Korea Utara Luncurkan 2 Rudal Jelajah, Sinyal Peringatan ke Korea Selatan dan AS?

Korea Utara melakukan simulasi latihan “serangan nuklir taktis” pada Sabtu (2/9) pagi yang mencakup dua rudal jelajah jarak jauh.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 03 Sep 2023, 13:04 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2023, 13:04 WIB
Kim Jong-Un
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) mengamati uji coba rudal jelajah strategis pada hari Senin, 21 Agustus 2023. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara melakukan simulasi latihan “serangan nuklir taktis” pada Sabtu (2/9) pagi yang mencakup dua rudal jelajah jarak jauh.

Dua rudal jelajah ini membawa hulu ledak nuklir tiruan, sebagai tanggapan terhadap latihan sekutu oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan, kata media pemerintah melaporkan pada Minggu (3/9).

Kantor berita KCNA mengatakan, latihan itu dilakukan untuk "memperingatkan musuh akan bahaya perang nuklir yang sebenarnya".

Pyongyang disebut kembali berjanji akan meningkatkan pencegahan militer terhadap Washington dan Seoul, dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (3/9/2023).

Dua rudal jelajah yang membawa hulu ledak nuklir tiruan ditembakkan ke arah Laut Barat semenanjung dan terbang sejauh 1.500 km pada ketinggian yang telah ditentukan yaitu 150 meter.

Pernyataan terpisah mengatakan, Kim mengunjungi Kompleks Mesin Pukjung, yang memproduksi mesin kelautan, dan pabrik amunisi besar untuk menekankan pentingnya memperkuat kekuatan angkatan laut Pyongyang.

“Dia menegaskan bahwa rapat pleno Komite Sentral WPK (Partai Pekerja Korea) di masa depan akan menetapkan modernisasi penting dari kompleks tersebut dan arah pengembangan industri pembuatan kapal,” katanya lewat pernyataan KCNA.

Pernyataan itu tidak merinci tanggal kunjungannya.

Uji coba rudal terbaru ini dilakukan tepat setelah latihan gabungan musim panas tahunan antara Korea Selatan dan AS, yang dikenal sebagai Ulchi Freedom Shield, berakhir pada Kamis kemarin setelah latihan selama 11 hari, yang menampilkan latihan udara dengan pesawat pengebom B-1B.

Korea Utara telah meningkatkan pencegahan militernya terhadap Washington dan Seoul dan mengkritik perjanjian puncak bulan lalu antara keduanya mengenai peningkatan kerja sama militer.

Pernyataan KCNA pada 21 Agustus mengatakan Kim baru-baru ini mengunjungi armada angkatan laut yang ditempatkan di pantai timur untuk mengawasi uji coba rudal jelajah strategis di atas kapal perang, dan menekankan kapal tersebut akan mempertahankan kekuatan serangannya dalam situasi pertempuran.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perundingan Jual Beli Senjata Korea Utara dan Rusia Alami Kemajuan, AS Khawatir

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) dengan delegasi Rusia yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi pameran senjata di Pyongyang, Korea Utara, 26 Juli 2023. Kunjungan ini dalam rangka memperingati 70 tahun gencatan senjata yang menghentikan pertempuran dalam Perang Korea 1950-53. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Korea Utara dan Rusia aktif memajukan perundingan mengenai potensi kesepakatan jual beli senjata. Hal itu diungkapkan intelijen Amerika Serikat (AS) pada Rabu (30/8/2023).

Perkembangan terakhir yang mencuat ke publik adalah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melawat ke Korea Utara bulan lalu. Delegasi kedua Rusia juga telah menyambangi Korea Utara untuk mendiskusikan lebih lanjut mengenai kesepakatan potensial tersebut.

Selain dua delegasi tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebelumnya telah bertukar surat, yang isinya mencakup komitmen untuk meningkatkan kerja sama bilateral mereka.

"Kami tetap khawatir bahwa Korea Utara terus mempertimbangkan untuk memberikan dukungan militer kepada pasukan Rusia di Ukraina dan kami memiliki informasi baru bahwa negosiasi jual beli senjata antara keduanya mengalami kemajuan," ungkap koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, seperti dilansir CNN.

"Setelah negosiasi, diskusi tingkat tinggi mungkin akan menyusul dalam beberapa bulan mendatang."

Pengungkapan intelijen baru ini kepada publik disebut adalah contoh terbaru dari tindakan pemerintahan Joe Biden yang berencana untuk mempublikasikan setiap upaya Rusia menghindari sanksi Barat dan memberitahu Korea Utara bahwa AS memantau dengan cermat.

"Berdasarkan potensi kesepakatan ini, Rusia akan menerima sejumlah besar dan berbagai jenis amunisi dari Korea Utara, yang rencananya akan digunakan oleh militer Rusia di Ukraina. Kesepakatan potensial ini juga dapat mencakup penyediaan bahan mentah yang akan membantu basis industri pertahanan Rusia," kata Kirby, seraya berjanji bahwa AS akan mengambil tindakan langsung untuk memberikan sanksi kepada entitas manapun yang terlibat.

AS mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan.


Sinyal Keputusasaan Rusia?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu
Sergei Shoigu dan delegasi China berpangkat tinggi berada di Pyongyang sebagai tamu asing pertama Kim Jing Un yang diketahui sejak dimulainya pandemi COVID-19. Gencatan senjata Perang Korea dirayakan sebagai Hari Kemenangan. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Kirby menggarisbawahi upaya Rusia untuk mendapatkan senjata dari negara-negara seperti Iran dan Korea Utara merupakan sinyal jelas akan kesulitan mereka.

"Tidak ada cara lain untuk melihat hal ini selain keputusasaan dan kelemahan," kata Kirby.

Pada akhir tahun lalu, Korea Utara dilaporkan mengirimkan roket dan rudal infanteri ke kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner, untuk pasukan mereka di Ukraina dan para pejabat Barat mengatakan bahwa Iran juga telah memasok senjata kepada Rusia untuk digunakan di Ukraina.

Iran dan Korea Utara sama-sama membantah klaim tersebut.

Infografis Nuklir Korut
Ambisi Korea Utara Punya Senjata Nuklir
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya