Liputan6.com, Manama - Ratusan narapidana (napi) di Bahrain menggelar aksi mogok makan untuk protes kebijakan penjara yang dianggap tidak sesuai hak asasi manusia.
Para napi berkata dilarang untuk sholat berjamaah dan mendapat akses kunjungan hingga perawatan medis yang tak layak.
Baca Juga
Dilaporkan Middle East Monitor, Senin (21/8/2023), ada sejumlah tuntutan yang diminta oleh para narapidana, seperti terkait menambah waktu di luar sel dan izin sholat berjamaah di masjid yang berada di penjara.
Advertisement
Setidaknya ada 500 narapidana terlibat mogok makan yang terjadi di penjara Jau.
Selain minta waktu lebih luang di luar sel, para narapidana meminta agar aturan kunjungan keluarga juga diberi kelonggaran, kemudian fasilitas pendidikan ditingkatkan, serta adanya akses medis dan kesehatan.
Para napi yang terlibat mogok makan berkata pihak berwenang di penjara tidak memberikan mereka hak perawatan medis.
"Ini bukanlah tuntutan yang berlebihan, tetapi diperlukan untuk kehidupan manusia," tulis pernyataan para narapidana.
Pernyataan itu dirilis oleh Partai Al-Wefaq yang telah dicekal oleh Bahrain.
Tudingan para narapidana dibantah keras oleh pemerintah Bahrain yang membela pejabat di penjara Jau.
Pihak pemerintah berkata bahwa mereka "berkomitmen untuk melindungi HAM dan memastikan standar-standar internasional terpenuhi saat mengurus para tahanan di fasilitas-fasilitas reformasi dan rehabilitasi."
Pejabat ombudsman dari kementerian dalam negeri Bahrain juga berkata bahwa semua tahanan mendapatkan hak mereka, seperti pelayanan kesehatan, kunjungan keluarga, dan sama sekali tidak dianiaya.
Namun, ada juga masalah tahanan politik. Bahrain dilaporkan memiliki sekitar 1.200 tahanan politik dari total 3.800 tahanan di sana. Penjara Jau punya reputasi sebagai lokasi untuk tahanan politik, meski pemerintah Bahrain membantah.
Bos Kartel Narkoba Ekuador Dipindahkan ke Penjara Keamanan Maksimum Pasca Pembunuhan Capres Fernando Villavicencio
Masih terkait isu penjara, ribuan tentara dan polisi Ekuador terlibat dalam operasi subuh untuk memindahkan bos kartel narkoba ke Penjara La Roca yang memiliki keamanan maksimum. Pemindahan tersebut berlangsung pada Sabtu (12/8/2023).
Jose Adolfo Macias, yang populer dengan panggilan Fito, disebut pernah mengirimkan ancaman pembunuhan kepada calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio yang tewas ditembak pada Rabu (9/8).
Villavicencio ditembak mati saat akan meninggalkan lokasi kampanye. Sebelum pembunuhannya, Villavicencio mengaku bahwa dia diancam oleh Fito.
"Jika saya terus ... menyebutkan Los Choneros (geng), mereka akan membinasakan saya," ujarnya seperti dilansir BBC, Senin (14/8).
Pada Minggu, Partai Construye telah mengumumkan Christian Zurita sebagai calon presidennya pengganti Villavicencio. Seperti halnya Villavicencio, Zurita juga memiliki latar belakang jurnalis.
Dalam kampanyenya, Villavicencio fokus pada korupsi dan narkoba. Dia adalah satu-satunya capres yang menyuarakan tuduhan adanya hubungan antara kejahatan terorganisir dan pejabat pemerintah Ekuador.
Sehari sebelum pembunuhannya, Villavicencio mengadu ke Kantor Kejaksaan Umum tentang dugaan penyimpangan dalam kontrak minyak yang dinegosiasikan selama pemerintahan mantan presiden Rafael Correa yang telah merugikan negara USD 9 miliar.
Presiden Ekuador Guillermo Lasso menegaskan bahwa relokasi Fito dimaksudkan demi keselamatan warga dan tahanan.
"Ekuador akan memulihkan perdamaian dan keamanan," twit Lasso. "Jika reaksi kekerasan muncul, kami akan bertindak dengan kekuatan penuh."
Advertisement
6 Orang Ditangkat terkait Pembunuhan Villavicencio
Enam warga Kolombia telah ditangkap sehubungan dengan pembunuhan Villavicencio, sementara yang ketujuh tewas dalam baku tembak. Pihak berwenang belum mengatakan siapa yang menyewa dan membayar pembunuh bayaran tersebut.
Kejahatan di Ekuador dilaporkan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh pertumbuhan kartel narkoba Kolombia dan Meksiko.
Adapun Fito ditahan di Penjara 8 di Guayaquil sejak tahun 2011 dan video yang dibagikan oleh pasukan keamanan menunjukkan dia bertelanjang dada dan diborgol saat pasukan keamanan memindahkannya ke fasilitas lain.