25 November 2016: Curah Hujan Tinggi Picu Banjir di Utara Italia, Ribuan Orang Mengungsi

Hujan lebat menyebabkan sungai-sungai meluap, memaksa ribuan orang Italia meninggalkan rumah mereka di Liguria dan Piedmont.

oleh Erina Putri diperbarui 25 Nov 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi banjir. (dok. pixabay/@hermann)

Liputan6.com, Turin - Hari yang basah melanda utara Italia pada 25 November tujuh tahun yang lalu. Kala itu hujan lebat menyebabkan sungai-sungai meluap, memaksa ribuan orang Italia meninggalkan rumah mereka di Liguria dan Piedmont.

Otoritas bahkan telah mengeluarkan peringatan banjir di seluruh utara Italia karena hujan deras telah menyebabkan banjir yang meluas akibat banyak sungai meluap.

Sungai Po yang terpanjang di Italia, airnya meluap di Turin setelah curah hujan mencapai 171 mm dalam kurun waktu tiga hari. Pada periode 24 jam hingga Jumat 25 November 2016 pukul 06:00 GMT, kota itu mencatat curah hujan tinggi yakni 116 mm dibandingkan dengan rata-rata bulan November yang hanya 77 mm.

Melansir dari Al Jazeera, diketahui bahwa rumah-rumah dievakuasi dan sekolah serta bisnis umum ditutup di barat laut Italia pada hari Kamis karena hujan lebat menyebabkan Sungai Tanaro meluap.

Peringatan banjir bahkan telah dikeluarkan di wilayah Liguria dan Piedmont, yang paling parah terkena dampaknya. Cuaca buruk melanda daerah itu, mengirimkan arus deras melalui Tanaro dan ke tepi sungai serta jalan-jalan.

Layanan darurat telah mengevaluasi situasi di Kota Garessio karena jalan-jalan di sekitar sungai ditutup dan kantong-kantong pasir ditempatkan di pintu-pintu toko.

Setidaknya 25 jalan telah ditutup karena air bergerak cepat dan berlumpur, merusak jembatan-jembatan batu dan kayu.

Terjepit di sela-sela antara pegunungan dan laut, di mana perpaduan udara dingin dan hangat seringkali menyebabkan hujan deras, sebagian wilayah Liguria dan Piemonte diketahui rentan terhadap badai dan banjir.

Hujan terlebat kemudian bergerak ke Mediterania tengah namun hujan lebih lanjut diperkirakan melanda hingga akhir pekan kala itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Banjir Melanda New York, Picu Keadaan Darurat dan Peringatan Perjalanan

Penampakan banjir New York City, Amerika Serikat, pada Jumat (29/9/2023), tepatnya di Williamsburg Bridge. (Dok. AP/Jake Offenhartz)
Penampakan banjir New York City, Amerika Serikat, pada Jumat (29/9/2023), tepatnya di Williamsburg Bridge. (Dok. AP/Jake Offenhartz)

Curah hujan tinggi memicu banjir yang menutup jalan-jalan, sekolah, hingga kereta bawah tanah pernah juga terjadi di New York City, Amerika Serikat (AS), pada Jumat (29/9/2023).

Para ilmuwan meyakini bahwa tingginya curah hujan ini merupakan gejala perubahan iklim, di mana atmosfer yang lebih hangat bertindak seperti spons besar, yang mampu menyerap lebih banyak uap air dan kemudian memerasnya dalam semburan yang kuat sehingga dapat dengan mudah mengalahkan perlindungan terhadap banjir yang sudah ketinggalan zaman.

 "Secara keseluruhan, seperti yang kita ketahui, perubahan pola cuaca ini adalah akibat dari perubahan iklim," kata Rohit Aggarwala, Chief Climate Officer New York City dalam konferensi pers pada Jumat pagi, seperti dilansir CNN, Sabtu (30/9).

"Dan kenyataan yang menyedihkan adalah iklim kita berubah lebih cepat daripada kemampuan infrastruktur kita untuk meresponsnya."

Curah hujan setinggi 3 hingga 6 inci turun di seluruh New York City pada Jumat sore. Hujan akan lebih banyak turun sepanjang malam, namun secara bertahap akan berkurang.

Gubernur New York Kathy Hochul mengumumkan keadaan darurat untuk New York City, Long Island, dan Lembah Hudson pada Jumat pagi. Dalam wawancara dengan WNBC-TV di New York, dia mendesak warga untuk tinggal di rumah karena meluasnya kondisi perjalanan yang berbahaya.

"Ini adalah peristiwa cuaca yang sangat menantang," kata Hochul. "Ini peristiwa yang mengancam jiwa. Dan saya ingin semua warga New York memperhatikan peringatan itu agar kita bisa menjaga mereka tetap aman."

Gubernur New Jersey Phil Murphy juga mengumumkan keadaan darurat di negara bagiannya pada Jumat sore.

