Liputan6.com, Tel Aviv - Pasukan Israel telah mengepung Kota Gaza di tiga sisi dan beroperasi di dalam kota tersebut, bertempur dalam jarak dekat. Demikian disampaikan komandan militer utama mereka.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi seperti dilansir The Guardian (3/11/2023), Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letjen Herzi Halevi mengatakan, "(Pasukan Israel) berada di jantung Gaza utara, beroperasi di Kota Gaza, dan mengelilinginya."
Pernyataan Halevi muncul ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken sedang menuju ke Israel dan Yordania untuk melakukan pembicaraan pada Jumat guna mendorong jeda kemanusiaan yang diteriakkan Presiden Joe Biden tapi tidak digubris Israel.
Advertisement
Blinken mengatakan dia berencana membahas langkah-langkah konkret untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil di Gaza dan menambahkan bahwa dalam beberapa hari terakhir warga sipil terus menanggung beban konflik yang paling parah.
Pengeboman Israel yang semakin intensif telah menewaskan 9.061 warga Palestina, termasuk 3.760 anak-anak dan mereka yang berlindung dari serangan tersebut kehabisan air bersih serta menghadapi peningkatan risiko kesehatan karena layanan publik tidak dapat beroperasi dan rumah sakit tutup.
Puncak Pertempuran
Tujuh pakar PBB pada Kamis menyerukan gencatan senjata, dengan mengatakan bahwa waktu hampir habis bagi warga Palestina di sana yang berada pada risiko besar terjadinya genosida. Misi Israel untuk PBB di Jenewa menuturkan pihaknya sedang mempersiapkan tanggapan terhadap pernyataan para ahli tersebut.
Selama bentrokan sengit di pinggiran wilayah perkotaan Gaza dalam beberapa hari terakhir, 18 tentara Israel tewas, termasuk seorang perwira senior.
Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Kamis (2/11), pasukan Israel telah menerobos pinggiran Kota Gaza.
"Kita berada di puncak pertempuran," ujar Netanyahu. "Kami telah mencapai keberhasilan yang mengesankan dan telah melewati pinggiran Kota Gaza. Kami maju."
Sementara itu, Israel dan Hezbollah terus terlibat baku tembak pada Kamis di seberang perbatasan Lebanon, dengan sebuah roket yang ditembakkan dari Lebanon mengenai sebuah rumah di Kota Kiryat Shmona. Hezbollah mengklaim telah menggunakan dua drone untuk menargetkan pasukan Israel.
Sekretaris jenderal Hezbollah Hassan Nasrallah pada Jumat dijadwalkan menyampaikan pernyataan publik pertamanya di Beirut sejak serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan.
Dalam peringatan kepada Hezbollah, Halevi mengungkapkan, "Kurang dari setengah angkatan udara Israel terlibat dalam serangan udara di Gaza dengan sebagian besar pasukannya siap, dengan bom yang dimuat, jika diperlukan, untuk menyerang front lain."
Advertisement
Mesir Siap Tampung Sekitar 7.000 Warga Asing dari Gaza
UNICEF menggambarkan pembantaian mengerikan pasca serangan udara Israel dua putaran di kamp pengungsi Jabalia pada Selasa (31/10) dan Rabu (1/11).
"Rumah-rumah penduduk rata dengan tanah, ratusan orang terluka dan tewas, dan banyak anak-anak dilaporkan menjadi korban," sebut organisasi PBB itu.
Otoritas kesehatan Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, melabeli serangan itu sebagai pembantaian keji yang menewaskan 195 orang, termasuk tujuh sandera.
Para pejabat Israel menuturkan bahwa pemboman itu telah menewaskan para komandan senior Hamas yang berusaha berlindung di balik warga sipil dan penargetan tersebut bertujuan untuk melindungi warga sipil.
Mesir, sementara itu, mengatakan pihaknya sedang bersiap untuk menerima sekitar 7.000 orang yang mewakili lebih dari 60 negara melalui penyeberangan yang baru dibuka yang berbatasan dengan Gaza selatan. Hal tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Mesir dalam pada Kamis, tanpa menentukan jangka waktunya.
Perang Jangka Panjang
Beberapa analis Israel mengatakan bahwa di balik retorika pemerintah yang terus menerus untuk menaklukkan Hamas dan meraih kemenangan total, ada perencanaan ulang yang sedang dilakukan, yang sebagian didorong oleh prospek meningkatnya korban di kalangan militer Israel dan berkurangnya dukungan internasional terhadap Israel di tengah pembantaian di Gaza.
"Mengalahkan Hamas telah berkembang dari tujuan taktis jangka pendek menjadi strategi jangka panjang Israel, yang mencakup pembentukan zona keamanan ... penerapan tekanan berkelanjutan," tulis Nadav Eyal di Yedioth Ahronoth.
Gedung Putih telah menyerukan jeda kemanusiaan untuk memfasilitasi bantuan dan evakuasi dari Gaza, namun menentang gencatan senjata, yang dianggap menguntungkan Hamas. Pembicaraan yang direncanakan Blinken, sebut Kementerian Luar Negeri AS, bertujuan untuk mencari mekanisme mendesak demi mengurangi ketegangan regional.
Negara-negara Arab, termasuk negara-negara yang bersekutu dengan AS dan berdamai dengan Israel, telah menyatakan kegelisahannya atas perang Hamas Vs Israel. Yordania, bahkan telah menarik kembali duta besarnya untuk Israel.
Perang Hamas Vs Israel terbaru dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas melancarkan serangan mematikan ke Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera ratusan lainnya. Perkiraan Israel saat ini mengenai jumlah sandera adalah 242 orang.
Advertisement