Liputan6.com, Jakarta - Staf di sebuah rumah sakit terbesar di Gaza mengatakan, pasien dan pengungsi terjebak dalam kondisi yang mengerikan ketika pertempuran sengit terjadi terdekat area tempat mereka tinggal.
Seorang ahli bedah di Al-Shifa di Kota Gaza mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakit tersebut kehabisan air, makanan dan listrik.
Baca Juga
Israel mengatakan, mereka telah bentrok dengan Hamas di dekatnya tetapi tidak menembaki rumah sakit tersebut.
Advertisement
Dikatakan bahwa pihaknya akan membantu mengevakuasi bayi ke “rumah sakit yang lebih aman” setelah petugas medis mengatakan dua orang meninggal dan 37 lainnya dalam bahaya, dikutip dari laman BBC, Minggu (12/11/2023).
Laporan dari dalam rumah sakit memberikan gambaran kengerian dan kebingungan dari para petugas.
Kini, pasien yang baru saja menjalani operasi tidak dapat dievakuasi dan jenazah menumpuk tanpa ada cara untuk menguburkan mereka.
Ribuan orang diperkirakan mengungsi di Al-Shifa, yang menjadi pusat pertempuran sengit selama dua hari.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berulang kali menuduh Hamas beroperasi dari terowongan di bawah rumah sakit, namun Hamas membantahnya.
Ahli bedah Marwan Abu Saada mengatakan kepada BBC bahwa suara tembakan dan pemboman bergema di seluruh Al-Shifa "setiap detik".
Dia mengatakan, upaya untuk menguburkan jenazah telah digagalkan dengan adanya pertempuran di sekitar kompleks.
“Kami tidak ingin terjadi wabah apa pun akibat mayat-mayat ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa lemari es kamar mayat tidak berfungsi karena generator kehabisan bahan bakar.
Bayi Prematur Sulit Bertahan Lantaran Tak Ada Listrik
Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel, sebuah kelompok dokter, mengatakan bahwa dua bayi prematur meninggal karena tidak ada listrik.
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa ada “risiko nyata terhadap kehidupan 37 bayi prematur lainnya”.
Israel mengatakan, tidak ada pengepungan terhadap Al-Shifa, dan sisi timur rumah sakit terbuka untuk jalur aman bagi mereka yang ingin keluar.
Juru Bicara Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, Israel akan membantu mereka yang berada di departemen anak untuk mendapatkan rumah sakit yang lebih aman pada hari Minggu.
Dia mengatakan, keputusan itu diambil menyusul permintaan dari pihak administrasi rumah sakit dan Israel “akan memberikan bantuan yang diperlukan”.
Sebelumnya, Kolonel Moshe Tetro mengatakan bahwa ada bentrokan di dekat Al-Shifa antara Hamas dan pasukan Israel, namun tidak ada penembakan di rumah sakit itu sendiri.
Advertisement
20 Bayi Berada di Bangsal Bedah
Gambar yang dibagikan kepada BBC menunjukkan setidaknya 20 bayi berada di bangsal bedah, terbungkus selimut dan berbaris di ranjang rumah sakit dewasa.
Para dokter telah memperingatkan setidaknya selama dua minggu bahwa jumlah inkubator yang tersedia berkurang karena kekurangan listrik di tengah pengepungan Israel yang sedang berlangsung.
Dr Abu Saada mengatakan, bayi-bayi tersebut membutuhkan perawatan intensif, peralatan pendukung kehidupan, dan pernapasan buatan.
"Saya khawatir jika kita meninggalkan anak-anak di unit ini dalam kondisi seperti ini, kita akan membiarkan mereka tewas, pasalnya mereka adalah bayi prematur", katanya melalui pesan suara yang disampaikan kepada BBC.