6 Fakta-Fakta Mengenai Bintang Katai Putih

Bintang katai putih merupakan tahap akhir evolusi bintang bermassa rendah dan menengah.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Apr 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2024, 03:00 WIB
Bintang katai putih (white dwarf star) yang ada di Konstelasi Virgo bertindak seperti 'Death Star'  dalam film Star Wars.
Bintang katai putih (white dwarf star) yang ada di Konstelasi Virgo bertindak seperti 'Death Star' dalam film Star Wars (Nature/Mark A. Garlick)

Liputan6.com, Jakarta - Bintang katai putih adalah bintang kecil, redup, dan sangat padat. Objek luar angkasa ini merupakan sisa-sisa bintang yang telah mati.

Bintang katai putih merupakan tahap akhir evolusi bintang bermassa rendah dan menengah. Objek ini terbentuk setelah bintang yang sekarat melepaskan lapisan luarnya untuk membentuk nebula planet.

Kemudian hanya inti panas bintang yang tersisa. Melansir laman Space pada Senin (08/04/2024), matahari sebagai bintang utama Bima Sakti diperkirakan akan berubah menjadi katai putih 5 miliar tahun yang akan datang.

Hal ini disebabkan matahari tidak bisa lagi menyatukan hidrogen menjadi helium di dalam inti bintang secara terus menerus. Dalam kata lain, reaksi fusi pada matahari akan berakhir dan matahari diperkirakan akan berubah menjadi bintang katai putih.

Berikut fakta-fakta mengenai bintang katai putih.

1. Benda Terpadat di Alam Semesta

Akhir kehidupan sebuah bintang bergantung pada massa ketika bintang itu dilahirkan. Bintang yang sangat masif menutup usia dengan menjelma menjadi lubang hitam atau bintang neutron.

Sementara bintang bermassa rendah atau menengah diyakini akan berubah menjadi bintang katai putih. Kebanyakan bintang katai putih yang ditemukan tersebar di alam semesta memiliki massa setara dengan matahari.

Namun ukurannya hanya sedikit lebih besar daripada planet bumi. Hal ini menjadikan katai putih sebagai benda langit dengan materi terpadat ketiga di alam semesta, setelah lubang hitam.

 

Berubah Menjadi Raksasa Merah

2. Akan Berubah Menjadi Raksasa Merah

Tahap pertama jelang evolusi bintang adalah perubahan menjadi bintang raksasa bewarna merah. Sebab, panas yang dihasilkan oleh matahari melalui fusi nuklir hidrogen menjadi helium menciptakan tekanan yang mampu mengimbangi gaya gravitasinya sendiri.

Ketika matahari telah menghabiskan semua kandungan hidrogen, maka keseimbangan ini akan terganggu. Gaya gravitasi yang lebih unggul ketika fusi nuklir terhenti akan mulai menarik dan memampatkan matahari.

Hal ini menyebabkan matahari kembali memanas, sehingga mampu mengulangi fusi nuklir dengan hanya sedikit sisa kandungan hidrogen di lapisan atmosfer bintang. Proses ini akan membuat lapisan terluar membengkak dan mengubah matahari menjadi bintang raksasa merah.

Ukurannya sangat besar bahkan melampaui lintasan orbit Bumi.

3. Nebula Planeter

Matahari sangat tidak stabil ketika menjadi raksasa merah dan akan terus kehilangan massa. Hal ini terus berlanjut dan berakhir ketika matahari menghembuskan serta melepaskan lapisan terluarnya.

Sedangkan bagian inti bintang akan tetap utuh dan menjadi katai putih. Bintang akan dikelilingi oleh selubung gas disebut nebula planeter.

Dahulu, para pengamat pertama kali menemukan nebula planeter yang terlihat mirip planet Uranus dan Neptunus. Nebula planetar menandai peralihan wujud bintang bermassa rendah dan menengah, dari raksasa merah menjadi katai putih.

4. Bintang katai putih terdekat

Bintang katai putih sulit dideteksi karena ukurannya yang sangat kecil. Para ilmuwan menggunakan sistem bintang biner (ganda) untuk menemukannya.

Katai putih pertama yang ditemukan dapat teramati karena berada dalam sistem bintang biner sebagai pendamping Sirius. Sebuah bintang yang bersinar terang di rasi bintang Canis Mayor dan terletak sejauh 8,6 tahun cahaya dari bumi.

Sepasang bintang ini kemudian diberi nama Sirius A dan B. Sirius B adalah katai putih.

 

Jawaban Usia Alam Semesta

5. Jawaban Usia Alam Semesta

Proses evolusi untuk menjadi bintang katai putih membutuhkan waktu sangat lama. Bintang katai putih dianggap sebagai bintang purba karena telah berusia antara 12 hingga 13 miliar tahun.

Para astronom dapat memperkirakan usia alam semesta setelah menemukan bintang katai putih. Seperti di gugus bintang globular Messier 4 yang dihuni oleh lebih dari 100.000 bintang,diperkirakan sekitar 40.000 di antaranya adalah bintang katai putih.

Sebab, bintang-bintang penghuni gugus ini adalah yang tertua di jagat raya, berusia hingga 13 miliar tahun. Para astronom dapat menggunakannya untuk mengonfirmasi perhitungan usia alam semesta yang diperkirakan berusia sekitar 13,5 miliar tahun.

6. Cikal Bakal Supernova

Dalam sistem bintang biner, dua bintang biasanya saling mengorbit dalam jarak yang relatif dekat. Bagi sebuah bintang yang berpasangan dengan bintang katai putih, akan mengkanibal alias menarik material dari bintang tetangganya.

Setelah mengakumulasi material secara terus menerus hingga mencapai ambang batas massa Chandrasekhar Limit. Katai putih akan meledak dalam peristiwa dahsyat supernova termonuklir tipe Ia.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya