Marcos: Filipina Tidak Akan Gunakan Meriam Air untuk Balas China

Konfrontasi terakhir antara China dan Filipina terkait Laut China Selatan terjadi pada 30 April 2024.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Mei 2024, 09:06 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2024, 09:06 WIB
Kapal Garda Pantai China menghalangi penjaga pantai Filipina BRP Cabra saat kapal tersebut mencoba menuju Second Thomas Shoal di Laut China Selatan yang disengketakan pada 22 Agustus 2023. (AP)
Kapal Garda Pantai China menghalangi penjaga pantai Filipina BRP Cabra saat kapal tersebut mencoba menuju Second Thomas Shoal di Laut China Selatan yang disengketakan pada 22 Agustus 2023. (AP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Ferdinand Marcos Jr. pada Senin (6/5/2024) mengatakan Filipina tidak akan memberikan tanggapan serupa terhadap penempatan meriam air yang dilakukan China. Marcos menegaskan pula bahwa pihaknya mengesampingkan penggunaan peralatan "ofensif" dalam menegakkan kedaulatannya di Laut China Selatan yang disengketakan.

China telah mengirim ratusan penjaga pantai dan kapal lain untuk mengajukan klaimnya atas sebagian besar jalur perairan penting tersebut, meskipun pengadilan internasional memutuskan bahwa pernyataannya tidak memiliki dasar hukum.

Dalam konfrontasi terakhir pada 30 April 2024, Manila mengatakan Penjaga Pantai China merusak sebuah kapal Penjaga Pantai Filipina dan kapal pemerintah lainnya dengan meriam air bertekanan tinggi ketika kapal-kapal tersebut membawa bahan bakar, makanan, dan air untuk para nelayan Filipina di Scarborough Shoal.

"Kami tidak akan mengikuti (langkah) Penjaga Pantai China dan kapal-kapal China," kata Marcos pada hari Senin ketika ditanya apakah Manila akan mulai menggunakan meriam air di kapal penjaga pantainya sendiri untuk membalas, seperti dilansir CNA, Selasa (7/5).

"Bukan misi angkatan laut kami, penjaga pantai kami untuk memulai atau meningkatkan ketegangan … Kami tidak punya niat menyerang siapa pun dengan meriam air atau (peralatan) ofensif lainnya."

Filipina Dilindungi AS

AS dan Filipina Latihan Tembak Kapal Musuh di Laut China Selatan
Hampir 18.000 tentara telah mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki Balikatan, atau “bahu bahu” dalam bahasa Filipina. (AFP/JAM STA ROSA)

Juru bicara Penjaga Pantai Filipina mengatakan pada hari Rabu bahwa strategi Manila adalah mengungkap dan meminta kecaman internasional atas perilaku China di Laut China Selatan demi mendorong upaya terpadu menjamin kebebasan navigasi di jalur perairan strategis tersebut.

Marcos mengatakan Filipina akan terus merespons insiden Laut China Selatan melalui jalur diplomatik.

Pekan lalu, Manila memanggil utusan senior China untuk memprotes "pelecehan, penyerudukan, pengeroyokan, pembayangan dan pemblokiran, manuver berbahaya (dan) penggunaan meriam air" yang dilakukan oleh kapal-kapal Penjaga Pantai China terhadap kapal-kapal Filipina di lepas pantai Scarborough Shoal yang disengketakan.

Filipina dan Amerika Serikat (AS) memiliki perjanjian pertahanan bersama dan konfrontasi baru-baru ini antara kapal Filipina dan China telah memicu spekulasi mengenai kemungkinan AS melakukan intervensi.

Marcos mengatakan bulan lalu bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memberikan jaminan bahwa perjanjian itu akan berlaku jika ada "kekuatan asing" lain yang membunuh seorang tentara Filipina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya