Korea Utara Bangun Kembali Pos Penjagaan dan Tempatkan Senjata Berat di Perbatasan, Korea Selatan Siaga Penuh

Ketegangan terbaru antara Korea Utara dan Korea Selatan dipicu oleh peluncuran satelit mata-mata Korea Utara pada Selasa (21/11/2023), yang bertentangan dengan sanksi PBB.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Nov 2023, 12:53 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2023, 10:11 WIB
Foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan disebut menunjukkan tentara Korea Utara berada di dekat pos penjagaan di sisi utara Zona Demiliterisasi. (Dok. Kemhan Korea Selatan via AFP)
Foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan disebut menunjukkan tentara Korea Utara berada di dekat pos penjagaan di sisi utara Zona Demiliterisasi. (Dok. Kemhan Korea Selatan via AFP)

Liputan6.com, Seoul - Korea Utara mulai membangun kembali pos-pos penjagaan dan menempatkan senjata berat di sepanjang perbatasannya dengan Korea Selatan. Hal tersebut diungkapkan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, setelah kedua negara menarik diri dari perjanjian tahun 2018 yang dirancang untuk mencegah perang.

Militer Korea Selatan mengatakan mendeteksi pasukan Korea Utara sedang memperbaiki pos penjagaan, yang sebelumnya dihilangkan sebagai bagian dari perjanjian. Pasukan Korea Utara disebut menggali parit di lokasi sepanjang perbatasan dan menempatkan sejumlah senjata berat.

Kedua negara tetangga tersebut telah membongkar atau melucuti 11 pos penjagaan sebagai bagian dari perjanjian tahun 2018. Namun, keduanya pula kini diduga siap membatalkan perjanjian tersebut sepenuhnya setelah meningkatnya ketegangan baru-baru ini yang dipicu oleh peluncuran satelit mata-mata Korea Utara pada Selasa (21/11/2023), yang bertentangan dengan sanksi PBB.

Pasca peluncuran satelit mata-mata Malligyong-1, Korea Selatan mengatakan akan menangguhkan sebagian dari perjanjian tersebut dan melanjutkan pengawasan udara di dekat perbatasan. Sebagai respons, Korea Utara mengatakan akan mengerahkan senjata ampuh di dekat perbatasan dan meninggalkan perjanjian tersebut.

Kesepakatan, yang dicapai pada masa pemulihan hubungan antara presiden Korea Selatan saat itu, Moon Jae In, dan Kim Jong Un, mengharuskan kedua belah pihak tidak hanya menghilangkan pos-pos penjagaan dalam jarak 1 km dari perbatasan, namun juga melarang latihan militer dan manuver di dekat perbatasan darat dan laut, serta penetapan zona larangan terbang.

Korea Selatan Perkuat Postur Gabungan dengan AS

Foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan disebut menunjukkan tentara Korea Utara membangun kembali pos penjagaan di sisi utara Zona Demiliterisasi (DMZ). (Dok. Kemhan Korea Selatan via AFP)
Foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan disebut menunjukkan tentara Korea Utara membangun kembali pos penjagaan di sisi utara Zona Demiliterisasi (DMZ). (Dok. Kemhan Korea Selatan via AFP)

Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Senin (27/11) membagikan sejumlah foto yang mereka sebut menunjukkan tentara Korea Utara membangun pos penjagaan sementara dan memindahkan apa yang tampak seperti senapan recoilless – senjata anti-kendaraan portabel atau artileri ringan – ke parit yang baru dibangun.

"Militer kami akan memantau dengan cermat tindakan provokatif Korea Utara sambil mempertahankan kesiapan penuh untuk dapat segera membalas provokasi Korea Utara … berdasarkan penguatan postur gabungan kami dengan Amerika Serikat (AS)," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan, seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Lebih Banyak Satelit

Satelit Mata-Mata Korea Utara
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan apa yang dikatakan negara tersebut sebagai peluncuran Malligyong-1, satelit mata-mata militer, ke orbit pada Selasa (21/11/2023). (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP, File)

Korea Utara mengancam akan meluncurkan lebih banyak satelit, yang melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB karena satelit tersebut menggunakan teknologi yang digunakan dalam rudal balistik jarak jauh.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Korea Utara, KCNA, pada Senin, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menolak kecaman dari AS dan sembilan anggota Dewan Keamanan PBB lainnya atas peluncuran satelit mata-mata pertamanya.

Peluncuran tersebut, ungkap Kementerian Luar Negeri Korea Utara, adalah cara yang sah dan adil untuk menggunakan hak membela diri dan secara menyeluruh menanggapi dan secara tepat memantau tindakan militer serius yang dilakukan AS dan para pengikutnya.

Pejabat Korea Selatan mengonfirmasi bahwa satelit tersebut telah memasuki orbit dan mengatakan diperlukan lebih banyak waktu untuk menentukan apakah satelit tersebut berfungsi normal. Ada spekulasi bahwa peluncuran tersebut dimungkinkan oleh bantuan teknologi dari Rusia, kemungkinan sebagai imbalan atas amunisi Korea Utara untuk mendukung Rusia dalam perang Ukraina.

Infografis Misteri Senjata Biologis Korea Utara
Infografis Misteri Senjata Biologis Korea Utara
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya