IAEA: Iran Tidak Transparan Terkait Program Nuklirnya

IAEA menyebut bahwa Iran tidak transparan dengan program nuklirnya.

oleh Tim Global diperbarui 15 Feb 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2024, 18:35 WIB
Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI
Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, pada Selasa (13/2), memperingatkan bahwa Iran “tidak benar-benar transparan” dengan program nuklirnya, khususnya setelah seorang pejabat yang pernah memimpin program itu mengumumkan bahwa pihaknya memiliki semua potongan senjata “di tangan kami.”

Berbicara di World Governments Summit di Dubai, Grossi menyinggung pernyataan yang disampaikan Ali Akbar Salehi akhir pekan lalu. Grossi mencatat "akumulasi kerumitan" di Timur Tengah yang lebih luas, di tengah perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.

Setelah bubarnya kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia, Iran telah melakukan pengayaan nuklir sedikit di bawah level senjata. Iran telah mengumpulkan cukup uranium yang diperkaya untuk membuat beberapa senjata jika mereka mau. Namun, badan-badan intelijen AS dan pihak-pihak lain menilai bahwa Iran belum memulai program senjata.

Sebaliknya, Israel justru telah lama diyakini memiliki program senjata nuklirnya sendiri, dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (15/2/2024).

Iran "menampilkan wajah yang tidak sepenuhnya transparan dalam kegiatan nuklirnya. Tentu saja hal ini meningkatkan bahaya," kata Grossi seraya menambahkan "semakin banyak pembicaraan tentang senjata nuklir, termasuk di Iran baru-baru ini."

"Seorang pejabat tinggi Iran mengatakan, pada kenyataannya, kami memiliki segalanya. Nah, tolong beritahu saya apa yang Anda miliki," tambahnya.

Iran, sebagai penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, telah berjanji untuk mengizinkan IAEA mengunjungi fasilitas-fasilitas nuklirnya untuk memastikan bahwa programnya untuk tujuan damai.

Iran juga menyetujui pengawasan tambahan dari IAEA sebagai bagian dari perjanjian nuklir tahun 2015.

Iran Bangun Reaktor Riset Nuklir Baru di Isfahan, Jadi yang Keempat

Ilustrasi nuklir Iran
Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Iran mengumumkan pada hari Senin (05/02) pembangunan reaktor penelitian nuklir keempat di pusat Kota Isfahan, beberapa hari setelah diumumkannya pembangunan kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir baru di bagian selatan negara itu.

"Hari ini, proses pengecoran beton untuk fondasi reaktor di Isfahan dimulai," kata Mohammad Eslami, Kepala Badan Energi Atom Iran, seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah IRNA, dikutip dari DW Indonesia, Rabu (7/2/2024).

IRNA menggambarkan reaktor baru berkekuatan 10 megawatt ini sebagai "reaktor penelitian" dan mengatakan bahwa reaktor ini akan memiliki berbagai aplikasi, termasuk uji bahan bakar dan bahan nuklir serta produksi industri radioisotop dan radiofarmasi. Pusat penelitian nuklir Isfahan sebelumnya telah memiliki tiga reaktor.

Program nuklir Iran telah dikritik secara internasional, di mana para ahli di luar negeri banyak yang khawatir bahwa program ini pada akhirnya bertujuan untuk membangun senjata nuklir.

Sementara Iran mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki niat seperti itu dan program nuklirnya murni hanya untuk kepentingan sipil.

Iran telah menghadapi serangkaian sanksi dari Amerika Serikat (AS), berawal dari penarikan diri Donald Trump pada tahun 2018 dari kesepakatan internasional yang ditengahi pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.

Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Baru juga Akan Dibangun

Ilustrasi nuklir Iran.
Ilustrasi nuklir Iran. (Source: AFP/ Atta Kenare).

Pada Januari 2024, Direktur Jenderal Pengawas Nuklir Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB, Rafael Grossi, mengatakan bahwa Iran telah "membatasi" kerja sama dengan pihaknya dan menyebut situasi nuklir di Iran menimbulkan "frustrasi."

Mohammad Eslami mengatakan pada hari Kamis (01/02) pekan lalu bahwa kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir baru sedang dibangun di Sirik, di mana fasilitas itu akan memiliki kapasitas produksi listrik harian sebesar 5.000 megawatt.

"Kita harus mencapai kapasitas produksi 20.000 megawatt tenaga nuklir di negara ini pada tahun 2041," kata Eslami dalam sebuah kunjungan ke lokasi pembangunan bersama Presiden Iran Ebrahim Raisi.

Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya