Liputan6.com, Gaza - Kabar mengejutkan datang dari relawan MER-C Indonesia di Gaza. Serangan udara menyasar salah satu rumah yang berada di dekat guest house mereka di Kota Rafah di Jalur Gaza Selatan pada Jumat (17/5/2024) waktu setempat.
Semua relawan selamat dan dalam kondisi baik, akan tetapi beberapa bagian guest house mengalami kerusakan akibat guncangan, demikian dinyatakan MER-C di Jakarta pada Sabtu (18/5) seperti dikutip dari Antara.
Insiden itu disebutkan terjadi sekitar pukul 16.53 waktu Gaza, bersamaan ketika tim MER-C Pusat Jakarta sedang menghubungi salah satu relawan mereka di wilayah kantong Palestina tersebut.
Advertisement
Lembaga medis dan kemanusiaan Indonesia itu menjelaskan bahwa saat ini seluruh relawan mereka sudah dievakuasi ke guest house MER-C yang baru di daerah Almawasi.
MER-C menyebutkan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Emergency Medical Teams Coordination Cell (EMTCC) WHO di Gaza dan Kairo, serta Kementerian Luar Negeri RI terkait perkembangan kondisi yang dialami.
Melalui pernyataan, MER-C juga meminta doa seluruh rakyat Indonesia bagi keselamatan para relawan mereka.
Untuk diketahui, pasukan militer Israel menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.
Menurut otoritas Gaza, sejauh ini lebih dari 35.200 warga Palestina terbunuh, mayoritas perempuan dan anak-anak, dan 79.200 lebih lainnya terluka sejak awal agresi Israel.
Selama lebih dari tujuh bulan perang yang dilancarkan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah pemutusan akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.
12 Tim MER-C Indonesia Masih Tertahan di Rafah, Menanti Perbatasan Dibuka
Sebelumnya, organisasi sosial kemanusiaan MER-C Indonesia menyatakan bahwa upaya sembilan relawannya menuju Kairo, Mesir, setelah selesai melakukan tugas di Gaza Selatan menjadi terhambat akibat invasi darat Israel ke Rafah.
"Yang ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini adalah dengan situasi yang terjadi sejak saat 6 Mei 2024 maka kesembilan relawan MER-C yang semestinya pada saat itu keluar kembali ke Kairo karena sudah selesai melakukan tugasnya di Gaza Selatan itu menjadi terganggu terhambat. Artinya, saat tim sudah bergerak menuju ke pintu perbatasan ... kemudian kami mendapatkan informasi bahwa situasi di perbatasan menjadi sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan proses perlintasan, sehingga seluruh tim diminta kembali dan menunda proses keluar," ujar salah seorang anggota Presidium MER-C yang juga merupakan Ketua EMT MER-C Indonesia Arief Rachman dalam konferensi pers pada Rabu (15/5).
 "Itu juga berlaku untuk tim yang sedang bergerak menuju Rafah ... diminta untuk putar balik."
Lebih lanjut, Arief menuturkan bahwa hingga saat ini di Gaza Selatan masih ada tim ketiga EMT, yang terdiri dari satu dokter spesialis bedah plastik, satu dokter bedah ortopedi, satu dokter spesialis kedokteran keluarga, satu dokter umum, dan empat perawat.
"Ditambah lagi dengan tiga staf medis kami (MER-C), yang dua orang sebelumnya memang sudah berada di Jalur Gaza yang kemudian karena penyerangan di Gaza Utara ikut mengungsi ke Selatan. Jadi, total semua ada 12 orang yang masih ada di Gaza Selatan," tutur Arief.
"Di Kairo saat ini ada tim keempat yang standby. Jadi, menunggu situasi di perbatasan seandainya memang situasi membaik katakanlah terjadi gencatan senjata permanen, situasi kondusif maka kemudian teman teman di tim keempat bisa bergerak masuk ke Rafah atau kalau kemudian sampai visa habis ternyata kondisi tidak menentu maka tim keempat ini akan kembali ke Indonesia."
Tim keempat ini terdiri atas satu dokter spesialis kandungan, satu dokter spesialis bedah, satu orang dokter spesialis anestesi, satu orang dokter umum, satu dokter gigi, dan dua perawat.
"Perkembangan terbaru dari EMT yang berada di Kairo saat ini membatasi kapasitas maksimal dari kapasitas tim yang masuk, yaitu tujuh orang. Kalau yang dulu berangkat 11 orang boleh ... sekarang maksimal tujuh," ungkap Arief.
Advertisement
3 Lokasi Penugasan Tim MER-C di Gaza
Adapun di Gaza Selatan ada tiga lokasi yang menjadi tempat penugasan tim. Pertama adalah Rumah Sakit Abu Yusuf An-Najjar, di mana relawan dokter yang memiliki spesialisasi di bidang bedah dan trauma bertugas. Yang kedua di Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Hilal Al Emirati dan yang terakhir di klinik yang melayani pelayanan kesehatan dasar, imunisasi, pengobatan-pengobatan yang tidak terlalu spesifik.
"Nah, akibat dari penyerangan, Rumah Sakit Abu Yusuf An-Najjar dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Hilal Al Emirati termasuk ke dalam red zone sehingga kemudian teman-teman yang bertugas di rumah sakit ini tidak bisa bertugas di situ lagi dan hanya bisa bertugas di klinik saja yang berada di daerah yang relatif aman. Juga perlu saya sampaikan bahwa kondisi saat ini ketika kita berbicara kondisi aman, bukan hanya aman di tempat bekerja, tetapi juga bagaimana aman ketika akan pergi ke tempat bekerja," sebut anggota Presidium MER-C yang juga merupakan Ketua EMT MER-C Indonesia Arief Rachman.
"Jadi, lokasi dan juga pergerakan tim harus dilaporkan kepada EMT-CC (EMT Command Center), yang nanti akan diteruskan ke pihak-pihak yang membutuhkan agar nanti bisa dikenali bahwa pergerakan ini bukan lawan."
Terus Berkoordinasi
Diakui anggota Presidium MER-C yang juga merupakan Ketua EMT MER-C Indonesia Arief Rachman, saat ini pihaknya mempertimbangkan untuk memindahkan posisi penginapan relawan ke tempat yang lebih aman mengingat saat ini penginapan mereka berada agak dekat ke Rafah timur, yang menjadi sasaran serangan Israel.
"Dalam hal ini kami, MER-C terus berkoordinasi baik dengan EMT-CC, WHO, dan pihak lainnya melalui advisor kami agar kami bisa mendapatkan informasi segera yang mana informasi itu bisa kami teruskan untuk menjamin keselamatan teman-teman relawan kami yang bertugas di lapangan dan kami bisa teruskan ke keluarga agar mereka bisa memahami apa yang terjadi dengan anggota keluarga mereka di Gaza Selatan," ungkap Arief.
"Tentunya, kami berharap agar upaya negosiasi bisa segera tercapai dan perbatasan terbuka, sehingga kemudian relawan bisa ke tanah air. Apabila itu tercapai maka MER-C akan memfasilitasi proses pemulangan relawan yang sudah bertugas agar mereka bisa segera sampai kembali ke tanah air. Sekali lagi, perkembangan dan situasi yang terjadi, yang mungkin akan sangat terjadi sangat cepat ini akan kami sampaikan ke keluarga dan pihak lainnya agar kemudian informasinya menjadi jelas tidak menimbulkan praduga, sehingga kemudian menjadi bola liar yang membuat situasi tidak terkontrol."
Advertisement