Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perusahaan produsen pakaian India yang memasok puluhan ribu seragam setiap tahunnya kepada polisi Israel menolak menerima lebih banyak pesanan dari pasukan tersebut setelah serangan mematikan Israel terhadap warga sipil di Gaza.
Maryan Apparel Private Limited di distrik Kannur di negara bagian Kerala selatan telah memasok pakaian untuk petugas polisi Israel sejak tahun 2015.
Baca Juga
Namun minggu ini, mereka memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan pelanggan tersebut, dikutip dari laman Arab News, Senin (23/10/2023).
Advertisement
“Membunuh rakyat jelata yang tidak bersalah adalah alasannya,” kata Thomas Olickal, direktur perusahaan tersebut.
Perusahaan itu mengumumkan keputusan tersebut setelah Rumah Sakit Al-Ahli Al-Arabi di Gaza tengah dibom, menewaskan ratusan orang, kebanyakan wanita, anak-anak dan orang tua.
Banyak negara di dunia yang menyalahkan Israel atas pengeboman tersebut, meskipun mereka membantah bertanggung jawab. Di antara para korban adalah pasien dan orang-orang yang berlindung dari serangan udara Israel setiap hari.
“Serangan terhadap rumah sakit dan pembunuhan 500 orang tak bersalah benar-benar meresahkan kami,” kata Olickal.“Saya tidak mampu melihat gambar-gambar anak-anak dan perempuan yang menangis kesakitan tanpa obat dan makanan.”
Hampir 4.400 warga Palestina diyakini telah terbunuh sejak 7 Oktober 2023 ketika Tel Aviv memulai pemboman terhadap daerah kantong padat penduduk tersebut menyusul serangan terhadap Israel oleh kelompok militan Hamas yang berbasis di Gaza.
Israel Sempat Putus Pasokan Listrik ke Gaza
Israel sempat memutus pasokan listrik, air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan ke Gaza, sehingga mengintensifkan blokade terhadap wilayah kantong yang berpenduduk 2,3 juta orang itu.
Maryan Apparel, yang mempekerjakan 1.500 orang, mengkhususkan diri pada kain tahan api untuk pekerja di kilang minyak, scrub untuk dokter dan perawat, dan pakaian untuk pasukan keamanan.
Pelanggannya antara lain adalah petugas pemadam kebakaran dan rumah sakit di Arab Saudi, penegak hukum di Qatar, dan perusahaan keamanan di AS dan Inggris.“Seluruh karyawan sepenuh hati mendukung saya,” ujarnya.
“Kita harus mengambil sikap ketika rakyat biasa terbunuh… Kesulitan keuangan tidak ada artinya dibandingkan dengan penderitaan orang-orang yang tidak bersalah.”
Advertisement