Liputan6.com, Santo Domingo - Hujan deras yang mengguyur Republik Dominika selama beberapa hari terakhir menelan korban jiwa.
"Sedikitnya 21 orang tewas di Republik Dominika setelah hujan lebat selama akhir pekan yang menyebabkan ribuan warga mengungsi," kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Senin (20/11/2023).
Baca Juga
Investigasi telah diluncurkan setelah sembilan orang tewas, ketika hujan lebat menyebabkan runtuhnya dinding terowongan jalan raya di ibu kota Santo Domingo.
Advertisement
Lebih dari 13.000 orang dievakuasi ke daerah aman setelah hujan lebat.
Emergency Operations Center (COE) atau Pusat Operasi Darurat Dominika mengatakan hujan menyebabkan rumah-rumah terendam banjir, pemadaman listrik, dan merusak jembatan serta jalan.
Tiga anak termasuk di antara mereka yang tewas.
Presiden Dominika Luis Abinader menyebutnya sebagai "peristiwa curah hujan terbesar yang pernah ada" dalam sejarah negaranya, menyusul badai dengan hujan deras selama 48 jam terakhir.
Negara Karibia ini dilanda hujan lebat dengan rekaman di media sosial menunjukkan aliran air deras mengalir melalui jalan-jalan dan menghanyutkan kendaraan.
Lebih dari 2.500 orang berhasil diselamatkan dan lebih dari 2.600 rumah terkena dampak badai, kata COE.
COE menambahkan bahwa 45 komunitas tidak memiliki layanan komunikasi pada Minggu sore.
Curah hujan, yang diakibatkan oleh depresi tropis, diperkirakan akan terus berlanjut di seluruh wilayah negara itu hingga Senin, kata kedutaan besar AS.
Mayoritas dari 32 provinsi di negara tersebut masih berada dalam peringatan cuaca merah dan kuning, tambah informasi kedutaan besar AS.
Sekolah Ditangguhkan
Presiden Abinader mengatakan kelas-kelas telah ditangguhkan hingga Rabu "untuk mengevaluasi sekolah-sekolah yang mungkin terkena dampak" dan "menjamin keselamatan generasi muda kita".
Presiden Abinader menulis di X, sebelumnya Twitter, bahwa dia "sangat terkejut dengan hilangnya nyawa akibat hujan lebat" dan menawarkan "dukungan tanpa syarat kepada semua yang terkena dampak keadaan darurat ini".
Empat dari mereka yang tewas adalah warga negara AS, dan tiga lainnya berasal dari negara tetangga Haiti, kantor berita AFP melaporkan.​
Advertisement
Tembok Runtuh
Sementara itu, setidaknya sembilan orang tewas ketika dinding beton runtuh di salah satu terowongan di jalan raya yang sibuk di Santo Domingo pada Sabtu 18 November 2022, akibat hujan lebat dan banjir yang disebabkan oleh badai tropis yang melanda bagian barat Karibia.
Tembok yang merupakan bagian dari infrastruktur yang dibangun untuk mempercepat lalu lintas di Distrik Nasional itu runtuh pada Sabtu sore, ketika masih banyak mobil yang beredar meski ada peringatan yang dikeluarkan oleh lembaga darurat.
Pipa-pipa yang rusak mengalirkan air ke dalam terowongan, sehingga penyelamatan menjadi lebih sulit.
"Kami menemukan sekitar sembilan jasad di daerah itu," Delfin Rodriguez, Wakil Direktur Operasi Pertahanan Sipil, mengatakan kepada The Associated Press.
Dari jumlah tersebut, teridentifikasi lima laki-laki dan empat perempuan.
Tembok beton tersebut menghancurkan beberapa kendaraan yang saat itu melintas di pusat ibu kota Republik Dominika, sementara banjir menyapu kendaraan dan menenggelamkan rumah serta orang-orang di bagian barat kota.​
Banjir Melanda New York, Picu Keadaan Darurat dan Peringatan Perjalanan
Belum lama ini curah hujan tinggi juga memicu banjir yang menutup jalan-jalan, sekolah, hingga kereta bawah tanah di New York City, Amerika Serikat (AS), pada Jumat (29/9/2023).
Para ilmuwan meyakini bahwa tingginya curah hujan ini merupakan gejala perubahan iklim, di mana atmosfer yang lebih hangat bertindak seperti spons besar, yang mampu menyerap lebih banyak uap air dan kemudian memerasnya dalam semburan yang kuat sehingga dapat dengan mudah mengalahkan perlindungan terhadap banjir yang sudah ketinggalan zaman.
 "Secara keseluruhan, seperti yang kita ketahui, perubahan pola cuaca ini adalah akibat dari perubahan iklim," kata Rohit Aggarwala, Chief Climate Officer New York City dalam konferensi pers pada Jumat pagi, seperti dilansir CNN, Sabtu (30/9).
"Dan kenyataan yang menyedihkan adalah iklim kita berubah lebih cepat daripada kemampuan infrastruktur kita untuk meresponsnya."
Curah hujan setinggi 3 hingga 6 inci turun di seluruh New York City pada Jumat sore. Hujan akan lebih banyak turun sepanjang malam, namun secara bertahap akan berkurang.
Gubernur New York Kathy Hochul mengumumkan keadaan darurat untuk New York City, Long Island, dan Lembah Hudson pada Jumat pagi. Dalam wawancara dengan WNBC-TV di New York, dia mendesak warga untuk tinggal di rumah karena meluasnya kondisi perjalanan yang berbahaya.
"Ini adalah peristiwa cuaca yang sangat menantang," kata Hochul. "Ini peristiwa yang mengancam jiwa. Dan saya ingin semua warga New York memperhatikan peringatan itu agar kita bisa menjaga mereka tetap aman."
Gubernur New Jersey Phil Murphy juga mengumumkan keadaan darurat di negara bagiannya pada Jumat sore.
Sementara itu, Departemen Pemadam Kebakaran New York City menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyelamatan di enam ruang bawah tanah.
School Chancellor New York City David Banks mengungkapkan, air juga membanjiri 150 dari 1.400 sekolah di New York City.
Satu sekolah di Brooklyn dilaporkan terpaksa dievakuasi ketika banjir menyebabkan ketel uap sekolah mengeluarkan asap.
"Anak-anak kami aman dan kami terus memantau situasinya," kata Banks.
Advertisement