Teleskop James Webb Temukan Bintang Tertua di Alam Semesta

Bintang Population III ditemukan di salah satu galaksi terjauh yang diketahui yakni GN-z11.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Mar 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2024, 03:00 WIB
Alam Semestra
Ilustrasi materi-materi di alam semesta yang dapat diukur melalui FRB (Fast Radio Burst) atau semburan radio cepat. (Pixabay/WikiImages)

Liputan6.com, Jakarta Para astronom berhasil menemukan bintang tertua di alam semesta. Keberadaan bintang generasi pertama tersebut ditemukan setelah ilmuwan melakukan pengamatan menggunakan dua instrumen inframerah-dekat Teleskop luar angkasa James Webb (JWST), Kamera Inframerah Dekat (NIRCam) dan Spektrometer Inframerah Dekat (NIRSpec).

Melansir laman Live Science, Senin (11/03/2024), bintang tertua di alam semesta tersebut diberi nama Population III. Bintang Population III ditemukan di salah satu galaksi terjauh yang diketahui yakni GN-z11.

Galaksi GN-z11 ini terbentuk 430 juta tahun setelah Big Bang. Sebagai perbandingan alam semesta saat ini berumur 13,8 miliar tahun.

Para ilmuwan dapat menghitung usia sebuah bintang berdasarkan kelimpahan unsur-unsur beratnya. Unsur-unsur berat bintang terbentuk dari bintang generasi sebelumnya dan akhirnya membentuk bintang baru.

Bintang termuda yang terbentuk selama lima atau enam miliar tahun terakhir disebut sebagai Population I. Population I memiliki kelimpahan unsur berat tertinggi.

Matahari di pusat tata surya Bima Sakti adalah bintang yang termasuk Population I. Bintang yang lebih tua mengandung lebih sedikit unsur berat dan disebut bintang Population II.

Bintang-bintang ini tinggal di wilayah tertua galaksi Bima Sakti. Namun, sejauh ini bintang-bintang Population III hanya bersifat hipotesis.

Hal ini disebabkan bintang-bintang pertama yang terbentuk, dan karena tidak ada bintang lain yang muncul sebelum mereka. Maka bintang Population III tidak mengandung unsur-unsur berat dan hanya terbuat dari hidrogen dan helium murni yang terbentuk selama Big Bang.

Bintang-bintang pertama ini juga dianggap sangat bercahaya, dengan massa setidaknya setara dengan beberapa ratus Matahari. Meskipun para astronom masih belum melihat bintang Population III secara langsung, tim astronomi yang dipimpin oleh Roberto Maiolino dari Universitas Cambridge justru mendeteksi bukti tidak langsung keberadaan bintang tersebut di galaksi GN-z11.

NIRSpec mengamati gumpalan helium terionisasi di dekat tepi GN-z11 oleh sesuatu yang menghasilkan sinar ultraviolet dalam jumlah besar. Kemudian disebut peneliti sebagai bintang Population III.

Kemungkinan besar, helium yang disaksikan merupakan material sisa dari pembentukan bintang-bintang tersebut. Sementara itu, berdasarkan pengamatan lainnya, tim astronom juga menemukan bukti adanya lubang hitam bermassa dua juta matahari di jantung GN-z11.

Lubang hitam di pusat GN-Z11 adalah lubang hitam supermasif terjauh yang ditemukan sejauh ini. Tidak hanya itu, astronom juga mengidentifikasi lubang hitam tersebut melahap sejumlah besar materi dan tumbuh dengan kecepatan yang jauh lebih cepat.

Studi tentang gumpalan helium terionisasi dan bintang Populasi III dipublikasikan di jurnal Astronomy & Astrophysics. Sedangkan studi observasi NIRCam terhadap lubang hitam dipublikasikan pada 17 Januari di jurnal Nature.

 

Bukan Satu-satunya Bintang Tertua di Alam Semesta

Ternyata bintang Population III bukan satu-satunya bintang tertua di alam semesta. Sebelumnya para astronomo meyakini Methuselah sebagai bintang tertua di jagat raya.

Bintang yang juga dikenal dengan sebutan HD 140283 ini diprediksi telah berusia 16 miliar tahun. Melansir laman yang sama, Methuselah ipercaya sebagai bintang tertua di jagat raya.

Hal ini berdasarkan rangkaian penelitian selama bertahun-tahun lamanya. Dengan perkiraan usia ini, Methuselah pun dipercaya memiliki usia yang lebih tua dari alam semesta yang diperkirakan sekitar 13,8 miliar tahun.

Para astronom menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble untuk memastikan usia Methusalah pada 2013. Pengamatan ini menghasilkan perkiraan 14,5 miliar tahun.

Usia ini ditetapkan berdasarkan kecerahan dan jaraknya dari Bumi, yaitu sekitar 190 cahaya. Methuselah adalah bintang sub raksasa, yang terlihat lebih terang daripada kebanyakan bintang lainnya.

Jenis bintang ini juga tampak lebih merah dibandingkan jenis bintang raksasa. Methusalah berwarna sedikit kemerahan dan perlahan cahayanya meredup seiring dengan perkiraan usianya yang mencapai miliaran tahun.

Bintang ini masuk dalam kategori bintang populasi 2, yang berarti lebih tua, kurang bercahaya, dan memiliki tingkat elemen berat yang rendah. Namun, bintang ini lebih dekat ke Bumi daripada kebanyakan bintang super tua.

Methuselah dapat dilihat dari Bumi dengan mengandalkan teropong. Bintang ini dapat diamati di langit malam melalui teleskop binokuler, tentunya pada lokasi yang minim tingkat polusi cahaya.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya