Liputan6.com, Gaza - Al Jazeera mengutuk kematian dua jurnalis. Salah satunya adalah pekerja lepas untuk jaringan tersebut.
Menurut pihak berwenang di Gaza yang dikuasai Hamas tewas dalam serangan udara Israel saat bepergian dengan mobil mereka untuk meliput perang di dekat Rafah.
Mustafa Thuria adalah pembuat video untuk Agence France-Presse. Hamza Al-Dahdouh adalah penghubung Al Jazeera dan putra kepala biro jaringan TV di Gaza, Wael Al-Dahdouh. Pekerja lepas ketiga, Hazem Rajab, terluka dalam serangan tersebut.
Advertisement
Pada awal perang, Wael Al-Dahdouh kehilangan istrinya, dua anak lainnya, dan seorang cucunya dan dirinya hampir bunuh diri, dikutip dari VOA News, Senin (8/1/2024).
Jaringan Al Jazeera yang berbasis di Qatar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembunuhan terbaru ini menunjukkan pasukan Israel melanjutkan serangan brutal terhadap jurnalis dan keluarga mereka.
Tujuannya untuk mencegah mereka melakukan misi mereka, melanggar prinsip-prinsip kebebasan pers.
Al Jazeera mendesak “Pengadilan Kriminal Internasional, pemerintah, organisasi hak asasi manusia dan PBB untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan kejinya” dan menuntut diakhirinya penargetan dan pembunuhan jurnalis.
Militer Israel belum mengomentari serangan tersebut namun dalam sebuah pernyataan pada tanggal 16 Desember, menanggapi kematian jurnalis Al Jazeera lainnya di Gaza, militer mengatakan, "IDF tidak pernah, dan tidak akan pernah, dengan sengaja menargetkan jurnalis."
Dalam 10 minggu pertama perang di Gaza, 77 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh di wilayah tersebut, kata Komite Perlindungan Jurnalis, sebuah pengawas media internasional.
70 orang adalah warga Palestina, empat orang Israel, dan tiga orang Lebanon.
Pemerintah Israel Terpecah Belah soal Masa Depan Jalur Gaza
Sementara itu, perselisihan dalam pemerintahan Israel terkuak ketika para anggota kabinet berdebat mengenai rencana masa depan Jalur Gaza dan bagaimana menangani penyelidikan terhadap kegagalan keamanan seputar serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Menteri keuangan Israel yang berhaluan kanan Bezalel Smotrich menggambarkan pertemuan kabinet keamanan pada Kamis (4/1/2024) sebagai diskusi penuh badai, sementara mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan serangan bermotif politik telah diluncurkan.
Perpecahan dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini terjadi saat perang Hamas Vs Israel memasuki bulan ketiga. Jika pemerintahannya runtuh, Israel kemungkinan akan menghadapi pemilu baru, di mana Netanyahu diprediksi dapat dikalahkan.
Sementara itu, rencana untuk tahap selanjutnya dari perang di Jalur Gaza dan masa depan wilayah itu pasca perang dibeberkan oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant dalam dokumen tiga halaman berjudul "Day After".
Gallant menggambarkan "pendekatan tempur baru" dengan fokus berkelanjutan untuk menargetkan para pemimpin Hamas di bagian selatan Jalur Gaza. Di Gaza Utara, dia mengatakan serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan mencakup "penggerebekan, penghancuran terowongan teror, aktivitas udara dan darat, serta operasi khusus".
Setelah perang, militer Israel akan mempertahankan kebebasan operasional untuk bertindak di Jalur Gaza dan Israel akan terus melakukan pemeriksaan barang-barang yang memasuki wilayah tersebut.
Gallant, anggota Partai Likud yang berhaluan kanan-tengah pimpinan Netanyahu, menuturkan bahwa ketika tujuan perang telah tercapai maka tidak akan ada kehadiran warga sipil Israel di Jalur Gaza. Dia juga meluncurkan konsep satuan tugas multinasional pimpinan Amerika Serikat (AS) yang bertugas melakukan rehabilitasi Jalur Gaza.
Advertisement
Picu Diskusi Berapi-api
Namun, rencana Gallant tidak memberikan banyak rincian mengenai pemerintahan masa depan di Jalur Gaza dengan hanya mengatakan bahwa entitas yang mengendalikan wilayah Palestina akan memanfaatkan kemampuan aktor-aktor lokal yang tidak bermusuhan, yang sudah ada di Gaza.
Menurut sebuah sumber, seperti dilansir CNN, Sabtu (6/1), rencana itu memicu diskusi berapi-api. Usai jeda pertemuan, kata sumber tersebut, Menteri Perhubungan Miri Regev melancarkan serangan.
"Setelah jeda, Miri Regev kembali dan meluncurkan pertarungan yang bocor ini," kata sumber tersebut.
Regev, yang juga anggota Likud, tidak menanggapi permintaan komentar.
Adapun Gantz, oposisi yang bergabung dengan kabinet perang pasca 7 Oktober, mengatakan, "Apa yang terjadi kemarin adalah serangan bermotif politik di tengah perang. Saya berpartisipasi dalam banyak rapat kabinet – tindakan seperti itu tidak pernah terjadi dan tidak boleh terjadi."
Kritik untuk Benjamin Netanyahu
Dia tidak mengatakan siapa yang melancarkan serangan itu, namun dia mengkritik Netanyahu.
"Kabinet seharusnya membahas proses-proses strategis yang akan memengaruhi kelanjutan serangan dan keamanan kita di masa depan. Hal itu tidak terjadi dan perdana menteri bertanggung jawab atas hal itu," tutur Gantz, sambil mendesak Netanyahu untuk memilih antara persatuan dan keamanan di satu sisi dan politik di sisi lain.
Partai Likud balik mengecam Gantz.
"Selama perang, ketika rakyat bersatu, Gantz diharapkan bertindak secara bertanggung jawab dan berhenti mencari alasan untuk mengingkari janjinya untuk tetap berada dalam pemerintahan persatuan hingga perang berakhir," sebut pernyataan Likud.
Gantz secara luas dianggap sebagai penerus Netanyahu jika pemilu diadakan.
Advertisement