Liputan6.com, Jakarta - DPR AS pada Selasa (7/11) malam melakukan pemungutan suara dan memutuskan untuk mengecam keras anggota dari fraksi Demokrat, Rashida Tlaib asal Michigan, satu-satunya warga Amerika keturunan Palestina di Kongres. Ia mendapat teguran luar biasa keras atas retorikanya mengenai perang Israel-Hamas.
Suara mendukung kecaman 234 berbanding 188 menolak muncul setelah cukup banyak anggota Demokrat bergabung dengan para anggota dari Fraksi Republik untuk mengecam Tlaib.
Ini adalah hukuman satu tingkat di bawah pemecatan dari DPR. Anggota Kongres selama tiga periode ini telah lama menjadi target kritik atas pandangannya mengenai konflik puluhan tahun di Timur Tengah, dikutip dari laman VOA, Kamis (9/11/2023).
Advertisement
Perdebatan mengenai resolusi kecaman pada Selasa (7/11) sore itu berlangsung emosional dan sengit. Anggota fraksi Republik Rich McCormick mendorong tindakan itu sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai promosi retorika anti-Yahudi oleh Tlaib.
Ia mengatakan Tlaib “telah menyatakan kebohongan luar biasa mengenai sekutu terbesar kita, Israel, dan serangan pada 7 Oktober.”
Dengan sejumlah anggota Demokrat mendukungnya, Rashida Tlaib membela sikapnya, dengan mengatakan “ia tidak akan bisa dibungkam” dan “ saya tidak akan membiarkan Anda memutarbalikkan kata-kata saya.” Ia menambahkan bahwa kritiknya terhadap negara Yahudi selalu ditujukan pada pemerintahnya dan kepemimpinannya di bawah PM Benjamin Netanyahu.
“Penting untuk memisahkan rakyat dan pemerintah,” ujarnya.
“Gagasan bahwa mengkritik pemerintah Israel adalah sikap anti-Yahudi menjadi preseden yang sangat berbahaya. Dan ini digunakan untuk membungkam beragam suara yang berbicara lantang mengenai HAM di berbagai penjuru negara kita.”
Keluarga Tlaib Tinggal di Tepi Barat
Kritik itu mencapai puncaknya setelah serangan 7 Oktober oleh kelompok Hamas menewaskan ratusan orang Israel dan banyak lainnya terluka. Tlaib, yang memiliki keluarga di Tepi Barat, mendapat kecaman keras setelah ia tidak segera mengutuk Hamas setelah serangan itu.
Seluruh anggota Demokrat awalnya mendukung Tlaib dan membantunya mengalahkan resolusi kecaman pertama terhadapnya pekan lalu. Tetapi sejak itu, banyak sejawatnya, termasuk para anggota Yahudi terkemuka, semakin menentang retorikanya mengenai perang, terutama karena slogan yang ia kerap gunakan yang dianggap luas sebagai seruan untuk memusnahkan Israel.Akhirnya, lebih dari 20 dari mereka bergabung dengan fraksi Republik pada Selasa malam untuk mengecamnya setelah upaya sebelumnya untuk membatalkan resolusi itu gagal.
Advertisement
Pemungutan Suara di DPR AS
Kecaman terbaru ini mendorong pemungutan suara yang dramatis di DPR di tengah-tengah ketegangan politik terkait perang Israel-Hamas yang mematikan dan masih terus berlangsung. Meskipun mayoritas anggota dari kedua partai secara historis mendukung tegas pihak Israel, perpecahan pendapat telah muncul di partai Demokrat terkait tanggapan Amerika.
Brad Schneider, satu-satunya anggota Demokrat yang bergabung dengan Republikan pada hari Selasa untuk memajukan resolusi kecaman itu, mengatakan, ia percaya penting sekali untuk membahas slogan “dari sungai hingga ke laut.”
“Ini tidak lain adalah seruan bagi penghancuran Israel dan pembunuhan orang-orang Yahudi,” kata anggota Demokrat keturunan Yahudi itu. “Saya selalu membela hak kebebasan berpendapat. Tlaib memiliki hak untuk mengatakan apa pun yang ia inginkan.”
Ia menambahkan, “Tetapi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.”Meskipun kecaman terhadap seorang legislator tidak berdampak praktis, ini sama dengan celaan keras dari para sejawatnya, karena para legislator yang dikecam biasanya diminta untuk berdiri di depan sewaktu resolusi kecaman dibacakan. Namun resolusi terhadap Tlaib tidak menyerukanteguran terbuka.
Dengan keputusan itu, Tlaib menjadi perempuan Muslim Amerika kedua di Kongres yang secara resmi ditegur tahun ini karena kritiknya terhadap negara Yahudi. Ilhan Omar, juga anggota Demokrat, dikeluarkan pada Februari lalu dari Komisi Hubungan Luar Negeri DPR karena komentar serupa yang ia lontarkan mengenai Israel.