IQAir: Jakarta Ibu Kota Indonesia Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia

Ibu kota Indonesia, Jakarta, menempati urutan teratas sebagai world's most polluted city atau kota paling tercemar atau berpolusi di dunia pada Rabu (9 Agustus 2023).

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 11 Agu 2023, 14:37 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2023, 14:37 WIB
Polusi udara Jakarta
Ilustrasi (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ibu kota Indonesia, Jakarta, menempati urutan teratas sebagai world's most polluted city atau kota paling tercemar atau berpolusi di dunia pada Rabu (9 Agustus 2023), setelah secara konsisten menempati peringkat di antara 10 kota paling tercemar secara global sejak Mei. Demikian menurut data perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir.

Jakarta, yang berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa, mencatat tingkat polusi udara yang tidak sehat hampir setiap hari, menurut IQAir seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (11/8/2023).

Penduduk Jakarta diketahui telah lama mengeluhkan udara beracun dari lalu lintas yang kronis, asap industri, dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Beberapa dari mereka bahkan meluncurkan dan memenangkan gugatan perdata pada tahun 2021 menuntut pemerintah mengambil tindakan untuk mengendalikan polusi udara.

Pengadilan pada saat itu memutuskan Presiden Indonesia Joko Widodo harus menetapkan standar kualitas udara nasional untuk melindungi kesehatan manusia, dan Menteri Kesehatan serta Gubernur Jakarta harus menyusun strategi untuk mengendalikan polusi udara.

Meski demikian, Nathan Roestandy, salah satu pendiri aplikasi kualitas udara Nafas Indonesia, mengatakan tingkat polusi terus memburuk.

"Kita bernapas lebih dari 20.000 kali sehari. Jika kita menghirup udara tercemar setiap hari, (dapat menyebabkan) penyakit pernapasan dan paru-paru, bahkan asma. Ini dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak atau bahkan kesehatan mental," ujarnya.

Ditanya tentang masalah polusi Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kepada wartawan bahwa solusinya adalah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara, yang saat ini sedang dalam proses pembangunan di Pulau Kalimantan.

Indonesia akan menunjuk Nusantara sebagai ibu kota baru tahun depan dan setidaknya 16.000 PNS, TNI dan Polri akan pindah ke sana.​

Presiden Jokowi mengakui bahwa polusi udara di Jakarta sudah terjadi selama bertahun-tahun. Hal ini dikatakan Jokowi untuk merespons keluhan maasyarakat mengenai polusi udara di Jakarta yang kian memburuk.

"Ya polusi itu tidak hanya hari ini. Sudah bertahun-tahun kita alami di Ibu kota DKI Jakarta ini, bertahun tahun kita alami," kata Jokowi di Indonesia Arena, kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin 7 Agustus.

Untuk mengurangi polusi udara Jakarta ini, kata Jokowi maka ibu kota dipindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. 

"Salah satu solusinya adalah mengurangi beban Jakarta sehingga sebagian nanti digeser ke Ibu Kota Nusantara," kata dia.

Selain memindahkan Ibu Kota, kata Jokowi, moda transportasi massal seperti MRT, LRT dan kereta cepat harus segera diselesaikan di semua rute.

"Itu moda-moda transportasi yang mengurangi, akan mengurangi polusi termasuk nantinya pemakaian mobil listrik, kenapa kita berikan dorongan karena itu," tandas Jokowi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Polusi Udara Jakarta Makin Buruk saat Pancaroba, Warga Diimbau Pakai Masker di Ruang Terbuka

Polusi Udara Jakarta
Berdasarkan data indeks standar pencemaran udara maksimum dari aplikasi JAKI, tampak ada perbedaan kualitas udara di setiap wilayah Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, berbagai penyakit rentan menyerang dampak dari polusi udara. Ditambah bersamaan dengan datangnya musim pancaroba.

Diketahui, kualitas udara di Ibu Kota tengah jadi sorotan. Pasalnya, dalam beberapa bulan tetakhir kualitas udara Jakarta yang berpolusi tercatat berada pada indek tidak sehat berdasarkan situs IQAir.

"Dampak polusi udara biasanya lebih banyak ke penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik), asma dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung," kata Ngabila dalam pesan singkat, Jumat (11/8/2023).