Sementara itu, Departemen Pemadam Kebakaran New York City menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyelamatan di enam ruang bawah tanah.

School Chancellor New York City David Banks mengungkapkan, air juga membanjiri 150 dari 1.400 sekolah di New York City.

Satu sekolah di Brooklyn dilaporkan terpaksa dievakuasi ketika banjir menyebabkan ketel uap sekolah mengeluarkan asap.

"Anak-anak kami aman dan kami terus memantau situasinya," kata Banks.   


Banjir di Libya, Dampak Perubahan Iklim yang Memperparah Tragedi Kemanusiaan

Banjir Libya
Tim penyelamat berjuang untuk mengevakuasi jenazah korban yang tersapu ke laut akibat banjir mirip tsunami di Libya. (AP Photo/Jamal Alkomaty)

Di bagian dunia lainnya, di Libya, tragedi banjir juga terjadi sampai jadi tragedi kemanusiaan yang parah.

Banjir besar yang melanda wilayah timur Libya pada 11 September 2023 telah menelan ribuan korban jiwa. Merujuk pada data World Health Organization (WHO), Minggu 17 September, setidaknya 3.958 orang tewas dan 9.000 orang dinyatakan masih hilang.

Runtuhnya dua bendungan menyebabkan sekitar 30 juta meter kubik air lepas ke Kota Derna, kota-kota lain juga terdampak. Hujan ekstrem yang setara dengan curah hujan selama setahun turun dalam waktu 24 jam menjadi penyebab utamanya.

World Meteorological Organization (WMO) yang berbasis di Jenewa, Swiss, mencatat bahwa banyak wilayah di Libya menerima antara 150 hingga 240 milimeter curah hujan. Kota Al-Bayda bahkan mencatat 414,1 milimeter dalam 24 jam, mencetak rekor tertinggi.

Secara rata-rata, Derna biasanya menerima 274 milimeter hujan dalam setahun menurut German Weather Service.

Dalam sebuah diskusi dengan Nature.com seperti dikutip dalam situsnya, Senin (18/9/2023), peneliti menyebutkan bahwa bencana ini semakin memburuk karena adanya kombinasi antara perubahan iklim dan akibat dari perang saudara yang berlangsung selama enam tahun di Libya, juga krisis pemerintahan yang menyertainya.

Mark Zeitoun, direktur jenderal dari pusat penelitian Geneva Water Hub, menyebut hal ini sebagai "kutukan antara perang dan cuaca."   


Hujan Terlebat Dalam Sejarah Dominika Picu Banjir, 21 Orang Tewas dan 13.000 Warga Dievakuasi

Hujan deras memicu banjir di Republik Dominika, membuat tembok di pintu masuk terowongan di Santo Domingo roboh. (Eddy Vittini, AP)
Hujan deras memicu banjir di Republik Dominika, membuat tembok di pintu masuk terowongan di Santo Domingo roboh. (Eddy Vittini, AP)

Yang baru-baru ini terjadi, di bulan November 2023, hujan deras yang mengguyur Republik Dominika selama beberapa hari terakhir menelan korban jiwa.

"Sedikitnya 21 orang tewas di Republik Dominika setelah hujan lebat selama akhir pekan yang menyebabkan ribuan warga mengungsi," kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Senin (20/11/2023).

Investigasi telah diluncurkan setelah sembilan orang tewas, ketika hujan lebat menyebabkan runtuhnya dinding terowongan jalan raya di ibu kota Santo Domingo.

Lebih dari 13.000 orang dievakuasi ke daerah aman setelah hujan lebat.

Emergency Operations Center (COE) atau Pusat Operasi Darurat Dominika mengatakan hujan menyebabkan rumah-rumah terendam banjir, pemadaman listrik, dan merusak jembatan serta jalan.

Tiga anak termasuk di antara mereka yang tewas.

Presiden Dominika Luis Abinader menyebutnya sebagai "peristiwa curah hujan terbesar yang pernah ada" dalam sejarah negaranya, menyusul badai dengan hujan deras selama 48 jam terakhir.

Negara Karibia ini dilanda hujan lebat dengan rekaman di media sosial menunjukkan aliran air deras mengalir melalui jalan-jalan dan menghanyutkan kendaraan.

Lebih dari 2.500 orang berhasil diselamatkan dan lebih dari 2.600 rumah terkena dampak badai, kata COE.

COE menambahkan bahwa 45 komunitas tidak memiliki layanan komunikasi pada Minggu sore.

Curah hujan, yang diakibatkan oleh depresi tropis, diperkirakan akan terus berlanjut di seluruh wilayah negara itu hingga Senin, kata kedutaan besar AS.

Mayoritas dari 32 provinsi di negara tersebut masih berada dalam peringatan cuaca merah dan kuning, tambah informasi kedutaan besar AS.   

Infografis
Infografis Cara Aman Berkendara pada Musim Hujan. (Huyogo Simbolon)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya