Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengambil tindakan terhadap penjaga pantai Tiongkok dan kapal-kapal yang dicurigai masuk ke dalam kawasan perairannya.
Ferdinand Marcos Jr. tidak memberikan rincian tindakan yang akan diambil pemerintahnya pada minggu-minggu berikutnya, namun ia mengatakan bahwa tindakan tersebut disengaja.
Baca Juga
Quincy Kammeraad, Kiper Filipina yang Gawangnya Kebobolan 7 Kali oleh Timnas Indonesia 7 Tahun Lalu Kini Jadi Pahlawan di Piala AFF 2024
Harga Mentereng Kristensen, Pemain Filipina yang Pupuskan Asa Indonesia di Piala AFF 2024
Piala AFF 2024 Sedang Berlangsung, Tonton Live Streaming Pertandingan Timnas Indonesia VS Filipina di Sini
Bahkan, pihaknya menyebut China secara terbuka, terus-menerus, dan ilegal, koersif, agresif dan berbahaya, dikutip dari Arab News, Jumat (29/3/2024).
Advertisement
“Kami tidak ingin berkonflik dengan negara mana pun,” tulis Marcos di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
Peringatan Marcos adalah tanda terbaru dari meningkatnya perselisihan antara Tiongkok dan Filipina di perairan yang disengketakan tersebut.
Tiongkok dan Filipina, bersama dengan Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei, memiliki klaim yang tumpang tindih di jalur perairan yang kaya sumber daya tersebut.
Laut China Selatan juga menjadi lokasi untuk sebagian besar perdagangan dan transit minyak dunia.
Pejabat Tiongkok di Manila atau Beijing tidak segera menanggapi peringatan publik Marcos yang dikeluarkannya selama Pekan Suci -- salah satu periode keagamaan paling suci di negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik tersebut.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Tiongkok menuduh Filipina meningkatkan sengketa Laut Cina Selatan dengan melakukan tindakan provokatif dan menyebarkan “informasi yang salah untuk menyesatkan komunitas internasional.”
“Mereka semakin menyimpang ke jalur yang berbahaya,” kata Kolonel Senior Wu Qian, juru bicara utama Kementerian Pertahanan China, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Kamis oleh Kedutaan Besar Tiongkok di Manila.
Baik Tiongkok maupun Filipina mengatakan bahwa mereka bertindak untuk melindungi kedaulatan. Wu mengatakan bahwa Tiongkok tetap “berkomitmen untuk mengelola perbedaan maritim dengan baik,” sementara Marcos mengatakan dia telah berhubungan dengan sekutu internasional yang menawarkan bantuan kepada Filipina.
Tiongkok Beri Peringatan ke Filipina Usai Terlibat Konflik di Laut China Selatan
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Tiongkok memberi peringatan kepada Filipina bahwa Beijing akan terus menjaga kedaulatan wilayahnya.
Hal ini disampaikan oleh China sehari setelah insiden di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan, dikutip dari laman Arab News, Minggu (24/3/2024).
“Kami memperingatkan Filipina untuk berhenti membuat pernyataan apa pun yang dapat mengarah pada peningkatan konflik dan eskalasi situasi,” kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan.
Pihak Kemenhan China juga menekankan agar Filipina menghentikan semua tindakan yang melanggar dan provokatif.
“Jika Filipina berulang kali menentang kebijakan Tiongkok, maka Beijing akan terus mengambil tindakan tegas demi menjaga kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritimnya,” lanjut pernyataan itu.
Pernyataan tersebut muncul setelah penjaga pantai Tiongkok mengatakan bahwa mereka telah mengambil tindakan ke kapal-kapal Filipina di perairan yang disengketakan dekat Second Thomas Shoal.
China mengklaim tindakan Filipina “tidak bertanggung jawab dan provokatif.”
Konflik itu termasuk penggunaan meriam air terhadap kapal sipil yang disewa untuk memasok pasukan, kata satuan tugas Filipina di Laut China Selatan dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Tegaskan Akan Pertahankan Wilayahnya dari China
Sebelumnya, presiden Filipina Ferdinand Marcos Ir mengatakan kepada parlemen Australia pada Kamis (29/2) bahwa dia tidak akan membiarkan kekuatan asing mengambil alih wilayahnya.
Dikutip dari laman India Times, Manila tegas dalam mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
Australia dan Filipina memulai patroli laut dan udara gabungan pertama mereka di Laut China Selatan pada November 2023.