Liputan6.com, Yogyakarta - Mengawali program awal VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station) yang bernama V-SF dan V-SFM, Indonesia Space Science Society (ISSS) berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Podomoro University dan Kampung Alien Kulon Progo menggelar pameran space food atau makanan luar angkasa di Kampung Alien Nanggulan, Sabtu (23/3/2024).
Peneliti dari Indonesia dan Amerika sudah sejak tahun lalu terlibat dalam pembuatan makanan luar angkasa ini.
“Saat ini kami baru keluarkan prototipenya,” ujar Dina Lestari, periset dari Podomoro University. Dalam prosesnya, ia berkolaborasi juga dengan Ivan Permana Putra, micologist dan periset senior IPB.
Advertisement
Baca Juga
Lantas, bagaimana bentuk space food yang layak dikonsumsi di luar angkasa?
Menurut Dina, space food pertama di Indonesia menggunakan jamur atau fungi sebagai bahan utamanya. Alasannya, jamur adalah spesies yang banyak ditemukan di Planet Bumi dan bisa berkembang biak secara cepat dan masif.
Selain itu, jamur juga tahan radiasi dan bisa menguraikan unsur hara sehingga menghidupkan lahan tandus.
Potensi jamur yang besar membuat bahan ini dikembangkan ke dalam riset makanan luar angkasa. Sejauh ini, ada tiga jenis jamur yang digunakan, yakni jamur salju, jamur kuping, dan jamur tiram.
Pengolahan jamur pun bervariasi, mulai dari camilan berbentuk bar hingga minuman kombucha.
Sementara, Direktur ISSS, Venzha Christ mengungkapkan salah satu komponen program simulasi hidup di Planet Mars yang sedang diinisiasinya adalah menghadirkan makanan yang bisa dikonsumsi di luar angkasa.
Rencananya, makanan ini akan didistribusikan untuk simulasi pelatihan hidup di Planet Mars. Venzha bercerita space food sebenarnya sudah banyak dikembangkan di berbagai negara. Salah satunya Rusia.
Ia mencoba membuat produk space food dengan cita rasa berbeda. Venzha pernah mencoba space food buatan Rusia tapi terlalu hambar, sehingga ia ingin menghadirkan cita rasa Asia.
Dalam pameran space food kali ini, Venzha Christ juga menghadirkan Prof. Gunalan Nadarajan dari University of Michigan Amerika yang merupakan salah satu penasihat program VMARS.
Pada tahun ini, Indonesia UFO Festival 2024 juga akan kembali digelar selama satu bulan penuh pada Juli 2024. Festival akan diadakan di berbagai tempat berbeda, diikuti oleh ratusan partisipan dari dalam dan luar negeri, dan dikemas dalam acara yang beragam.
Festival ini meliputi ranah astronomi, sains antariksa, SETI, UAP, ET, dan space art. Berbagai komunitas lintas disiplin juga akan berpartisipasi dan datang dari berbagai kota serta provinsi di Indonesia.
Mereka mengikuti ke berbagai acara yang akan digelar sepanjang bulan Juli, antara lain Pameran “Wayang Alien”, Workshop “Space Farming”, Pameran “Space Art”, UFO Camp, Space Sound, Indonesia UFO Day, Proyek “Space Food” pertama di Indonesia, serta “International SETI Conference” #06 2024.