Kebijakan kontroversial "satu keluarga, satu anak" di China membuat praktek aborsi marak dilakukan. Tak hanya ratusan, ribuan, bahkan jutaan bayi dihilangkan nyawanya sejak dalam kandungan.
Berdasarkan data yang dipampang di situs Kementerian Kesehatan, sejak tahun 1971, tak lama sebelum China mengharuskan warganya memiliki lebih sedikit anak -- dokter telah melakukan 336 juta aborsi.
Sebelumnya pemerintah China memperkirakan, tanpa aturan ketat soal jumlah anak, negeri yang penduduknya kini berjumlah 1,3 miliar akan bertambah 30 persenya.
Statistik resmi juga menyebut, selain aborsi, dokter di China juga telah mensterilkan 196 pria dan perempuan dewasa sejak 1971.
Kini, pemerintah China yang baru akan mengkaji ulang kebijakan tersebut. Agar lebih longgar. "Setelah reformasi, China akan menerapkan dan meningkatkan program keluarga berencana," kata Ma Kai, Sekjen Dewan Negara, seperti dimuat Xinhua, yang dilansir kembali oleh Al Jazeera, Sabtu (16/3/2013).
Efek Negatif
China sebelumnya telah mengumumkan perubahan struktural sistem keluarga berencana, termasuk kebijakan satu anak.
Kebijakan yang diperkenalkan pada 1978 dan mulai diundangkan pada 1979, bertujuan untuk mencegah populasi berlebihan dan mendorong pembangunan ekonomi.
Kebijakan yang terutama diberlakukan dalam masyarakat perkotaan -- diberlakukan longgar untuk sejumlah keluaga di pedesaan, etnis minoritas, dan pasangan yang sama-sama anak tunggal dalam keluarganya. Mereka yang melanggar aturan itu, diwajibkan membayar denda.
Meski berhasil mengendalikan jumlah penduduk, kebijakan tersebut punya efek negatif: jumlah angkatan kerja yang menurun dan meningkatnya jumlah lansia. Organisasi HAM pun mengkritiknya.
Minggu lalu, pemerintah China mengumumkan peleburan Badan Kependudukan Nasional dan Komisi Keluarga Berencana yang sebelumnya bertugas mengawasi jalannya kebijakan, dengan Kementerian Kesehatan. Pemerintah China menyebut, langkah itu bertujuan untuk meningkatkan, bukan lantas menghapus kebijakan satu anak.
Sensus terbaru China pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk bisa bengkak 400 juta lebih besar jika kebijakan satu anak tidak diterapkan. (Ein)
Berdasarkan data yang dipampang di situs Kementerian Kesehatan, sejak tahun 1971, tak lama sebelum China mengharuskan warganya memiliki lebih sedikit anak -- dokter telah melakukan 336 juta aborsi.
Sebelumnya pemerintah China memperkirakan, tanpa aturan ketat soal jumlah anak, negeri yang penduduknya kini berjumlah 1,3 miliar akan bertambah 30 persenya.
Statistik resmi juga menyebut, selain aborsi, dokter di China juga telah mensterilkan 196 pria dan perempuan dewasa sejak 1971.
Kini, pemerintah China yang baru akan mengkaji ulang kebijakan tersebut. Agar lebih longgar. "Setelah reformasi, China akan menerapkan dan meningkatkan program keluarga berencana," kata Ma Kai, Sekjen Dewan Negara, seperti dimuat Xinhua, yang dilansir kembali oleh Al Jazeera, Sabtu (16/3/2013).
Efek Negatif
China sebelumnya telah mengumumkan perubahan struktural sistem keluarga berencana, termasuk kebijakan satu anak.
Kebijakan yang diperkenalkan pada 1978 dan mulai diundangkan pada 1979, bertujuan untuk mencegah populasi berlebihan dan mendorong pembangunan ekonomi.
Kebijakan yang terutama diberlakukan dalam masyarakat perkotaan -- diberlakukan longgar untuk sejumlah keluaga di pedesaan, etnis minoritas, dan pasangan yang sama-sama anak tunggal dalam keluarganya. Mereka yang melanggar aturan itu, diwajibkan membayar denda.
Meski berhasil mengendalikan jumlah penduduk, kebijakan tersebut punya efek negatif: jumlah angkatan kerja yang menurun dan meningkatnya jumlah lansia. Organisasi HAM pun mengkritiknya.
Minggu lalu, pemerintah China mengumumkan peleburan Badan Kependudukan Nasional dan Komisi Keluarga Berencana yang sebelumnya bertugas mengawasi jalannya kebijakan, dengan Kementerian Kesehatan. Pemerintah China menyebut, langkah itu bertujuan untuk meningkatkan, bukan lantas menghapus kebijakan satu anak.
Sensus terbaru China pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk bisa bengkak 400 juta lebih besar jika kebijakan satu anak tidak diterapkan. (Ein)