Mengenal Planet Pengembara, Melayang Bebas di Gelapnya Alam Semesta

Planet pengembara memang tak punya rumah. Namun, dulu planet ini memiliki rumah atau sistem tata surya sendiri.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 04 Apr 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2024, 05:00 WIB
Alam Semestra
Ilustrasi materi-materi di alam semesta yang dapat diukur melalui FRB (Fast Radio Burst) atau semburan radio cepat. (Pixabay/WikiImages)

Liputan6.com, Jakarta - Planet pengembara atau rogue planet adalah planet soliter yang melayang bebas di luasnya alam semesta tanpa mengorbit pada bintang manapun. Keberadaan planet-planet ini menarik perhatian para peneliti, bahkan hingga dijuluki sebagai "pesawat alien."

Dikutip dari laman NASA pada Rabu (03/04/2024), planet pengembara memang tak punya rumah. Namun, dulu planet ini memiliki rumah atau sistem tata surya sendiri.

Sama seperti planet lainnya, sebelum menjadi planet pengembara, planet ini pun terbentuk dalam sebuah sistem keplanetan dengan bintang induk di pusat. Namun, proses pembentukan yang penuh kekerasan pada akhirnya membuat planet kehilangan rumahnya dan mengembara di ruang antarbintang alam semesta.

Seperti planet pada umumnya, planet pengembara terbentuk dari interaksi gas dan debu yang ada dalam piringan protoplanet di sekeliling bintang muda. Partikel-partikel di piringan bertabrakan dan bergabung membentuk cikal bakal planet yang terus bertumbuh.

Sampai akhirnya terbentuklah planet yang mengitari bintang pusat. Selama proses pembentukan planet sampai sistem tersebut stabil, berdekatan atau bahkan tabrakan antara planet-planet yang baru terbentuk umum terjadi.

Ketika planet saling bertabrakan atau berpapasan sangat dekat, maka bisa saja planet hancur atau justru terlontar keluar dari sistem. Hal ini terjadi akibat gangguan gravitasi saat papasan dengan planet atau bintang lain.

Tanpa bintang yang harus dikitari, planet-planet ini akan bergerak bersama bintang lain di dalam galaksi untuk mengitari pusat galaksi. Planet pengembara bisa saja tidak selamanya mengembara di ruang antarbintang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ditangkap Gravitasi Bintang

Jika dalam pengembaraannya, planet nomaden ini bertemu dengan bintang lain dan ditangkap oleh gravitasi bintang tersebut. Maka, planet pun menemukan rumah atau sistemnya yang baru.

Namun, jika planet tidak pernah tertangkap bintang maka planet ini akan terus berkelana di ruang antarbintang. Tidak mudah untuk menemukan planet pengembara. Planet tidak memiliki cahaya sendiri.

Ketika planet ini sudah terlontar keluar dari sistem, maka planet hanya objek dingin tanpa memancarkan cahaya yang mengembara di ruang antarbintang yang gelap. Akibatnya, tidak mudah bagi astronom untuk menemukan planet pengembara.

Sampai saat ini ada 30 kandidat planet pengembara yang sudah ditemukan. Beberapa di antaranya diduga merupakan bintang katai coklat atau bintang yang gagal memicu pembakaran di dalam dirinya.

Salah satu planet pengembara yang cukup terkenal di kalangan astronom adalah OGLE-2016-BLG-1928. Planet OGLE-2016-BLG-1928 merupakan planet nomaden yang ditemukan di Galaksi Bima Sakti pada 2020.

Menariknya, planet ini memiliki ukuran hampir seperti bumi. Selain OGLE-2016-BLG-1928, SIMP J01365663+0933473 juga menjadi planet pengembara yang menarik.

Sebab planet pengembara berjarak 20 tahun cahaya dari bumi ini memiliki aurora. Keberadaan aurora pada planet ini ditemukan oleh teleskop radio bernama Very Large Array (VLA).

Dikutip dari NASA pada Rabu (03/04/2024), peneliti menemukan bahwa planet pengembara ini memiliki medan magnet yang 200 kali lebih besar dari planet Jupiter. Peneliti masih mempertanyakan, bagaimana SIMP J01365663+0933473 dapat memiliki medan magnet yang kuat.

Termasuk menampilkan keberadaan aurora yang spektakuler. Meski begitu, kemunculan aurora tanpa adanya interaksi antara sebuah planet dengan bintang masih mungkin terjadi. Di Jupiter, aurora bisa muncul karena interaksi Jupiter dengan satelit-satelit alaminya.

 


Cara Menemukan Planet Pengembara

Para ilmuwan menemukan planet pengembara dengan gravitational microlensing atau pelensaan gravitasi. Pelensaan gravitasi terbentuk saat cahaya dari objek yang sangat jauh (seperti bintang) dibelokkan oleh gaya gravitasi dari objek yang sangat besar.

Umumnya oleh galaksi, atau dalam hal ini, bisa juga sebuah planet. Ketika dibelokkan, cahaya dari objek yang sangat jauh itu diperbesar dan menjadi semakin terang.

Hal ini juga mempermudah peneliti untuk menggali informasi mengenai objek yang membelokkan cahaya tersebut, termasuk planet pengembara. Masalahnya, microlensing yang diakibatkan oleh planet pengembara berlangsung dalam waktu singkat.

Sebelum akhirnya planet tersebut kembali menghilang di tengah kegelapan. Sinyal microlensing yang didapatkan dari planet pengembara hanya berlangsung antara beberapa jam hingga beberapa hari, sebelum menghilang selamanya.

Sinyal yang singkat ini membuat planet pengembara sulit diobservasi dari bumi, meskipun menggunakan banyak teleskop. Teleskop Roman diharapkan menjadi salah satu alat yang efektif untuk mencari planet pengembara.

The Nancy Grace Roman Space Telescope merupakan sebuah teleskop luar angkasa yang memiliki jarak pandang 100 kali lebih besar dari teleskop Hubble. Direncanakan akan meluncur tahun 2025, teleskop Roman salah satunya memang diharapkan untuk mengetahui lebih jauh mengenai planet pengembara dengan memonitor terjadinya microlensing.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya