Liputan6.com, Washington - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengatakan bahwa situasi global dan kondisi domestik di Myanmar telah memperparah nasib masyarakat Rohingya.
"Nasib masyarakat Rohingya masih belum jelas. Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit. Komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini adalah niscaya,"Â tegas Menlu Retno dalam side event mengenai Rohingya yang bertajuk "Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar" di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-78 pada Kamis (21/9/2023), seperti dikutip dari pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri RI, Jumat (22/9).
Baca Juga
Kegiatan tersebut disponsori bersama oleh Bangladesh, Indonesia, Kanada, Gambia, Malaysia, Turki, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Ada dua hal, yang menurut Menlu Retno, perlu dilakukan untuk membantu para pengungsi Rohingya. Pertama, mendorong adanya solusi politik.
"Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan, tapi sangat politis. Oleh karenanya, satu- satunya jalan keluar untuk Rohingya ini adalah melalui solusi politik," ujar Menlu Retno.
Penyelesaian masalah Rohingya, ujar Menlu Retno, harus menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari solusi krisis politik di Myanmar. Menlu Retno pun menyampaikan bahwa upaya dialog nasional yang inklusif yang didorong oleh ASEAN melalui Lima Poin Konsensus juga harus mencakup penyelesaian bagi masyarakat Rohingya.
Terkait isu repatriasi pengungsi Rohingya, Menlu Retno menyampaikan bahwa proses itu harus difasilitasi secara sukarela, aman, dan bermartabat.
Menlu Retno menyatakan bahwa ASEAN akan terus membantu Rohingya dan ASEAN tidak akan pernah melupakan Rohingya.
Â
Bantuan Kemanusiaan
Hal kedua yang perlu dilakukan untuk membantu para pengungsi Rohingya adalah memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan.
Secara umum, rakyat Myanmar memerlukan bantuan kemanusiaan, namun bantuan untuk Rohingya paling dibutuhkan.
"Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi, sementara mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi yang sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir," ungkap Menlu Retno.
Karena itu, dukungan dari dunia internasional perlu terus diperkuat.
"Saat ini, masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam," imbuh Menlu Retno.
Â
Advertisement