Korea Selatan: Korea Utara Kirim 7.000 Kontainer Amunisi untuk Bantu Rusia dalam Perang Ukraina

Sebagai imbalan atas pengiriman tersebut, kata Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won Sik, Korea Utara menerima lebih dari 9.000 kontainer dari Rusia yang kemungkinan berisi bantuan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Mar 2024, 10:43 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 10:37 WIB
Kim Jong Un dan Vladimir Putin di Kosmodrom Vostochny
Pertemuan kedua pemimpin tersebut terlihat sangat akrab pada Rabu, 13 September 2023 terlihat sangat akrab. (Vladimir Smirnov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Seoul - Korea Utara mengirimkan sekitar 7.000 kontainer berisi amunisi dan peralatan militer lainnya ke Rusia sejak tahun lalu untuk mendukung negara itu dalam perang Ukraina. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) Korea Selatan Shin Won Sik pada Senin (18/3/2024), tanpa menyebutkan rentang waktu pengiriman.

Shin Won Sik menyampaikan penilaiannya beberapa jam setelah militer Korea Selatan dan Jepang mengatakan Korea Utara menembakkan sejumlah rudal balistik jarak pendek ke perairan timurnya, menambah serangkaian demonstrasi senjata di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara tetangganya.

Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah menggunakan invasi Rusia ke Ukraina sebagai distraksi untuk meningkatkan uji coba senjatanya dan juga bersekutu dengan Rusia mengenai konflik tersebut, sementara Kim Jong Un mencoba keluar dari isolasi diplomatik dan bergabung dalam front persatuan melawan Amerika Serikat (AS). Demikian seperti dilansir AP, Selasa (19/3)

Para pejabat AS dan Korea Selatan menuduh Korea Utara memasok peluru artileri, rudal, dan peralatan lainnya kepada Rusia dalam beberapa bulan terakhir dan mengatakan transfer senjata tersebut dipercepat setelah pertemuan Kim Jong Un dan Presiden Vladimir Putin pada September.

Menurut para pejabat Korea Selatan dan pakar swasta, sebagai imbalannya, Korea Utara mungkin menerima bantuan pangan dan ekonomi yang sangat dibutuhkan serta bantuan militer yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatannya. Baik Rusia maupun Korea Utara membantah adanya kesepakatan senjata antara kedua negara.

Dalam konferensi pers di Seoul, Shin Won Sik menuturkan pula bahwa militer Korea Selatan yakin Korea Utara, setelah awalnya mengandalkan kapal, kini semakin banyak menggunakan jaringan kereta api untuk mengirim pasokan senjata ke Rusia melalui perbatasan darat mereka.

Sebagai imbalan atas pengiriman beberapa juta peluru artileri dan pasokan lainnya, kata Menhan Shin Won Sik, Korea Utara menerima lebih dari 9.000 kontainer Rusia yang kemungkinan berisi bantuan. Dia tidak merinci lebih lanjut isi kontainer tersebut.

Pernyataan Shin Won Sik menimbulkan kecurigaan bahwa Rusia mungkin menyediakan bahan bakar bagi Korea Utara, yang merupakan pelanggaran terhadap sanksi Dewan Keamanan PBB yang secara ketat membatasi impor minyak dan produk minyak bumi bagi negara tersebut.

Meskipun kekurangan bahan bakar kemungkinan besar memaksa Korea Utara untuk mengurangi kegiatan pelatihan musim dingin bagi tentaranya dalam beberapa tahun terakhir, Shin Won Sik mengatakan bahwa militer Korea Selatan menilai bahwa Korea Utara memperluas latihan tersebut pada Januari dan Februari ini.

Eskalasi Ketegangan di Semenanjung Korea

Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Jelajah
Beberapa bulan terakhir, Korea Utara berulang kali melakukan uji coba rudal, hal ini semakin meningkatkan ketegangan regional. (Jung Yeon-je/AFP)

Peluncuran rudal terbaru Korea Utara pada Senin terjadi beberapa hari setelah berakhirnya latihan militer gabungan Korea Selatan-AS yang digambarkan oleh Korea Utara sebagai latihan invasi.

Shin Won Sik mengatakan Korea Utara mungkin akan meningkatkan aktivitas pengujiannya sebelum pemilu parlemen Korea Selatan pada 10 April. Presiden Yoon Suk Yeol yang berhaluan konservatif telah mengambil tindakan lebih keras dibandingkan pendahulunya yang liberal atas ambisi dan ancaman nuklir Korea Utara.

Permusuhan antar Korea yang terpecah belah akibat perang baru-baru ini semakin memburuk. Kedua negara mengambil langkah-langkah untuk melanggar perjanjian militer bilateral tahun 2018 mengenai pengurangan ketegangan perbatasan. Pada Januari, Kim Jong Un berjanji meninggalkan tujuan rekonsiliasi Korea Utara yang sudah lama ada dan menulis ulang konstitusinya untuk menyatakan Korea Selatan sebagai musuh yang paling bermusuhan.

Korea Utara-Rusia Makin Lengket

Kim Jong Un dan Vladimir Putin di Kosmodrom Vostochny
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa landasan peluncuran selama pertemuan mereka di kosmodrom Vostochny di luar kota Tsiolkovsky, sekitar 200 kilometer (125 mil) dari kota Blagoveshchensk di wilayah timur jauh Amur, Rusia, pada Rabu, 13 September 2023. (Mikhail Metzel, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Meskipun sebagian besar uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini disebut sejalan dengan tujuan yang dinyatakan untuk menambah kekuatan garis depan dengan sistem senjata baru, sebut Shin, militer Korea Selatan dan AS juga sedang mengevaluasi apakah beberapa uji coba Korea Utara ditujukan untuk memverifikasi kinerja senjata yang akan dikirim ke Rusia.

Media pemerintah Korea Utara mengatakan pada Senin bahwa Kim Jong Un mengirim pesan ucapan selamat kepada Putin atas terpilihnya kembali sebagai presiden Rusia. Sementara itu, pada Sabtu (16/3), saudara perempuan Kim Jong Un mengeluarkan pernyataan melalui media pemerintah yang mengatakan bahwa saudara laki-lakinya telah menggunakan limusin mewah pabrikan Rusia yang baru-baru ini dihadiahkan oleh Putin.

Kim Yo Jong memuji fungsi khusus mobil tersebut, dalam upaya lain untuk meningkatkan visibilitas hubungan bilateral kedua negara.

Tahun lalu, AS menyatakan Korea Utara mengirim 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia antara 7 September-1 Oktober antara Najin, Korea Utara, dan Dunay, Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya