Liputan6.com, Jakarta - China dilaporkan melakukan patroli Angkatan Laut Timur (ETN) di Laut China Timur bagian selatan dan sekitar pulau Taiwan.
Pembentukan patroli ini selama beberapa tahun terakhir kemungkinan besar bertujuan untuk mengubah status pasukan kontrol lautnya dan menegaskan klaim Tiongkok.
Baca Juga
ETN mempertahankan delapan kombatan harian yang berpatroli di dekat Jepang dan Taiwan (masing-masing tiga dan lima).
Advertisement
Patroli ini memerlukan 14 persen korvet, fregat, dan kapal perusak ETN setiap hari.
Patroli Laut China Timur dilaporkan berada di dekat Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) yang diklaim Tiongkok, dan ETN diduga memulai patroli setelah pembentukan ADIZ pada bulan November 2013, dikutip dari laman the diplomat, Minggu (4/2/2024).
Selain itu, beberapa pejabat di pemerintahan Jepang percaya bahwa patroli tersebut juga terkait dengan klaim Beijing atas pulau-pulau yang disengketakan.
Pulau-pulau tersebut, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di Tiongkok, berada di bawah pemerintahan Jepang tetapi juga diklaim oleh Tiongkok.
Koordinasi yang erat antara PLAN dan Penjaga Pantai Tiongkok (CCG) juga membuat patroli ini menjadi masalah bagi Jepang, mengingat undang-undang yang berlaku di negara tersebut (bahkan dengan perubahan otoritas baru-baru ini).
Patroli ETN yang sesuai mengharuskan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF) untuk mendedikasikan 7 persen fregat dan kapal perusaknya untuk misi ini.
Mempertahankan kekuatan yang memenuhi kebutuhan operasional adalah bagian dari alasan JMSDF memodernisasi kekuatan pengawalnya.
Â
Taiwan Juga Rutinkan Aktivitas Patroli
Demikian pula dengan patroli Taiwan yang berupaya untuk memperkuat klaim kedaulatan Tiongkok atas Taiwan.
Selain itu, patroli tersebut kemungkinan besar dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan dan memaksa Taipei untuk mengerahkan sumber daya angkatan laut yang terbatas (pada hari laut dan tempo operasional) sebagai respons.
Beijing juga kemungkinan memanfaatkan peningkatan aktivitas PLAN selama latihan untuk mengirimkan pesan politik dan menghalangi keterlibatan negara lain dengan Taiwan.
Advertisement
China Akan Terus Memberikan Tekanan Militer ke Filipina
Sementara itu di sengketa terpisah, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan negaranya akan mempertahankan tekanan militer terhadap Filipina di tengah sengketa kedaulatan di Laut China Selatan.
Laporan Kantor Berita Xinhua seperti dilansir AP, Sabtu (23/12), menyebutkan bahwa dalam percakapan telepon pada Rabu (20/12/2023), dengan timpalannya dari Filipina, Enrique A. Manalo, Wang Yi memperingatkan jika Filipina salah menilai situasi, mengambil jalannya sendiri atau bahkan berkolusi dengan kekuatan eksternal yang mempunyai niat buruk untuk terus menimbulkan masalah, China akan mempertahankan haknya sesuai dengan hukum dan merespons dengan tegas.
Pernyataan Wang Yi muncul menyusul mobilisasi pasukan penjaga pantai dan milisi maritim China untuk memblokir misi pasokan Filipina dalam upaya mendukung tentara dan nelayannya.
China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, salah satu jalur perairan paling penting di dunia untuk pelayaran, membuatnya bertentangan dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei Darussalam.
Laporan Xinhua turut mengutip pernyataan Wang Yi yang menuduh Filipina telah mengubah pendirian kebijakannya sejauh ini, mengingkari janji yang telah dibuat, memprovokasi masalah di laut, dan meremehkan hak-hak sah China.
"Menyadari bahwa hubungan bilateral kini berada di persimpangan jalan dan masa depan hubungan tersebut belum diputuskan, Wang Yi mengatakan pihak Filipina harus bertindak dengan hati-hati," sebut Xinhua dalam laporannya pada Kamis (21/12).
"Daripada melanjutkan ke arah yang salah, pihak Filipina harus kembali ke jalur yang benar sesegera mungkin, dengan menangani dan mengelola situasi maritim saat ini dengan benar sebagai prioritas utama."
Tidak disebutkan secara rinci perjanjian apa yang menurut Wang Yi telah ditinggalkan oleh Filipina.
Perselisihan Menajam
Kantor Manalo menggambarkan pembicaraan dengan Wang Yi sebagai pertukaran yang jujur dan terbuka, serta mengatakan kedua pihak telah mencapai pemahaman yang lebih jelas mengenai posisi masing-masing dalam sejumlah isu.
Perselisihan wilayah semakin meningkat ketika China berupaya memperkuat klaim teritorialnya dengan menentang Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang diklaimnya sebagai provinsinya yang memisahkan diri dan tidak segan melakukan reunifikasi sekalipun dengan kekuatan militer.
Panglima militer Filipina bersama pasukannya berada di atas kapal yang mengangkut pasokan ketika kapal tersebut diledakkan dengan meriam air, dikepung dan ditabrak oleh kapal penjaga pantai China pada awal bulan ini di Laut China Selatan yang disengketakan.
Advertisement