Ibu di China Nekat Culik Calon Menantu Gara-gara Lamaran Putranya Ditolak, Ini yang Terjadi Selanjutnya

Kasus tersebut dipicu oleh tradisi kuno China yang mewajarkan adopsi anak remaja untuk kemudian dinikahkan?

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 02 Mei 2024, 20:40 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2024, 20:40 WIB
Ilustrasi sedih, kecewa, patah hati, putus cinta, terluka
Ilustrasi sedih, kecewa, patah hati, putus cinta, terluka. (Image by jcomp on Freepik)

Liputan6.com, Beijing - Siapa yang tak patah hati jika lamarannya ditolak oleh sang kekasih? Namun, apa yang terjadi di China nampaknya cukup berlebihan.

Dilansir SCMP, Kamis (2/5/2024), seorang ibu di China nekat menculik seorang gadis berusia 11 tahun usai lamaran putranya yang berusia 27 tahun ditolak.

Pada Februari 2023, ibu bermarga Yang yang tinggal di Kota Qujing, Provinsi Yunnan, bertemu dengan remaja perempuan tersebut di sebuah desa di Kota Liupanshui.

Merasa yakin bahwa gadis tersebut merupakan pasangan yang cocok bagi putranya, Yang pun berencana untuk mengajaknya ke Yunnan dan menikah dengan anaknya.

Namun, usai lamarannya ditolak oleh ayah dari sang gadis, Yang dan putranya pun bersekongkol untuk menculik gadis tersebut.

Rencana penculikan tersebut pun benar-benar dilakukannya. Yang menculiknya pada 14 Februari, ketika gadis tersebut sendirian di rumahnya. Sementara itu, putra Yang membawanya ke rumah mereka di Yunnan.

Gadis itu pun berada di rumah mereka selama empat hari hingga akhirnya Yang ditangkap pada 20 Februari dan putranya menyerahkan diri empat hari kemudian.

Dijatuhi Hukuman Penjara

Ilustrasi penjara (AFP)
Ilustrasi penjara (AFP)

Pada 15 Desember 2023, Pengadilan Distrik Shuicheng di Liupanshui menghukum Yang dua tahun penjara sementara putranya tujuh bulan penjara atas dakwaan penculikan anak.

Ibu dan anak tersebut kemudian mengajukan banding, namun persidangan kedua di Liupanshui Intermediate People’s Court menghasilkan kesimpulan yang sama pada 7 Maret.

Hukumannya Dinilai Terlalu Ringan

Palu hakim
Ilustrasi palu hakim pengadilan. (Sumber Pixabay)

Menurut laporan Red Star News, kasus tersebut lantas memicu perdebatan sengit di dunia maya.

Banyak pengguna media sosial yang berkomentar bahwa hukuman yang dijatuhkan terlalu ringan.

"Tujuh bulan? Sulit dipercaya. Apakah sanksi penculikan anak saat ini sudah sedemikian rendah? Hal ini praktis mendorong kejahatan," tulis salah satu pengguna.

"Saya tidak mengerti mengapa hukuman bagi pelaku penculikan anak masih begitu ringan. Hal inilah yang menyebabkan kejahatan terus berlanjut," kata yang lain.

Tradisi Kuno China

Upacara Pernikahan Tradisional di Guiyang
Sejumlah pengantin wanita memberi hormat dalam sebuah upacara pernikahan tradisional yang diadakan di Guiyang, ibu kota Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 16 November 2020. (Xinhua/Ou Dongqu)

China memiliki tradisi kuno mengenai pengantin anak, yang dikenal sebagai tong yang xi, di mana sebuah keluarga mengadopsi seorang gadis remaja untuk membesarkannya sebagai calon istri bagi salah satu putra mereka.

Meskipun dilarang pada tahun 1950, praktik ini terus berlanjut di daerah pedesaan, yang menyebabkan banyak anak perempuan diculik.

Dalam satu kasus, Yang Niuhua, lahir pada tahun 1990 di Provinsi Guizhou di barat daya Tiongkok, dijual pada usia 5 tahun seharga 2.500 yuan atau sekitar Rp5,5 juta kepada seorang ayah.

Dia pun diejek sepanjang masa kecilnya karena menjadi pengantin anak. Kemudian, pada Juli 2023, dia akhirnya bisa membawa pelaku perdagangan manusia ke pengadilan dan menjatuhkan hukuman mati.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak
INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya