Liputan6.com, Seoul - Militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara menembakkan beberapa rudal jelajah ke perairan lepas pantai baratnya. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pada Rabu (24/1/2024) bahwa pihaknya dan Amerika Serikat (AS) sedang menganalisis peluncuran tersebut.
Melansir AP, Korea Selatan tidak segera mengonfirmasi jumlah pasti rudal yang ditembakkan atau rincian penerbangan spesifiknya.
Baca Juga
Peluncuran terbaru menandai yang kedua yang dilakukan Korea Utara pada tahun ini, setelah uji coba penerbangan rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat pertama pada 14 Januari, yang mencerminkan upaya Korea Utara untuk memajukan jajaran senjata yang menargetkan pangkalan militer AS di Jepang dan Guam.
Advertisement
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat dalam beberapa bulan terakhir ketika Kim Jong Un terus mempercepat pengembangan senjatanya dan mengeluarkan ancaman konflik nuklir yang provokatif. Sebagai tanggapan, AS, Korea Selatan, dan Jepang memperluas latihan militer gabungan mereka, yang digambarkan Korea Utara sebagai latihan invasi dan mempertajam strategi pencegahan yang dibangun berdasarkan aset-aset AS yang memiliki kemampuan nuklir.
Dalam aksi saling balas terbaru, Korea Utara mengatakan pekan lalu bahwa mereka melakukan uji coba drone bawah air berkemampuan nuklir sebagai tanggapan terhadap latihan angkatan laut gabungan AS, Korea Selatan, dan Jepang. Pyongyang konsisten menyalahkan AS Cs atas ketegangan di kawasan.
Rudal jelajah adalah salah satu dari berbagai jenis senjata yang telah diuji oleh Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya untuk membangun ancaman nuklir terhadap AS dan sekutu-sekutunya di Asia.
Hampir Seluruh Instalasi Militer AS dan Jepang dalam Jangkauan
Sejak tahun 2021, Korea Utara telah menguji beberapa yang disebutnya sebagai rudal jelajah jarak jauh, yang diklaim mampu menyerang sasaran sejauh 1.500 kilometer. Jarak tersebut menempatkan hampir seluruh instalasi militer Jepang dan AS dalam jangkauannya.
Korea Utara menggambarkan senjata-senjata itu sebagai senjata strategis dan menyampaikan niat untuk mempersenjatai mereka dengan senjata nuklir.
Meskipun aktivitas rudal jelajah Korea Utara tidak secara langsung dilarang berdasarkan sanksi PBB, para ahli mengatakan senjata-senjata tersebut berpotensi menimbulkan ancaman serius bagi Korea Selatan dan Jepang karena dirancang untuk terbang seperti pesawat kecil dan melintasi lanskap, sehingga membuatnya lebih sulit untuk dideteksi radar.
Advertisement
Meningkatkan Daya Tawar
Ada kekhawatiran bahwa Korea Utara akan meningkatkan ketegangan pada tahun ini di tengah ramai Pilpres AS 2024. Para ahli mengatakan taktik Korea Utara itu bertujuan untuk meningkatkan daya tawarnya seiring dengan rencana mereka melakukan perundingan dengan siapa pun yang memenangkan Pilpres AS pada November.
Korea Utara memiliki sejarah panjang dalam meningkatkan tekanan terhadap saingannya Korea Selatan ketika negara tersebut tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dari AS.
Di depan parlemen pekan lalu, Kim Jong Un menyatakan bahwa Korea Utara mengabaikan tujuan lamanya yaitu unifikasi damai dengan Korea Selatan dan memerintahkan penulisan ulang konstitusi Korea Utara untuk melabeli negara tetangganya sebagai musuh asing yang paling bermusuhan. Kim Jong Un menuduh Korea Selatan bertindak sebagai antek kelas atas AS.
Kim Jong Un juga mengulangi ancaman bahwa dia akan menggunakan nuklirnya untuk memusnahkan Korea Selatan jika terprovokasi.
Pandangan lain para analis adalah Korea Utara mungkin bertujuan untuk melemahkan Korea Selatan dalam panggung regional dan pada akhirnya memaksakan hubungan langsung dengan AS untuk memperkuat status nuklirnya.