19 Pencari Jamur Truffle Berharga Mahal di Suriah Tewas Terkena Ledakan Ranjau Darat ISIS

Sejumlah orang yang mencari jamur Truffle berharga mahal di Suriah dilaporkan jadi korban ledakan ranjau.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 17 Mar 2024, 10:06 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 10:06 WIB
Ilustrasi ledakan (pixabay)
Ilustrasi ledakan (pixabay)

Liputan6.com, Aleppo - Sejumlah orang yang mencari jamur di Suriah dilaporkan jadi korban ledakan ranjau.

"Setidaknya 19 orang --meningkat dari 16 orang-- yang mencari truffle di gurun utara Suriah tewas pada hari Sabtu setelah kendaraan mereka menabrak ranjau darat," kata seorang pemantau perang seperti dikutip dari AFP, Minggu (17/3/2024).

Antara bulan Februari dan April setiap tahun, ratusan warga Suriah yang miskin mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari jamur truffle di gurun luas Suriah, atau Badia – yang dikenal sebagai tempat persembunyian para militan yang juga dipenuhi ranjau.

"19 warga sipil termasuk setidaknya 12 wanita tewas dan lainnya terluka parah, ketika truk kecil mereka menabrak ranjau di daerah di mana kelompok ekstremis Daesh atau ISIS berada di Provinsi Raqqa," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Observatorium yang berbasis di Inggris itu mengatakan truk tersebut membawa lebih dari 20 warga sipil yang sedang mencari jamur truffle gurun, yang harganya mahal di negara yang dilanda perang selama 13 tahun dan krisis ekonomi yang parah.

Beberapa minggu terakhir telah terjadi ledakan ranjau yang mematikan berulang kali ketika warga Suriah berburu truffle. Pihak berwenang telah sering memperingatkan terhadap praktik berisiko tinggi ini.

Awal bulan Maret ini, orang-orang bersenjata yang diduga terkait dengan Daesh membunuh 18 orang, sebagian besar warga sipil, dalam serangan gurun terhadap sekelompok pemburu truffle, demikian yang dilaporkan Observatorium.

Sementara pada Februari, media pemerintah mengatakan ranjau darat yang ditinggalkan oleh Daesh menewaskan 14 orang yang sedang mencari truffle di gurun Raqqa.

Pada bulan Maret 2019, Daesh kehilangan wilayah terakhirnya di Suriah setelah kampanye militer yang didukung oleh koalisi pimpinan AS, namun sisa-sisa militan terus bersembunyi di gurun dan melancarkan serangan mematikan.

Mereka telah menyergap warga sipil serta pasukan pimpinan Kurdi, pasukan pemerintah Suriah dan pejuang pro-Iran, sementara juga melancarkan serangan di negara tetangga Irak.

Bus Militer di Suriah Hancur Usai Ranjau Darat Meledak, 10 Orang Tewas

Ilustrasi Ledakan
Ilustrasi Ledakan. (Pixabay/Pexels)

Sebelumnya, tujuh tentara tewas dan 10 lainnya terluka ketika sebuah ranjau darat meledak dan menghancurkan sebuah bus militer di provinsi Homs, Suriah.

Insiden ini terjadi pada siang hari, Kamis tanggal 21 Desember 2023, menurut radio Sham FM di Suriah, dikutip dari Xinhua, Kamis (21/12/2023).

Ranjau darat menghancurkan bus militer yang biasanya mengangkut tentara masuk dan keluar dari tempat kerja mereka, dekat ladang minyak T-3 dekat kota Palmyra di Homs, kata radio Sham FM.

Laporan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut namun serangan serupa sebelumnya sebagian besar dilakukan oleh sisa-sisa kelompok Negara Islam (ISIS) di wilayah gurun terpencil di timur Homs.

Bicara soal ranjau darat, maka bicara soal keselamatan. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa 2018 adalah tahun yang paling mematikan bagi anak-anak di Suriah, di mana diakibatkan oleh perang yang kini memasuki tahun kesembilan.

UNICEF, badan anak-anak dunia, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa pihaknya telah memverifikasi 1.106 kematian anak akibat pertempuran pada 2018.

Dikutip dari Al Jazeera, laporan tersebut menunjukkan korban tahunan tertinggi sejak konflik pecah di Suriah pada 2011.

Akan tetapi, hal itu memperingatkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan bahkan lebih tinggi.

"Saat ini, ada kesalahpahaman yang mengkhawatirkan bahwa konflik di Suriah akan segera berakhir, tidak," kata Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF dalam sebuah pernyataan.

"Anak-anak di beberapa bagian negara tetap dalam bahaya selama konflik yang telah berlangsung delapan tahun lamanya," lanjutnya.

Serangan di Akademi Militer Suriah Tewaskan 100 Orang Lebih

Sementara itu, lebih dari 100 orang terbunuh akibat serangan yang terjadi di akademi militer Suriah. Yang tewas tidak hanya personel militer Suriah, melainkan masyarakat sipil.

Dilaporkan The Guardian, Jumat (6/10/2023), serangan yang terjadi disebut sebagai salah satu yang paling berdarah terhadap tentara Suriah. Negara tersebut masih terus perang saudara dalam 12 tahun terakhir.

Menteri pertahanan Suriah, Ali Mahmoud Abbas, menghadiri acara kelulusan di akademi tersebut, namun ia sudah pergi beberapa menit sebelum peristiwa ledakan.

Seseorang yang melihat kondisi di TKP menyebut banyak orang yang tewas seketika.

"Setelah upacara, orang-orang pergi ke halaman dan ada ledakan. Kami tidak tahu dari mana datangnya dan mayat-mayat berserakan di tanah," ujar seorang pria Suriah yang membantu dekorasi acara.

Kementerian Pertahanan Suriah menyebut kelompok "teroris" menggunakan drones untuk menyerang akademi tersebut. Pernyataan Kemhan Suriah tidak secara spesifik menyebut kelompok mana yang dimaksud.

Kementerian pertahanan dan luar negeri Suriah bersumpah akan merespons serangan tersebut "dengan kekuatan penuh".

Berdasarkan rekaman kejadian yang diterima Reuters melalui WhatsApp, tampak sejumlah orang yang berdarah-darah, bahkan ada yang terlihat masih terbakar.

Pemerintah berkata korban meninggal ada 100 orang, tetapi Syrian Observatory of Human Rights berkata ada lebih dari 100 yang meninggal dan 125 terluka.

Suriah kini masih dikuasai oleh Bashar Al-Assad yang berkuasa sejak 2000. Pada 2011, Assad menghadapi penentangan dari kelompok oposisi, dan konflik bersenjata pun terjadi selama bertahun-tahun.

 

 

Infografis Pemerintah Suriah Ambil Alih Aleppo
Aleppo, Kota Terbesar Kedua di Suriah Diambil Alih Rezim Assad (Liputan6.com/Trieyas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya