Liputan6.com, London - Kawasan Brick Lane di London, Inggris, yang terkenal dengan seni jalanannya, mendadak jadi sorotan selama akhir pekan pasca salah satu temboknya dihiasi dengan slogan-slogan yang memuji ideologi Partai Komunis China.
Dilansir BBC, Selasa (8/8/2023), nilai-nilai inti sosialis yang memiliki 12 poin yang ditulis dalam 24 karakter China adalah slogan politik paling umum di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping. Karakter berwarna merah dengan latar putih dilaporkan juga merupakan pemandangan yang biasa di China.
Baca Juga
Slogan sosialis, yang pertama kali diungkapkan oleh pendahulu Xi Jinping, Hu Jintao pada tahun 2012, meliputi kemakmuran, demokrasi, kesopanan, harmoni, kebebasan, kesetaraan, keadilan, supremasi hukum, patriotisme, dedikasi, integritas, dan persahabatan.
Advertisement
Wang Hanzheng, seniman yang memiliki nama panggung Yique, mengklaim bahwa grafiti itu tidak memiliki banyak makna politik.
"Tidak diragukan lagi bahwa 24 karakter tersebut bukan hanya tujuan China, namun juga tujuan bersama untuk dunia," ujar Wang Hanzheng yang memimpin pembuatan grafiti.
Belakangan, Wang Hanzheng yang mengkhawatirkan keselamatan keluarganya dan intimidasi dunia maya yang parah, merilis pernyataan bahwa dia tidak punya tujuan politik tertentu.
"Karya tersebut bertujuan memprovokasi diskusi tentang lingkungan yang beragam dan sikap orang-orang terhadap itu," sebut Wang Hanzheng dalam pernyataannya.
Wang Hanzheng juga menekankan bahwa sebelum beraksi, pihaknya sudah meneliti dan memastikan bahwa lokasi itu memang merupakan area grafiti gratis.
"Seseorang datang malam itu (saat pengerjaan grafiti) untuk menghentikan, namun dia tidak memiliki bukti kepemilikan properti ... jadi saya memilih tetap berkreasi," tutur Wang Hanzheng.
BBC melaporkan bahwa banyak orang di China menyikapi fenomena di Brick Lane sebagai kebebasan berekspresi dan harus dilindungi. Bahkan, beberapa mengatakan bahwa mereka bangga dengan "ekspor budaya" semacam ini.
Namun, ada kalangan nasionalis yang mempertanyakan apakah grafiti itu bentuk kritik dan sindiran bagi Partai Komunis China.
Persaingan Narasi
Tembok itu kemudian dengan cepat menjadi arena persaingan narasi. Orang-orang menambahkan grafiti baru yang mengkritik pemerintah China. Kritikan juga dilontarkan via media sosial.
Seorang netizen menulis di unggahan Wang Hanzheng, "Menghalangi kebebasan berbicara bukanlah bagian dari kebebasan berbicara. Jargon yang Anda gunakan tidak dapat membenarkan penghancuran brutal Anda terhadap karya seni orang lain."
"Apakah Anda berani pergi ke Beijing dan menulis demokrasi dan kebebasan? Jika Anda berani, negara asal yang Anda cintai akan berani menangkap Anda," tulis netizen lainnya.
Sementara itu, beberapa orang kesal karena grafiti slogan politik China menutup karya-karya grafiti lama, termasuk penghormatan terhadap seniman jalanan yang telah meninggal.
Pada Senin (7/8) dini hari, grafiti slogan politik China tersebut telah dihapus oleh dewan Tower Hamlets.
Advertisement