Liputan6.com, Dhusamareb - Kelompok Islam bersenjata Somalia Al-Shabab kabarnya telah menyita sebuah helikopter PBB, bersama dengan sekitar delapan orang, baik penumpang maupun awak, kata sumber lokal kepada BBC yang dikutip Kamis (11/1/2024).
Helikopter tersebut mendarat di wilayah yang dikuasai kelompok tersebut di Somalia tengah.
Baca Juga
The UN's mission in Somalia (Unsom) atau Misi PBB di Somalia membenarkan adanya "insiden penerbangan" yang melibatkan helikopter yang digunakan PBB untuk melakukan evakuasi medis.
Advertisement
Pernyataan itu tidak menyebut nama Al-Shabab, namun mengatakan "usaha tanggap atau respons sedang dilakukan".
Sebuah memo PBB mengenai insiden tersebut yang dilihat oleh kantor berita AFP mengatakan helikopter itu jatuh sekitar 70 km (43 mil) tenggara Dhusamareb dan tidak ada staf PBB di dalamnya. Personelnya adalah kontraktor pihak ketiga, kata laporan itu.
Kewarganegaraan para penumpang di helikopter tersebut belum disebutkan, begitu pula jumlah pasti yang terlibat.
Al-Shabab diketahui menguasai sebagian besar Somalia selatan dan tengah. Kelompok ini berafiliasi dengan Al-Qaeda dan telah melancarkan pemberontakan brutal selama hampir 20 tahun.
Penyitaan helikopter tersebut dikonfirmasi kepada BBC oleh Menteri Keamanan wilayah Galmudug Mohamed Abdi Adan.
Beberapa orang asing dan dua warga lokal berada di dalam helikopter tersebut, kata pejabat militer Somalia Mayor Hassan Ali kepada kantor berita Reuters.
"Pesawat itu juga membawa pasokan medis dan seharusnya mengangkut tentara yang terluka dari wilayah Galgudud," kata Mayor Hassan Ali.
Helikopter tersebut sedang menuju ke Kota Wisil dekat garis depan serangan terhadap Al-Shabab oleh pasukan pemerintah ketika mendarat.
World Food Programme (WFP) atau Program Pangan Dunia PBB mengunggah di media sosial pada Rabu 10 Januari malam bahwa pesawat tersebut “bukan pesawat WFP atau Layanan Udara Kemanusiaan PBB dan tidak ada personel WFP yang berada di dalamnya”.
WFP menambahkan bahwa sebagai tindakan pencegahan, penerbangannya di wilayah tersebut untuk sementara dihentikan.
Pemerintah Somalia dalam beberapa bulan terakhir telah mengintensifkan perjuangannya melawan kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda.
Pasukan AS dan Somalia Tewaskan Komandan Al-Shabaab yang Kepalanya Dihargai Rp154 Miliar
Sementara itu sebelumnya, pasukan Somalia dan Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah membunuh seorang komandan senior kelompok militan Al-Shabab yang kepalanya dihargai hingga USD 10 juta atau sekitar Rp154 miliar karena serangan yang menewaskan tiga warga AS.
"Maalim Ayman, pemimpin senior Al-Shabab, dipastikan tewas dalam operasi gabungan tentara nasional Somalia dengan bantuan pasukan AS pada 17 Desember," ungkap Menteri Penerangan Kenya Daud Aweis via platform X pada Kamis (21/12/2023).
Dia mengatakan Ayman bertanggung jawab atas perencanaan beberapa serangan teroris yang mematikan di Somalia dan negara-negara sekitarnya.
Al-Shabab yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, telah memimpin pemberontakan selama 16 tahun melawan pemerintah pusat yang rapuh. Mereka menguasai sebagian besar wilayah pedesaan Somalia. Demikian seperti dilansir The Guardian, Sabtu (23/12).
Ayman, pemimpin unit al-Shabaab Jaysh Ayman, dicari oleh AS atas serangan terhadap pangkalan udara di Kenya pada Januari 2020 yang menewaskan tiga warga AS.
Pada Januari, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Ayman merencanakan serangan pada tahun 2020 di lapangan terbang Manda Bay di pantai utara Kenya. Mereka menawarkan hadiah hingga USD 10 juta bagi informasi yang dapat mengarah pada penangkapannya.
AS telah bekerja sama erat dengan Somalia untuk melawan al-Shabaab, yang mendapat tekanan dari serangan pemerintah Somalia tahun lalu dengan dukungan milisi klan lokal dan dukungan udara dari pasukan AS dan Uni Afrika.
Advertisement
Curah Hujan Ekstrem Picu Banjir Terparah dalam Beberapa Dekade di Somalia, 29 Orang Tewas dan 300 Ribu Warga Tinggalkan Rumah
Bicara Somalia, akhir tahun 2023 lalu warganya berjuang mengatasi banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah menewaskan puluhan orang dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka, menyusul curah hujan ekstrem yang melanda sebagian besar Afrika Timur.
Setelah hujan deras berhari-hari, sedikitnya 29 orang tewas dan lebih dari 300.000 orang meninggalkan rumah mereka demi keselamatan, Somalia’s National Disaster Management Agency (SoDMA) atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana Somalia mengatakan pada Rabu 8 November 2023, menyebut fenomena tersebut sebagai fenomena yang paling parah dalam "dekade".
"Saya tidak ingat ada banjir seperti ini dalam hidup saya," kata Mohamed Farah, seorang tetua setempat di kota Baidoa, di barat daya Somalia. "Orang-orang terus mengungsi untuk mencari tempat yang tinggi."
Hujan ekstrem menghadirkan tantangan baru bagi negara Tanduk Afrika tersebut, yang masih belum pulih dari rekor kekeringan yang melumpuhkan pertaniannya dan menewaskan sebanyak 43.000 orang pada tahun 2022 lalu.
Kini, pihak berwenang Somalia sedang mencari ribuan orang yang mungkin terdampar akibat banjir Somalia terkini. Setidaknya 2.400 orang telah terputus aksesnya di Kota Luuq saja setelah Sungai Jubba meluap, demikian PBB memperingatkan.
“Tempat penampungan sementara kami hanyut. Anak-anak hilang sekarang. Kami tidak tahu apakah mereka hidup atau mati”, Fadumo Abdulkadir, yang mengungsi akibat banjir, mengatakan kepada Al Jazeera.
Teroris Al-Shabab Lancarkan Serangan Mematikan ke Pangkalan Militer Uni Afrika di Somalia
Adapun tahun lalu militan kelompok teroris Al-Shabab melancarkan serangan mematikan di pangkalan militer Uni Afrika (UA) di Somalia pada Jumat 26 Mei 2023. Kedua belah pihak dilaporkan menderita banyak korban.
Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Al-Shabab menyerang pangkalan operasi terdepan UA di Buulo Mareer, 129 km barat daya Ibu Kota Mogadishu.
Militan radikal itu menggunakan alat peledak rakitan yang dipasang di atas kendaraan dan sejumlah bomber bunuh diri, demikian seperti dikutip dari CNN (27/5/2023).
Gambar yang tidak diverifikasi yang dibagikan di saluran media Al-Shabab menunjukkan sekitar selusin tentara Uganda, dengan tangan tertahan di belakang, ditangkap oleh para militan.
Pasukan dari Tentara Demokratik Rakyat Uganda ditempatkan di pangkalan operasi terdepan sebagai pasukan penjaga perdamaian di Somalia yang dilanda perang saudara.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Uganda mentweet pada Jumat pagi bahwa telah terjadi "serangan dini hari" di Somalia oleh Al-Shabab dan bahwa Kementerian Pertahanan Uganda sedang mencari rincian lebih lanjut.
Kantor berita Reuters mengutip seorang kapten tentara Somalia yang mengatakan kedua belah pihak menderita banyak korban, tetapi tidak jelas berapa banyak orang yang tewas.
Menyusul bentrokan, bala bantuan ATMIS dan sekutu mampu menghancurkan senjata militan Al-Shabab, kata kapten tentara Somalia.
Advertisement