Liputan6.com, Jakarta - Ribuan orang yang tinggal atau sedang berkunjung ke kota Marrakesh di Maroko hari Minggu (10/9) memadati pusat-pusat transfusi untuk menyumbangkan darah mereka, berharap dapat membantu sebagian korban luka-luka pasca gempa dahsyat dalam lebih dari satu abad yang mengguncang negara itu.
Orang-orang berusia antara 18-60 tahun antri di hampir semua kota di Maroko setelah pihak berwenang menyampaikan kebutuhan darah untuk membantu para korban.
Salah satu pusat transfusi Marrakesh pada Sabtu (9/9) buka selama 12 jam dan mengatakan lebih dari 800 orang telah menyumbangkan darah mereka. Jalila Guerina, yang datang ke pusat itu pada hari Minggu, mengatakan “kami melihat berita soal kebutuhan darah. Saya tidak berpikir dua kali, saya segera datang ke sini.”
Advertisement
Direktur pusat itu mengatakan kepada Associated Press, lebih dari 2.000 orang datang pada hari Minggu untuk menyumbangkan darah mereka, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (11/9/2023).
Menurut Kementerian Dalam Negeri Maroko, lebih dari 2.000 orang luka-luka akibat gempa Jumat lalu (7/9). Sekitar 1.400 diantara korban luka-luka itu berada dalam kondisi serius.
Lebih dari 2.000 orang tewas dalam gempa dahsyat itu.
Pusat-pusat transfusi darah di Casablanca, Rabat, Tangier dan Fes juga dipadati mereka yang ingin menyumbangkan darah.
Update Korban Gempa Maroko
Korban selamat gempa Maroko berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung pada Minggu (10/9), sementara operasi pencarian orang hilang terus berlanjut di desa-desa terpencil.
Banyak orang menghabiskan malam ketiga di tempat terbuka. Para pekerja bantuan dilaporkan menghadapi tantangan untuk menjangkau desa-desa yang terdampak paling parah di High Atlas, wilayah pegunungan terjal yang menjadi pusat gempa.
TV pemerintah mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa Maroko meningkat menjadi 2.122 orang dan 2.421 lainnya terluka.
Kerusakan yang terjadi terhadap warisan budaya Maroko menjadi lebih jelas ketika media lokal melaporkan runtuhnya sebuah masjid bersejarah yang penting pada Abad ke-12. Gempa juga telah merusak sebagian kota tua Marrakesh, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO.
Advertisement
Kekurangan Air
Yassin Noumghar (36) mengeluhkan kekurangan air, makanan, dan listrik, dan mengatakan sejauh ini dia hanya menerima sedikit bantuan pemerintah.
"Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah," kata Noumghar seperti dilansir Reuters, Senin (11/9). "Kami hanya ingin pemerintah membantu kami."
Dengan banyaknya rumah yang dibangun dari batu bata lumpur dan kayu atau semen dan balok angin, struktur bangunan mudah runtuh. Gempa magnitudo 6,8 yang mengguncang pada Jumat (8/9), merupakan yang paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960, di mana gempa diperkirakan menewaskan sedikitnya 12.000 orang.