Liputan6.com, Beirut - Film Barbie masih menjadi sorotan setelah peluncurannya pada Juli 2023 lalu. Salah satunya perihal keuntungan yang diraih film tersebut yang berhasil mencapai angka miliaran dolar secara internasional, hanya 17 hari setelah dirilis.
Melansir BBC, Warner Bros mengungkapkan bahwa film Barbie menyelesaikan akhir pekan dengan pendapatan USD 1,03 miliar atau setara Rp15,6 triliun dalam penjualan tiket di box office global.
Baca Juga
Di balik cuan besar yang diperoleh, film Barbie ternyata juga memicu kontroversi di Lebanon karena dianggap mempromosikan homoseksualitas.
Advertisement
Menteri Kebudayaan Lebanon Mohammad Mortada bahkan sampai mengambil tindakan untuk melarang film Barbie dari bioskop-bioskop negara tersebut pada Rabu, 9 Agustus 2023. Keputusan ini diambil dengan alasan bahwa film itu "mempromosikan homoseksualitas" dan bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.
Melansir dari The Guardian, Jumat (11/8/2023), Mohammad Mortada, didukung oleh kelompok Hizbullah di mana sang pemimpin, Hassan Nasrallah, semakin meningkatkan retorikanya melawan komunitas LGBT, dengan mengatakan bahwa komunitas ini membuat "bahaya mendekat" bagi Lebanon dan harus "dihadapi".
Menteri Mortada menyatakan bahwa film ini telah mempromosikan homoseksualitas dan transformasi seksual, serta bertentangan dengan nilai-nilai iman dan moral dengan merendahkan pentingnya unit keluarga.
Menteri Mortada kemudian meminta Badan Keamanan Umum Lebanon, yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri dan secara tradisional bertanggung jawab atas keputusan sensor di negara itu, untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penayangan film ini.
Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Menteri Dalam Negeri, Bassam Mawlawi, terkait hal tersebut.
Lebanon adalah negara Arab pertama yang mengadakan gay pride week pada tahun 2017 dan dianggap sebagai tempat yang aman bagi komunitas LGBT di Timur Tengah yang secara umum konservatif.Â
Dianggap Mempromosikan Penyimpangan Seksual
Masalah tersebut menjadi fokus yang lebih tajam baru-baru ini hingga memicu ketegangan. Mawlawi, Menteri Dalam Negeri Lebanon, tahun lalu mengambil keputusan untuk melarang acara yang "mempromosikan penyimpangan seksual"di Lebanon, yang dipahami merujuk pada pertemuan LGBT-friendly.
Dalam pidatonya pada Juli 2023, Nasrallah meminta otoritas Lebanon untuk mengambil tindakan terhadap materi yang menurutnya mempromosikan homoseksualitas, termasuk dengan melarangnya.
Dan pada hari Selasa, 8 Agustus 2023, kabinet Lebanon mengajak warga untuk "berpegang" pada nilai-nilai keluarga setelah pertemuan dengan pemimpin agama Kristen teratas negara itu, Patriarch Bechara Boutros al-Rahi, kepala Gereja Maronit, meskipun tidak menyebutkan komunitas LGBT secara khusus.
Ayman Mhanna, direktur eksekutif di Yayasan Samir Kassir, organisasi nirlaba, mengatakan kepada Reuters bahwa langkah Mortada menghindari proses penyensoran yang biasa dilakukan di Lebanon di tengah "gelombang kefanatikan".
"Ini adalah bagian dari kampanye yang lebih luas yang menyatukan Hizbullah, Kristen sayap kanan, dan pemimpin agama lainnya dalam kampanye terfokus melawan orang-orang LGBT," kata Mhanna.
Advertisement