Oleh sebab itu, Ngabila menganjurkan agar masyarakat melakukan langkah antispasi agar tak terdampak penyakit yang disebabkan polusi udara. Masker dapat digunakan jika beraktivitas di luar ruangan

"Untuk antisipasi sebaiknya kalau seandainya kita keluar dari ruangan tertutup menuju ruangan terbuka sebaiknya menggunakan masker," kata Ngabila.

Selain itu, Ngabila juga meminta masyarakat menjaga imunitas selama musim pancaroba. Iunitas tubuh dapat dijaga dengan makan yang cukup dan bergizi, serta berolahraga.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebut, kondisi kualitas udara di Jakarta sepanjang 2023 cukup fluktuatif. Menurut Asep, salah satunya memang disebabkan oleh peralihan cuaca.

"Salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi musim kemarau yang memang di bulan Juli hingga September biasanya itu musim kemarau sedang mencapai tinggi-tingginya, sehingga memang berakibat pada kondisi udara kualitas udara yang kurang baik," jelas Asep kepada wartawan, Jumat (11/8/2023).

Selengkapnya di sini...


Kualitas Udara Buruk Jakarta Kata PJ Gubernur DKI Jakarta

Ilustrasi Cuaca Jakarta Cerah Berawan
Ilustrasi Cuaca Jakarta Cerah Berawan

Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono juga tak menampik buruknya kualitas udara di Ibu Kota. Menurut dia, kendati kegiatan perindustrian telah bergeser ke luar kota, Jakarta tetap tak bisa mengatasi polusi udara secara mandiri.

"Sebenarnya Jakarta itu kan terkait industri sudah bergeser ke luar kota Jakarta. Tapi masih ada yang menyebabkan pencemaran udara dari kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat," kata Heru dalam diskusi daring Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Selasa, 8 Agustus 2023.

Heru menjelaskan, ada peningkatan jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang masuk ke Jakarta dalam kurun waktu kurang dari dua tahun terakhir. Heru menilai, hal tersebut menjadi beban yang menyumbang pencemaran udara di Ibu Kota.

"Kalau data saya terima, 1,5 tahun terakhir kendaraan roda empat itu dari 4 juta jadi 6 juta loh sekarang. Begitu juga kendaraan roda dua, 14 juta jadi 16 juta. Yang berplat B, itu kan Jabodetabek. Dan Hampir semua masuk Jakarta. Jadi memang beban Jakarta berat," ujar Heru.

Meskipun demikian, Heru mengklaim Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI bakal tetap bertanggung jawab mengatasi buruknya kualitas udara di Jakarta. Heru menyebut, salah satu upaya yang gencar dilakukan antara lain menambah kendaraan listrik baik moda transportasi maupun kendaraan dinas.

"Tapi tidak mengurangi tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI, contoh DKI menambah kendaraan bus dengan listrik, misal dua tahun ke depan kita tambah 100 bus. Begitu juga dishub menggunakan roda duanya listrik. Begitu juga kendaran dinasnya secara bertahap walau anggaran terbatas," jelas Heru.


Gencarkan Menanam Pohon

Ilustrasi menanam pohon, Hari Pohon Sedunia
Ilustrasi menanam pohon, Hari Pohon Sedunia. (Image by rawpixel.com/on Freepik)

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono juga mengatakan bahwa Pemprov DKI juga gencar melakukan kegiatan tanam pohon. Heru menyatakan, selama menjabat sebagai Penjabat Gubernur, total lebih kurang dia telah menanam 15 ribu pohon di wilayah Ibu Kota.

"Pemda DKI memberikan maksimal setiap Jumat para walkot Jumat menanam pohon. Begitu juga saya kalau luang tiap selasa jumat tanam pohon. Selama saya kurang lebih setahun lebih dari 15 ribu pohon kami tanam," ujar dia.

Namun, Heru menyampaikan Pemprov DKI tak bisa bekerja sendiri mengatasi pencemaran udara di Jakarta, terlebih dalam jangka pendek. Heru mengajak, pemerintah di daerah penyangga turut serta melakukan aksi serupa.

Infografis 10 Kota Dunia dengan Kualitas Udara yang Buruk akibat Polusi
Infografis 10 Kota Dunia dengan Kualitas Udara yang Buruk akibat Polusi
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya