Liputan6.com, Pyongyang - Negara-negara G7, Kamis 24 Agustus 2023, mengecam keras peluncuran luar angkasa Korea Utara dengan menggunakan teknologi rudal balistik yang disebut mereka menimbulkan ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas.
"Peluncuran ini jelas pelanggaran terang-terangan terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB (UNSCR) dan menimbulkan ancaman besar terhadap perdamaian dan stabilitas regional serta internasional," kata G7 dalam pernyataan bersama para menteri luar negeri mereka dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa.
Baca Juga
Korea Utara untuk kedua kalinya meluncurkan satelit pengintaian militer pada Kamis 24 Agustus --Anadolu mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (26/8/2023).
Advertisement
Tapi peluncuran gagal akibat kesalahan pada sistem peledakan darurat roket selama penerbangan tahap ketiga.
Sembari menunjuk aksi terus menerus Korea Utara dalam meluncurkan rudal balistik meskipun berulang kali masyarakat internasional mencelanya, G7 menyatakan tindakan ini membuktikan kengototan Korea Utara dalam meningkatkan dan mendiversifikasi kemampuan nuklir serta rudal balistiknya.
"Sekali lagi kami mengulangi tuntutan agar Korea Utara secara penuh meninggalkan senjata nuklir dan program nuklirnya, serta setiap program senjata pemusnah masal dan program rudal balistiknya," kata mereka.
Para menteri luar negeri G7 mengatakan tindakan Korea Utara harus dijawab dengan respons internasional yang cepat, bersatu, dan kuat, khususnya oleh Dewan Keamanan PBB.
"Korea Utara tidak boleh dan tak akan berstatus negara bersenjata nuklir menurut Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT)," tambah G7.
G-7 menegaskan komitmennya dalam bekerja sama dengan para mitra dalam menuju perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.
Korea Utara Akui Kembali Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata tapi Tidak Menyerah
SebeKorea Utara pada Kamis (24/8/2023) mengatakan bahwa upaya keduanya untuk meluncurkan satelit mata-mata kembali gagal.
Peluncuran yang gagal tersebut sempat membuat Jepang mengeluarkan peringatan singkat yang memerintahkan sejumlah penduduk untuk mengungsi.
Badan antariksa Korea Utara mengungkapkan bahwa pihaknya menggunakan roket pembawa tipe baru Chollima-1 untuk menempatkan satelit mata-mata Malligyong-1 ke orbit. Disebutkan bahwa peluncuran gagal karena kesalahan dalam sistem peledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga. Demikian dilaporkan kantor berita Korea Utara KCNA, seperti dilansir AP.
Sementara itu, Badan Pengembangan Dirgantara Nasional (NADA) mengatakan akan melakukan upaya peluncuran ketiga pada Oktober setelah mempelajari apa yang salah dengan peluncuran pada Kamis. Badan tersebut menambahkan bahwa penyebab kecelakaan tersebut bukanlah isu besar dalam hal keandalan mesin dan sistem cascade.
"Dalam kasus-kasus sebelumnya di mana Korea Utara gagal dalam demonstrasi senjatanya, kami tidak pernah melihat mereka menyerah. Namun, menunjukkan ketekunan yang lebih besar mengingat ambisi jangka panjang mereka," ujar mantan analis CIA dan pakar di konsultan LMI yang berbasis di Virginia.
Sebelumnya, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menerangkan bahwa mereka mendeteksi roket Korea Utara terbang di atas perairan internasional di lepas pantai barat Semenanjung Korea setelah lepas landas di daerah Tongchang-ri di barat laut Korea Utara pada pukul 3.50 waktu setempat. Korea Utara gagal meluncurkan satelit mata-mata dari tempat yang sama pada akhir Mei.
Militer Korea Selatan menekankan bahwa peluncuran roket tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang peluncuran apa pun yang dilakukan Korea Utara menggunakan teknologi balistik. Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno menyebut peluncuran Korea Utara sebagai ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas.
Di Amerika Serikat (AS), juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson menggarisbawahi bahwa AS mengecam keras peluncuran tersebut dan menambahkan bahwa peluncuran tersebut melibatkan teknologi yang terkait langsung dengan program rudal balistik antar benua Korea Utara. Watson mengungkapkan bahwa Pyongyang harus segera menghentikan tindakan provokatifnya.
Para diplomat senior dari AS, Jepang, dan Korea Selatan kompak mengecam peluncuran Korea Utara dan menegaskan bahwa provokasi berulang-ulang yang dilakukan Korea Utara hanya akan memperkuat kerja sama Washington-Tokyo-Seoul.
Satelit mata-mata adalah salah satu dari serangkaian sistem senjata berteknologi tinggi yang Kim Jong Un secara terbuka berjanji akan mengakuisisinya. Senjata lain yang masuk daftar keinginannya adalah rudal multi-hulu ledak, kapal selam bertenaga nuklir, rudal balistik antar benua berbahan bakar padat, dan rudal hipersonik.
Advertisement