Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia menggelar acara diskusi bertema "Sustainable Urban Development" atau "Pembangunan Kota Berkelanjutan" di Jakarta pada Rabu malam, 3 Oktober 2023.
Acara ini dimaksudkan untuk mendiskusikan strategi perencanaan kota yang ramah lingkungan untuk kedua kota, Jakarta dan ibu kota baru Nusantara. Tujuannya menciptakan lingkungan hunian yang nyaman dan mendukung iklim.
Baca Juga
Dalam acara ini, hadir pula sejumlah ahli dalam bidang pembangunan kota berkelanjutan.
Advertisement
Lucia Athens, Chief Sustainability Officer dari Austin, Texas, membawa pengalaman berharga dari Kota Austin, Texas. Dalam diskusinya, Athens membahas beberapa tantangan yang dihadapinya dalam mengembangkan Austin untuk menjadi kota ramah lingkungan, salah satunya adalah soal emisi karbon.
Emisi karbon merupakan salah satu masalah yang dihadapi Athens dalam menciptakan kota ramah lingkungan di Austin.
“Sebagian besar emisi karbon berasal dari perkotaan, berasal dari kebutuhan warga akan listrik, air, pengelolaan sampah, dan transportasi sehari-hari. Kami berusaha memenuhi kebutuhan penduduk kami dengan cara yang adil, mencoba untuk mempertimbangkan semua aspek ini," ujar Athens.
Athens berpendapat bahwa ada beberapa strategi untuk mengatasi tantangan dalam mewujudkan visi Austin menuju kota berkelanjutan, termasuk penyediaan layanan publik yang berkelanjutan.
"Austin mengalami pertumbuhan yang signifikan, dan kami berusaha mencari cara untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kota dan kualitas hidup yang diinginkan oleh warga. Kami berusaha menyediakan layanan dan fasilitas yang diperlukan oleh semua orang, termasuk ruang terbuka untuk rekreasi," ujar Athens.
Athens turut menyebutkan bahwa Austin dan Jakarta memiliki persamaan, "Saat ini, kami sebagai kota yang berkembang pesat, dihadapkan dengan tantangan serupa dengan Jakarta yang tengah mengalami pertumbuhan cepat. Hal ini tentu menjadi tantangan yang menarik, dinamis, dan penuh potensi."
Menuju Indonesia Emas 2045 dalam Pembangunan Jakarta
Tahun ini, Kota Jakarta merayakan hari jadinya yang ke-496, sementara Indonesia memasuki masa menuju Indonesia Emas selama 22 tahun ke depan. Namun, terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045.
Dalam diskusi ini, Doti Windajani, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), berbicara mengenai beberapa tantangan yang harus dihadapi tersebut.
"Jakarta memiliki kompleksitas tersendiri, tetapi kami memiliki alam yang luar biasa. Indonesia juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah. Pada tahun 2017, Joe Biden sudah memperingatkan bahwa Jakarta berpotensi tenggelam," ujar Doti.
"Global, Livable, Sustainable" telah menjadi visi masa depan Jakarta untuk mencapai kota global yang berkelanjutan. Doti menyebutkan, untuk mencapai visi tersebut, diperlukan keseimbangan dari berbagai aspek.
“Perlu keseimbangan ekologi antara aspek ekonomi dan sosial, perencanaan khusus, dan rencana pembangunan. Sistem transportasi dan pelayanannya, bersama dengan perencanaan karakter khusus, merupakan aspek penting dalam menjaga keseimbangan ini," jelas Doti.
Advertisement
Merancang IKN yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Penerapan program pembangunan berkelanjutan menjadi komponen penting yang harus dimasukkan dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Ardzuna Sinaga, Co-founder, Director, Funding Partner Urban+ Design, membawakan perspektif praktisi dalam merancang kota berkelanjutan. Ardzuna membahas strategi dan teknik untuk membangun infrastruktur IKN agar menjadi kota yang ramah lingkungan.
"Kita menghadapi tantangan besar dalam membangun ibu kota baru. Tujuan utamanya adalah menciptakan sebuah kota yang sangat hijau, hampir seperti hutan kota. Kita tengah merancang program kota di sepanjang sungai, di hutan, dan di antara alam liar yang ada," ujar Ardzuna.
Ardzuna mengatakan bahwa keberlanjutan merupakan fokus utama dalam membangun IKN, dan hal tersebut telah menjadi tantangan yang besar yang harus dihadapi bersama.
"Keberlanjutan adalah fokus utama dalam rencana ini, dan harus menjadi contoh bagi pembangunan berkelanjutan di masa depan. Ini adalah tantangan yang sangat besar, dan meskipun kita memiliki banyak indikator kinerja dan target yang harus dicapai, kolaborasi dari berbagai pihak dan koordinasi yang solid adalah hal yang sangat penting," jelas Ardzuna.
Ardzuna turut membahas mengenai mobilitas berkelanjutan di Jakarta yang layak dijadikan contoh untuk kota-kota lainnya.
"Saat ini, banyak kemajuan telah dicapai dalam infrastruktur dan transportasi di Jakarta. Banyak orang beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Ini adalah langkah besar dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Terlihat komitmen untuk memprioritaskan pejalan kaki dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah manusia," ujar Ardzuna.
Kesadaran Masyarakat Kunci Pembangunan Berkelanjutan untuk Kota Ramah Lingkungan
Dalam mencapai kota ramah lingkungan, dibutuhkan dukungan dari semua stakeholder kota, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum. Lucia Athens mengatakan pada Liputan6.com bahwa kesadaran masyarakat penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
"Pentingnya kesadaran masyarakat adalah hal yang sangat saya tekankan. Kita tidak hanya membutuhkan keterlibatan dari pemerintah atau dunia usaha untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Semua pihak, termasuk lingkungan sekitar, sekolah, dan dunia usaha, harus bekerja bersama,” ujar Athens.
“Membangun lingkungan berkelanjutan tidak hanya melibatkan solusi teknis dan infrastruktur, tetapi juga melibatkan perilaku dan pilihan sehari-hari masyarakat. Inilah yang sebenarnya akan membentuk komunitas berkelanjutan,” tambahnya.
Dengan kontribusi dari para ahli dan praktisi terkemuka, diharapkan bahwa ide-ide inovatif yang dihasilkan dari acara ini akan menjadi pijakan penting dalam mengarahkan masa depan kota-kota di Indonesia menuju keberlanjutan. Terlepas dari semua tantangan, semangat kolaborasi dan keberlanjutan harus dipertahankan untuk mencapai tujuan bersama.
Advertisement