Liputan6.com, Beijing - Kementerian Luar Negeri China memanggil duta besar Filipina pada Selasa (16/1/2024), mengecam pesan ucapan selamat yang disampaikan Presiden Ferdinand Marcos Jr. kepada pemenang Pilpres Taiwan William Lai.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pernyataan Presiden Marcos Jr sangat melanggar komitmen politik yang dibuat oleh Filipina kepada China dan dengan kasar mencampuri urusan dalam negeri China.
Baca Juga
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, yang akan diambil kembali dengan paksa jika diperlukan dan pernyataan selamat Presiden Marcos Jr dinilai memberikan legitimasi pada pemerintah Taiwan.
Advertisement
"Kami ingin dengan tegas mengatakan kepada Filipina untuk tidak bermain-main dengan masalah Taiwan … (dan) segera berhenti membuat kata-kata dan perbuatan yang salah mengenai masalah terkait Taiwan, serta berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan kemerdekaan dan separatis Taiwan," Kata Mao Ning, seperti dilansir AP, Rabu (17/1).
China Tuntut Penjelasan Filipina
Mao Ning mengungkapkan bahwa Asisten Menteri Luar Negeri Nong Rong telah memanggil duta besar Filipina untuk China pada Selasa pagi dan membuat pernyataan serius, mendesak Filipina untuk memberikan penjelasan yang bertanggung jawab kepada China.
Marcos Jr. mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Taiwan pada Senin (15/1). Dalam pernyataan yang dibagikannya di media sosial, Marcos Jr menekankan dia menantikan kolaborasi yang erat dan memperkuat kepentingan bersama.
"Atas nama rakyat Filipina, saya mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Lai Ching-te (William Lai) atas terpilihnya dia sebagai presiden Taiwan berikutnya," kata Marcos Jr di X alias Twitter.
Advertisement
China Juga Protes AS
William Lai, yang dibenci Beijing, telah berjanji menjaga kemerdekaan de facto Taiwan dari China dan semakin menyelaraskannya dengan negara-negara demokrasi lainnya.
Setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengucapkan selamat kepada William Lai atas kemenangannya, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pesan Blinken mengirimkan sinyal yang sangat salah kepada kekuatan separatis "kemerdekaan Taiwan".
China mengklaim ucapan selamat Blinken tersebut bertentangan dengan komitmen AS yang hanya mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taiwan.