WHO Sebut Hampir 10.000 Orang Meninggal Akibat COVID-19 Per Desember 2023

Empat tahun sudah COVID-19 berada di Bumi. WHO pada Rabu 11 Januari 2024 diketahui merilis laporan hampir 10.000 kasus kematian terkait COVID-19 pada Desember 2023.

diperbarui 13 Jan 2024, 08:08 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2024, 08:08 WIB
COVID-19
Ilustrasi pandemi Corona | unsplash.com/@adamsky1973

, Jakarta - Empat tahun sudah COVID-19 berada di Bumi. WHO pada Rabu 11 Januari 2024 diketahui merilis laporan hampir 10.000 kasus kematian terkait COVID-19 pada Desember 2023.

"Penerimaan pasien di rumah sakit selama Desember juga telah melonjak 42% di hampir 50 negara, sebagian besar di Eropa dan Amerika," kata WHO seperti dikutip dari DW Indonesia, Sabtu (13/1/2024).

Data WHO juga menyebut ada peningkatan 62% dalam penerimaan pasien di unit perawatan intensif, dibandingkan dengan November 2023.

"Meskipun 10.000 kematian per bulan jauh lebih sedikit dibandingkan pada saat puncak pandemi, tingkat kematian yang sebetulnya dapat dicegah ini tidak dapat diterima,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan.

Karena Varian Baru JN.1

WHO menyebut melonjaknya angka kematian akibat COVID-19 terjadi di saat varian baru JN.1 menjadi varian Virus Corona yang paling banyak dilaporkan menginfeksi di seluruh dunia.

Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan, dia "yakin” kasus-kasus tersebut juga meningkat di negara-negara lain, tetapi tidak dilaporkan. Dirjen WHO itu mendesak pemerintahan untuk terus melakukan pengawasan dan melanjutkan akses terhadap pengobatan.

"Kami terus mengimbau setiap orang untuk divaksinasi, melakukan tes, memakai masker jika diperlukan, dan memastikan ruangan yang ramai dikunjungi banyak oramg memiliki ventilasi yang baik,” katanya.

Adapun pada tanggal 11 Januari 2020, otoritas kesehatan di kota Wuhan melaporkan kematian pertama akibat Virus Corona jenis baru. Pasiennya adalah seorang pria berusia 61 tahun yang sering menjadi pelanggan di pasar makanan yang terkait dengan sebagian besar kasus COVID-19 di sana.

 

Peningkatan Penyakit Pernapasan

Ilustrasi vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Liputan6.com)

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis untuk COVID-19 di badan kesehatan dunia WHO, menyebutkan ada peningkatan penyakit pernapasan di seluruh dunia akibat Virus Corona COVID-19, tetapi juga akibat flu, rhinovirus, dan pneumonia.

"Kami memperkirakan tren tersebut akan berlanjut hingga Januari dan selama musim dingin di belahan bumi utara,” katanya.

Perlu lagi vaksin dan masker?

Michael Ryan, kepala keadaan darurat di WHO, merekomendasikan masyarakat agar mendapatkan vaksinasi dan jika memungkinkan kembali menggunakan masker.

"Vaksin mungkin tidak menghentikan Anda terinfeksi, namun vaksin tentu saja mengurangi secara signifikan peluang Anda untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal," jelas Ryan.

WHO menyatakan berakhirnya COVID-19 sebagai pandemi pada Mei 2023 lalu, lebih lebih tiga tahun setelah virus ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, China.

WHO Klasifikasikan COVID-19 Subvarian JN.1 sebagai Variant of Interest, Apa Artinya?

Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Freepik)
Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Freepik)

Selain belasan negara lain, COVID-19 varian Omicron JN.1 kini telah ditemukan di Indonesia. Penyebarannya yang semakin cepat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan varian JN.1 sebagai variant of interest (VOI).

Lalu, apa artinya bila sebuah strain virus masuk sebagai variant of interest?

WHO mengklasifikasikan SARS-CoV-2 sebagai VOI jika virus penyebab COVID-19 memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Memiliki mutasi yang diduga atau diketahui menyebabkan perubahan signifikan dari strain aslinya.
  • Menyebar luas di banyak tempat atau banyak negara.Berdasarkan bukti yang ada, risiko kesehatan masyarakat global yang ditimbulkan oleh JN.1 saat ini masih dinilai rendah.

Meskipun demikian, dengan dimulainya musim dingin di Belahan Bumi Utara, JN.1 dapat meningkatkan beban infeksi saluran pernapasan di banyak negara.

WHO terus memantau bukti-bukti dan akan memperbarui evaluasi risiko JN.1 jika diperlukan.

Lebih lanjut, WHO mengatakan bahwa vaksin yang ada saat ini terus memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian akibat JN.1 dan varian SARS-CoV-2 lainnya yang beredar.

WHO juga mengingatkan, COVID-19 bukan satu-satunya penyakit pernapasan yang beredar saat ini. Ada pula ancaman lain yakni influenza, RSV, dan pneumonia pada anak-anak yang sedang meningkat.

Imbauan WHO untuk Hindari JN.1

Covid-19 Omicron
Ilustrasi varian Covid-19 Omicron. Credits: pexels.com by Edward Jenner

WHO menyarankan masyarakat untuk mengambil tindakan untuk mencegah infeksi dan penyakit parah dengan menggunakan semua alat yang tersedia. Ini termasuk:

  • Kenakan masker saat berada di tempat yang ramai, tertutup, atau berventilasi buruk, dan jaga jarak aman dari orang lain, jika memungkinkan.
  • Meningkatkan kualitas ventilasi.
  • Menerapkan etika pernapasan yakni menutup batuk dan bersin.Membersihkan tangan secara teratur.
  • Tetap ikuti perkembangan vaksinasi terhadap COVID-19 dan influenza, terutama jika berisiko tinggi terkena penyakit parah.Tetap di rumah jika sakit.
  • Lakukan tes jika memiliki gejala, atau mungkin pernah terpapar seseorang yang mengidap COVID-19 atau influenza.

Bagi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan, WHO menyarankan:

  • Pemakaian masker universal di fasilitas kesehatan, serta masker, respirator, dan alat pelindung diri (APD) lainnya yang sesuai untuk petugas kesehatan yang merawat pasien suspek dan konfirmasi COVID-19.
  • Meningkatkan ventilasi pada fasilitas kesehatan. 
Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya