Kecewa Diminta Kibarkan Bendera Putih oleh Paus Fransiskus, Ukraina Panggil Utusan Vatikan

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengaku bahwa posisi Ukraina di medan perang sudah stabil pasca kemunduran baru-baru ini.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Mar 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2024, 08:00 WIB
Paus Fransiskus
Paus Fransiskus melambaikan tangan saat memimpin Doa Angelus dari jendela studionya yang menghadap Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Minggu (1/3/2020). Pemimpin umat Katolik itu untuk pertama kalinya tampil di muka publik dalam empat hari terakhir setelah tak enak badan. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Liputan6.com, Kyiv - Ukraina memanggil utusan Vatikan setelah Paus Fransiskus mengatakan negaranya harus memiliki keberanian untuk mengibarkan bendera putih melawan Rusia.

"Nuncio Apostolik Visvaldas Kulbokas diberitahu bahwa Kyiv kecewa dengan pernyataan tersebut," kata Kementerian Luar Negeri Ukraina, seperti dilansir BBC, Selasa (12/3/2024).

Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan posisi Ukraina di medan perang sudah "stabil" pasca kemunduran baru-baru ini. Hal ini terjadi meskipun bantuan dari sekutu masih sangat terbatas.

Paus Fransiskus menimbulkan kemarahan di Ukraina ketika transkrip wawancara dengan lembaga penyiaran Swiss, RSI, yang akan disiarkan minggu depan dirilis.

Menurut transkrip yang dikutip oleh kantor berita Reuters, Paus Fransiskus mengatakan, "Orang terkuat adalah orang yang melihat situasi, memikirkan rakyatnya dan memiliki keberanian mengibarkan bendera putih, serta bernegosiasi."

Bendera putih secara tradisional merupakan simbol menyerah di medan perang.

Seorang juru bicara Vatikan kemudian mengatakan Paus Fransiskus berbicara tentang menghentikan perang melalui negosiasi, bukan kapitulasi. Namun demikian, Ukraina telah mengungkapkan ketidaksenangannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Klaim Ukraina

Sinar Cahaya Terangi Makam Tentara Ukraina di Lychakiv
Foto yang diambil pada 23 Februari 2024 menunjukkan "Tembok Peringatan Korban Perang Ukraina", di pusat kota Kyiv. (Roman PILIPEY/AFP)
Volodymyr Zelenskyy Temui Joe Biden di Gedung Putih
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara dalam konferensi pers dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Ruang Timur Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 21 Desember 2022. Gedung Putih berkonsultasi dengan Zelenskyy tentang keamanan, termasuk risiko tindakan Rusia saat dia berada sebentar di luar negeri. (AP Photo/Andrew Harnik)

" ... Kepala Tahta Suci diharapkan dapat mengirimkan sinyal kepada komunitas dunia tentang perlunya segera menggabungkan kekuatan untuk memastikan kemenangan kebaikan atas kejahatan, serta menghimbau kepada pihak yang menyerang, bukan kepada korban," demikian kutipan pernyataan Kementerian Luar Negeri Ukraina.

Ukraina berupaya menghilangkan anggapan bahwa mereka akan menyerah kepada Rusia lebih dari dua tahun setelah invasi.

"Ini adalah periode konsentrasi maksimum kami, inisiatif maksimum kami untuk memastikan bahwa Ukrainalah yang menentukan akhir yang adil dari perang ini," kata Zelenskyy dalam pidato malamnya pada Senin (11/3).

"Kami bisa bertahan. Kami harus menang."

Sebelumnya pada hari yang sama, presiden mengatakan kepada stasiun televisi Prancis BFM TV bahwa Ukraina telah menghentikan kemajuan Rusia di Ukraina timur.

Klaim itu belum diverifikasi.

Zelensky juga mengatakan bahwa Ukraina sedang membangun benteng pertahanan yang membentang sepanjang 2.000 km dalam upaya menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia. Hal itu termasuk "menopang benteng yang ada dan membangun benteng baru".

Pernyataannya muncul ketika para ahli intelijen mengatakan kepada senator Amerika Serikat (AS) pada Senin bahwa momentum perang telah menguntungkan Rusia dan tanpa bantuan lebih lanjut, Ukraina kemungkinan akan kehilangan kekuatan signifikan pada tahun 2024.

"Rakyat Ukraina tidak kehabisan keberanian dan kegigihan," tutur Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns saat berbicara di depan Komite Intelijen Senat. "Mereka kehabisan amunisi, dan kita kehabisan waktu untuk membantu mereka."


Bantuan AS untuk Ukraina Macet

Volodymyr Zelenskyy Temui Joe Biden di Gedung Putih
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjalan di sepanjang barisan tiang Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 21 Desember 2022. Biden mengatakan, AS dan Ukraina akan terus memproyeksikan pertahanan bersama, karena Rusia melancarkan serangan brutal terhadap hak Ukraina untuk hidup sebagai sebuah bangsa. (AP Photo/Patrick Semansky)

AS merupakan pendukung terbesar Ukraina dalam perang melawan Rusia, namun bantuannya mandek. Kongres AS masih menemui jalan buntu untuk meloloskan rancangan undang-undang bantuan luar negeri senilai USD 95 miliar – termasuk bantuan militer senilai USD 60 miliar ke Ukraina.

Ada juga kekhawatiran bahwa pergantian presiden pada Pilpres AS 2024 akan menyebabkan dana bantuan berakhir.

Bulan lalu, menteri pertahanan Ukraina mengatakan setengah dari seluruh bantuan Barat untuk Ukraina telah tertunda, sehingga memakan korban jiwa dan wilayah.

Zelenskyy menyalahkan terlambatnya serangan balasan yang gagal tahun lalu dan hilangnya kota penting Avdiivka di wilayah timur baru-baru ini karena melemahnya pasokan senjata dari sekutu.

Infografis Ragam Tanggapan Perang Ukraina Vs Rusia Masuki Tahun Ke-3. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Perang Ukraina Vs Rusia Masuki Tahun Ke-3. (Liputan6.com/Abdillah) 
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya