Liputan6.com, Jakarta - Bencana ekologis merupakan salah satu konsekuensi terburuk dari aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Polusi, deforestasi, dan eksploitasi berlebihan sumber daya alam menjadi beberapa faktor utama yang mendorong terjadinya bencana ini.
Dampaknya pun tak hanya dirasakan pada masa kini, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup manusia di masa depan. Dikutip dari laman Britannica pada Rabu (24/04/2024), berikut bencana ekologis terburuk dalam sejarah akibat ulah manusia.
1. Chernobyl
Advertisement
Ledakan reaktor nuklir Nomor 4 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl melepaskan sejumlah besar bahan radioaktif ke wilayah sekitarnya pada 1986. Ledakan ini mengandung radioaktif 400 kali lebih banyak dibandingkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang pada 1945.
Baca Juga
Ledakan tersebut diakibatkan oleh eksperimen keselamatan yang bertujuan untuk menguji turbin uap dan pompa air umpan darurat jika terjadi kegagalan daya. Awalnya, digunakan pasir untuk menahan api yang dihasilkan dan mencegah reaksi nuklir tambahan, kemudian reaktor ditutup dengan sarkofagus beton.
Radiasi yang lepas ke atmosfer dibawa angin ke arah Eropa Timur dan Utara mencemari jutaan hektar hutan dan lahan pertanian. Diperkirakan 5.000 warga Uni Soviet meninggal dunia akibat kanker atau penyakit lain yang terkait radiasi Chernobyl.
Jutaan orang lainnya mengalami gangguan kesehatan yang cukup signifikan.
Â
Tumpahan Minyak Deepwater Horizon
2. Tumpahan Minyak Deepwater Horizon
Pada 2010, gelombang gas metana mengalir melalui pipa bor Deepwater Horizon. Alat pencegah ledakan dipasang untuk menghentikan kecelakaan jenis ini jika terjadi.
Namun alat pencegah ledakan gagal bekerja, sehingga gas mencapai platform tempat gas tersebut meledak dan menyebabkan rig terbakar hebat sebelum tenggelam. Peristiwa ini juga merupakan insiden tumpahan minyak laut terbesar dalam sejarah.
Setidaknya, ada 134 juta galon minyak dilepaskan di lepas pantai Louisiana sebelum ditampung hampir tiga bulan kemudian. Tumpahan tersebut membunuh satwa liar laut, merusak ekosistem, menghancurkan lapangan kerja di Pantai Teluk Mexico yang bergantung pada pariwisata.
Bencana ekologis ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan penduduk. Bahan pendispersi minyak yang digunakan dalam pembersihan juga menyebabkan kerusakan karena menembus rantai makanan.
3. Kontaminasi Asbes
Vermikulit merupakan mineral alami dengan berbagai kegunaan dalam industri bangunan dan hortikultura. Sekitar 80 persen bahan jenis ini diproduksi di Kawasan Libby, Montana, di Amerika Serikat.
Meskipun vermikulit tidak beracun, endapan pertambangan di sekitar Libby mengandung sejumlah besar aktinolit dan tremolit. Keduanya merupakan bentuk asbes yang sangat beracun.
Operasi penambangan pada 1920-an hingga 1990-an menyebabkan pelepasan asbes dalam jumlah besar. Hal ini menjadi bencana kesehatan bagi pekerja dan penduduk.
Bencana ini diperburuk dengan penggunaan vermikulit yang ditambang di jalan masuk, taman bermain, dan kebun. Perusahaan yang memimpin operasi sejak awal 1960-an diyakini telah mengetahui dampak buruk.
Kerusakan lingkungan ini juga menyebabkan ratusan orang meninggal karena mesothelioma, kanker ganas yang menyerang paru-paru, lambung, jantung, dan organ lainnya.
4. Keracunan Merkuri
Pabrik kimia Chisso melepaskan metilmerkuri ke dalam air limbah di Minamata, Jepang pada 1932 hingga 1968. Air beracun ini mencemari ikan yang dikonsumsi warga sehari-hari.
Kontaminasi ini menyebabkan masyarakat keracunan merkuri. Merkuri mengakibatkan kerusakan saraf yang kemudian disebut dengan penyakit Minamata.
Gejalanya meliputi kelemahan otot, kehilangan koordinasi, gangguan bicara, dan gangguan pendengaran. Setidaknya ada lebih dari 900 kematian disebabkan oleh penyakit Minamata.
Hampir 2.300 korban diidentifikasi mengidap penyakit Minamata, dan lebih dari 10.000 orang menerima kompensasi dari perusahaan Chisso.
(Tifani)
Advertisement