Minim Air Bersih, WHO Waspadai Ancaman Penyebaran Penyakit di Gaza

WHO mencatat lebih dari 33.000 kasus diare, lebih dari 54.800 kasus infeksi saluran pernapasan atas, dan ribuan kasus penyakit lainnya sejak pertengahan Oktober.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Nov 2023, 18:35 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2023, 18:35 WIB
Kondisi Warga Gaza Palestina
Sejak militer Israel memutuskan untuk memutus pasokan air dan bahan bakar ke Jalur Gaza serta mencegah masuknya konvoi bantuan, warga Palestina di Gaza terpaksa berlindung bersama keluarga mereka jauh dari rumah mereka dan berjuang untuk bertahan hidup. (AP Photo/Fatima Shbair, File)

Liputan6.com, Gaza - Badan Kesehatan PBB, WHO, memperingatkan pada Rabu (8/11/2023) mengenai risiko penyakit yang berpotensi merajalela di Gaza, di tengah serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut.

"Ketika kematian dan cedera di Gaza terus meningkat akibat meningkatnya permusuhan, kepadatan penduduk yang berlebihan dan terganggunya sistem kesehatan, air, dan sanitasi menimbulkan bahaya tambahan: penyebaran penyakit menular yang cepat," tulis Organisasi Kesehatan Dunia di X, sebelumnya Twitter, seperti dikuti Anadolu Agency, Kamis (9/11).

Saat ini, warga Palestina di Gaza sangat berpotensi mengalami masalah pencernaan termasuk diare, lantaran minimnya kebersihan dan mengonsumsi air yang terkontaminasi.

"Situasi ini sangat memprihatinkan bagi hampir 1,5 juta pengungsi di Gaza, terutama mereka yang tinggal di tempat penampungan yang sangat padat dengan akses yang buruk terhadap fasilitas kebersihan dan air bersih, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit menular," kata WHO. 

Badan tersebut mencatat lebih dari 33.000 kasus diare, lebih dari 54.800 kasus infeksi saluran pernapasan atas, dan ribuan kasus penyakit lainnya sejak pertengahan Oktober.

"Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular, semakin meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit," sambung WHO.

Pihaknya juga mengatakan bahwa pencegahan infeksi dasar menjadi tidak mungkin dilakukan di fasilitas kesehatan di tengah pengepungan dan konflik. 

"WHO menyerukan akses bantuan kemanusiaan yang mendesak dan dipercepat – termasuk bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis – ke dalam dan di seluruh Jalur Gaza," kata badan tersebut.

Lebih jauh, WHO juga menyerukan semua pihak yang bertikai untuk "mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum kemanusiaan internasional untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk layanan kesehatan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


WHO Kutuk Serangan Terhadap 3 Fasilitas Rumah Sakit di Gaza

Dokter di RS Deir al-Balah mengobati korban serangan Israel di Jalur Gaza, Sabtu 21 Oktober 2023. (AP/Hatem Moussa)
Dokter di RS Deir al-Balah mengobati korban serangan Israel di Jalur Gaza, Sabtu 21 Oktober 2023. (AP/Hatem Moussa)

Sebelumnya, WHO telah mengutuk serangan Israel pada tanggal 3 November 2023 di dekat tiga fasilitas kesehatan di Kota Gaza dan Provinsi Gaza Utara. Ketiga rumah sakit yang dimaksud yakni Rumah Sakit Al-Shifa, Rumah Sakit Al-Quds, dan Rumah Sakit Indonesia. Demikian seperti dikutip dari kanal Health Liputan6.com

Menurut laporan, ketika terjadi serangan di pintu masuk Rumah Sakit Al-Shifa, ambulans sedang mengevakuasi pasien yang terluka parah dan sakit ke rumah sakit di selatan Jalur Gaza.

Berdasarkan laporan awal, sedikitnya tiga belas orang tewas dan lebih dari 60 orang terluka akibat serangan terhadap rumah sakit di Gaza tersebut. Selain itu, infrastruktur rumah sakit dan satu ambulans mengalami kerusakan.

Serangan ini menambah kerusakan dari kejadian sebelumnya yang mengakibatkan kerusakan pada ambulans lain dalam konvoi yang sama.


Rumah Sakit Al-Quds di Gaza Kehabisan Bahan Bakar

Kenzi Al Madhoun, seorang anak Palestina berusia empat tahun yang menjdi korban serangan Israel. Ia dirawat di RS Al Aqsa yang berlokasi di Jalur Gaza. (Ap Photo/Abdel Kareem Hana)
Kenzi Al Madhoun, seorang anak Palestina berusia empat tahun yang menjdi korban serangan Israel. Ia dirawat di RS Al Aqsa yang berlokasi di Jalur Gaza. (Ap Photo/Abdel Kareem Hana)

Sementara itu, Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza telah menutup sebagian besar operasionalnya setelah kehabisan bahan bakar dan bertahan di tangah pengeboman harian Israel di sekitar kompleks medis sejak Minggu 5 November.

Rumah sakit tersebut, yang terletak di lingkungan Tal al-Hawa dan dijalankan oleh Palestine Red Crescent Society (PRCS) atau Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pihaknya terpaksa menghentikan sebagian besar layanan "untuk menjatah penggunaan bahan bakar dan memastikan tingkat layanan minimum dalam beberapa hari mendatang".

Pemerintah telah mematikan generator utamanya. Kini hanya mengoperasikan generator yang lebih kecil untuk menyediakan layanan penting dan pasokan listrik dua jam sehari kepada pasien, serta untuk 14.000 pengungsi internal yang berlindung di sana. Bangsal bedah dan pabrik penghasil oksigen telah ditutup.


18 Rumah Sakit Tidak Berfungsi Sejak Perang Israel-Hamas 7 Oktober 2023

Warga Palestina terluka dalam ledakan di rumah sakit Ahli Arab, menunggu untuk dirawat di rumah sakit Al-Shifa, di Kota Gaza, pada 17 Oktober 2023. (Abed Khaled/ AP)
Warga Palestina terluka dalam ledakan di Al-Ahli Arabi Baptist hospital atau RS Al-Ahli Arabi Baptist, menunggu untuk dirawat di rumah sakit Al-Shifa, di Kota Gaza, pada 17 Oktober 2023. (Abed Khaled/ AP)

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 18 rumah sakit tidak berfungsi sejak perang dimulai, baik karena kehabisan bahan bakar atau karena pemboman.

Bashar Murad, direktur layanan medis darurat di PRCS, yang bekerja di Rumah Sakit Al-Quds, menggambarkan situasi di fasilitas tersebut "sebagai yang paling mengancurkan" dalam sejarah organisasi tersebut.

"Pada hari Minggu, serangan udara Israel mengebom pintu masuk rumah sakit kami, mengakibatkan tewasnya empat orang di pintu masuk dan melukai 35 orang, 12 di antaranya berada di dalam rumah sakit,” kata Murad.

Dia menambahkan bahwa setengah dari ambulansnya tidak dapat digunakan sementara tempat penyimpanan pusatnya terkena dampak dan sebagian hancur.

"Kami kehilangan semua obat-obatan dan peralatan di tempat penyimpanan senilai sekitar USD5 juta," kata Murad, yang keluarganya telah melarikan diri ke Khan Younis.​

“Saya tinggal di (Kota) Gaza karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan dalam keadaan seperti ini.”

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya