'an atau kitab suci lainnya adalah tindakan ofensif dan kurang ajar serta provokasi yang jelas. Ungkapan rasisme, xenofobia, dan intoleransi terkait tidak memiliki tempat di Swedia atau di Eropa."
Di lain sisi, Kementerian Luar Negeri Swedia menggarisbawahi bahwa negara itu memiliki hak kebebasan berkumpul, berekspresi, dan demonstrasi yang dilindungi secara konstitusional.
OKI Respons Keras Pembakaran Al-Qur'an di Swedia
Menyusul pertemuan darurat di Jeddah, Arab Saudi, pada Minggu (2/7), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyerukan negara-negara anggotanya mengambil langkah-langkah terpadu dan kolektif untuk menghentikan negara-negara yang mengizinkan pembakaran kitab suci Islam.
Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha mengatakan bahwa pembakaran Al-Qur'an adalah bukan sekadar insiden Islamofobia biasa. Dia mendesak negara-negara di seluruh dunia mematuhi hukum internasional yang jelas melarang advokasi kebencian agama.
Maroko, Kuwait, Yordania, dan Uni Emirat Arab - di antara negara-negara lain - telah menarik duta besar mereka di Stockholm pasca aksi pembakaran Al-Qur'an oleh Momika.
Kemarahan juga disuarakan di sejumlah negara mayoritas muslim lainnya, termasuk Indonesia dan Turki -anggota NATO yang memiliki hak suara untuk memutuskan apakah pengajuan keanggotaan Swedia diterima atau sebaliknya.
Pada Rabu lalu, menteri luar negeri negara Turki men-twit, "Tidak dapat diterima mengizinkan protes anti-Islam atas nama kebebasan berekspresi".
Advertisement