Liputan6.com, Gaza - Militer Israel mengatakan pada hari Minggu (7/4/2024), mereka mengurangi jumlah tentaranya dari Gaza Selatan dengan hanya menyisakan satu brigade di wilayah tersebut. Namun, mereka menekankan "kekuatan besar" akan tetap berada di Jalur Gaza.
"Ini adalah tahap lain dalam upaya perang," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letkol Peter Lerner kepada BBC, seperti dilansir Senin (8/4).
Penarikan pasukan ini ditafsirkan sebagai tindakan taktis, bukan sebagai tanda bahwa perang mungkin akan segera berakhir.
Advertisement
Juga pada hari Minggu, Israel dan Hamas mengatakan mereka berdua telah mengirim delegasi ke Kairo, Mesir, untuk bergabung dalam perundingan gencatan senjata yang baru.
Enam bulan telah berlalu sejak Hamas menyerang komunitas perbatasan selatan Israel pada 7 Oktober 2023, yang diklaim menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
Israel mengatakan bahwa dari 130 sandera yang masih berada di Jalur Gaza, setidaknya 34 orang tewas.
Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyatakan lebih dari 33.000 warga Palestina di Jalur Gaza telah tewas dalam serangan membabi buta Israel sejak saat itu, di mana sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Jalur Gaza kini juga berada di ambang kelaparan. LSM Oxfam melaporkan bahwa 300.000 orang yang terjebak di wilayah Gaza Utara sejak Januari hidup dengan rata-rata 245 kalori sehari.
Perang Berlanjut
Letkol Lerner mengatakan pasukan akan dirotasi karena militer telah menyelesaikan misinya di Khan Younis. Kota ini telah dibombardir Israel selama berbulan-bulan. Sebagian besar kota dan sekitarnya hancur.
"Perang belum berakhir. Perang hanya bisa berakhir ketika mereka (sandera) pulang dan ketika Hamas sudah tiada," ujar Lerner.
"Ini adalah penurunan kekuatan, namun masih ada lebih banyak operasi yang perlu dilakukan. Rafah jelas merupakan benteng pertahanan. Kita perlu membongkar kemampuan Hamas di mana pun mereka berada."
Sementara itu, juru bicara Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan penurunan kekuatan Israel di Gaza Selatan merupakan "istirahat dan perbaikan" dan "belum tentu merupakan indikasi akan adanya operasi baru".
Namun, bertentangan dengan Kirby, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant justru menegaskan pasukannya meninggalkan Gaza Selatan untuk "mempersiapkan misi lanjutan mereka".
Dia mengatakan pencapaian mereka di Khan Younis sangat mengesankan dan menambahkan bahwa Hamas tidak lagi berfungsi sebagai organisasi militer di seluruh Jalur Gaza.
Israel telah lama memperingatkan rencana serangan darat ke Kota Rafah di Gaza Selatan, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung.
Di lain sisi, tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata semakin meningkat dan AS – sekutu terdekat dan terkuat Israel – memperingatkan awal pekan ini bahwa dukungan mereka terhadap Israel dalam perang di Jalur Gaza bergantung pada langkah spesifik dan konkret untuk meningkatkan bantuan dan mencegah kematian warga sipil.
Advertisement
Tekanan terhadap Pemerintahan Netanyahu
Menandai enam bulan perang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel selangkah lagi menuju kemenangan. Sekali lagi dia menegaskan tidak akan ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera Israel.
"Pencapaian perang ini sangat besar: kami telah melenyapkan 19 dari 24 batalion Hamas, termasuk komandan seniornya," klaimnya.
Puluhan ribu warga Israel berunjuk rasa menentang Netanyahu pada hari Sabtu, menuntut kesepakatan untuk membebaskan sandera yang ditahan di Jalur Gaza. Demonstrasi anti-pemerintah juga diikuti oleh keluarga sandera.
Unjuk rasa di Tel Aviv dan kota-kota lain terjadi beberapa jam setelah IDF menemukan jenazah sandera Elad Katzir.
Penyelenggara protes menuturkan bahwa di Tel Aviv aksi dihadiri 100.000 orang, sementara hitungan lain menyebutkan sekitar 45.000 orang hadir. Demonstrasi lainnya terjadi pada Minggu malam, dengan ribuan orang melakukan protes di Yerusalem.