Liputan6.com, Jakarta - Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Muda Shahram mengklaim kepemilikan Irani atas Antartika yang diumumkan dalam siaran televisi lokal (MEMRI TV).
"Kami mempunyai rencana untuk mengibarkan bendera kami di sana dan melakukan aktivitas militer dan ilmiah," kata komandan Iran.
Pengumuman yang disampai oleh Iran baru-baru langsung ditanggapi oleh sejumlah komunitas internasional yang menilai bahwa hal ini berbahaya, dikutip dari laman hindustantimes, Jumat (16/2/2024).
Advertisement
Klaim kepemilikan Iran atas Antartika yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan ancaman nyata terhadap Perjanjian Antartika tahun 1959, yang ditandatangani oleh dua belas negara.
Perjanjian tersebut mengakui bahwa Antartika akan digunakan secara eksklusif untuk tujuan damai dan ilmiah.
Namun, klaim Iran dianggap mampu menghancurkan keputusan penting yang pernah menghasilkan persatuan dan kerja sama internasional.
Menyusul serangan milisi yang didukung Iran yang menyebabkan pembunuhan tiga tentara Amerika Serikat di Yordania bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menanggapi kemungkinan pendirian pangkalan militer Iran di Antartika.
Fox News bahkan mempertanyakan Departemen Luar Negeri AS tentang pembongkaran aset Iran senilai US$6 miliar baru-baru ini di Qatar dan bagaimana aset tersebut dapat digunakan untuk mendirikan pangkalan militer di Kutub Selatan.
Jawaban Pihak Amerika Serikat
Seorang juru bicara menjawab dengan tegas: “Tidak”. Merujuk pada dana Iran di Qatar, mereka memastikan bahwa dana tersebut hanya dapat digunakan untuk membeli barang-barang kemanusiaan, yaitu makanan, obat-obatan, peralatan medis, dan produk pertanian.
Pencairan dana Iran oleh Joe Biden disambut dengan ketidaksetujuan karena para kritikus percaya bahwa langkah tersebut memungkinkan akses terhadap sumber daya yang mengarah pada serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Mahmoud Abbas, Presiden Otoritas Nasional Palestina, sebelumnya mengklaim bahwa Hamas didanai oleh Iran.
Advertisement
Presiden Iran Menentang Kebijakan Biden
Ebrahim Raisi, Presiden Iran juga menentang kendala yang dihadapi pemerintahan Biden, dengan menyatakan bahwa aset tersebut akan digunakan “di mana pun kita membutuhkannya”.
Hak milik Iran di Kutub Selatan telah diteliti oleh para kritikus. Citra pangkalan militer tersebut tidak hanya berpotensi melanggar Perjanjian Antartika yang dipegang teguh, namun juga meningkatkan kekhawatiran keamanan internasional.
Meskipun klaim Iran atas ambisinya di Antartika menimbulkan tantangan bagi pemerintahan Biden, klaim tersebut berupaya keras untuk mengubah geografi dunia es yang selama ini dilindungi sebagai cagar alam, sehingga memperluas ancaman berbahaya yang mendorong “tren agresi di seluruh wilayah” mereka.