AS Usulkan Klasifikasi Ulang Ganja Sebagai Obat yang Tak Terlalu Berbahaya

Pemerintahan AS yang dipimpin Presiden Joe Biden menyarankan penggolongan ulang ganja agar terdaftar pada tingkat yang sama dengan ketamin, bukan dengan obat-obatan seperti heroin atau LSD.

oleh Fitria Putri Jalinda diperbarui 25 Mei 2024, 12:05 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2024, 12:05 WIB
ilustrasi ganja
(pixabay)

Liputan6.com, New York - Pemerintah Amerika Serikat mengusulkan perubahan aturan untuk menggolongkan ulang ganja sebagai obat yang tak terlalu berbahaya.

Langkah bersejarah ini akan mengakui penggunaan medisnya di AS dan mengakui bahwa ganja memiliki potensi penyalahgunaan yang lebih rendah dibandingkan obat lain.

Jaksa Agung AS mengajukan proposal pada hari Kamis untuk memindahkannya dari obat golongan I menjadi obat golongan III di bawah Undang-Undang Zat Terlarang AS atau US Controlled Substances Act (CSA), mengutip dari euronews, Sabtu (22/5/2024). 

Obat golongan I adalah obat "tanpa penggunaan medis yang diterima saat ini dan potensi penyalahgunaan yang tinggi" seperti heroin dan LSD, sementara obat golongan III adalah obat "dengan potensi ketergantungan sedang hingga rendah" yang mencakup ketamin dan steroid.

Perubahan ini memerlukan Badan Penegakan Obat-obatan AS untuk mempertimbangkan pandangan publik tentang proposal tersebut.

Pendekatan yang Gagal terhadap Ganja 

"Ini monumental," ujar Presiden Amerika Serikat,  Joe Biden dalam pernyataan video, menyebutnya sebagai langkah penting menuju pembalikan ketidakadilan yang telah berlangsung lama.

"Terlalu banyak kehidupan yang terganggu karena pendekatan yang gagal terhadap ganja, dan saya berkomitmen untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Anda punya kata-kata saya untuk itu," tambahnya.

Langkah ini bisa membantu presiden menarik pemilih muda selama tahun pemilihan.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa AS tidak seharusnya mengubah kebijakan terhadap ganja, dengan mengatakan bahwa perubahan penggolongan tidak diperlukan dan dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya.

Kebijakan obat pemerintah telah tertinggal dibandingkan banyak negara bagian di AS dalam beberapa tahun terakhir, dengan 38 negara bagian telah melegalkan ganja medis dan 24 negara bagian melegalkan penggunaannya untuk rekreasi.

Hal ini telah membantu memacu pertumbuhan pesat dalam industri ganja, dengan perkiraan nilai hampir $30 miliar atau sekitar Rp480 triliun. 

Ganja Sebagian Besar Ilegal di Eropa

ilustrasi ganja
Ilustrasi ganja.  (pixabay)

Meskipun ganja medis telah menjadi lebih tersedia di Eropa, ganja tetap ilegal di sebagian besar negara UE tersebut untuk penggunaan pribadi.

Jerman sebagian melegalkan kepemilikan ganja pada tahun ini. Kepemilikan publik sebanyak 25 gram ganja telah didekriminalisasi, dan masyarakat sekarang diizinkan memiliki hingga 50 gram ganja di rumah dan menanam tiga tanaman.

Mulai Juli, undang-undang memungkinkan pembentukan klub ganja non-komersial dengan batasan 500 anggota yang akan memiliki akses ke jumlah tertentu dari obat tersebut.

Masih ada larangan merokok ganja di area tertentu dan zona pejalan kaki. Beberapa negara UE, seperti Portugal, Luksemburg, dan Malta, juga telah mendekriminalisasi obat tersebut, sementara ada beberapa program percontohan untuk ganja medis yang sedang berlangsung di blok tersebut. ​

Apa itu Ganja Medis?

Ilustrasi Ganja
Ilustrasi ganja. (dok. Unsplash.com/@mrbrodeur)

Melansir WebMd, ganja medis adalah penggunaan tanaman ganja atau bahan kimia di dalamnya untuk mengobati penyakit atau kondisi. Ganja mengacu pada tanaman Cannabis sativa. Pada dasarnya, ganja medis adalah produk yang sama dengan ganja rekreasi, tetapi diambil untuk tujuan medis.

Tanaman ganja mengandung lebih dari 100 bahan kimia berbeda yang disebut cannabinoids. Masing-masing memiliki efek yang berbeda pada tubuh. Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD) adalah bahan kimia utama dalam ganja yang digunakan dalam pengobatan.

Komponen THC adalah kandungan yang memberi sensasi "high" atau teler,yang sejalan dengan konsumsi ganja. Tapi, komponen CBD memiliki sedikit atau tidak ada THC. Ini membuat CBD dinilai memiliki sedikit sifat memabukkan.

 

Penggunaan Ganja Medis dalam Kesehatan

Ilustrasi Ganja
Ilustrasi ganja. (dok. Unsplash.com/@exxteban)

Melansir Healthline, ganja medis digunakan untuk meredakan gejala, bukan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Penggunaan ganja medis dapat meringankan gejala tertentu, membuat seseorang merasa lebih baik, dan meningkatkan kualitas hidup.

Ketika THC memasuki tubuh, ia menempel dan merangsang reseptor cannabinoid di otak. Stimulasi reseptor ini mempengaruhi tubuh dengan berbagai cara. Di antara efeknya adalah mengurangi rasa sakit dan peradangan, nafsu makan meningkat, mual, dan insomnia.

Bahan kimia lain dalam ganja yang memiliki efek kesehatan yang menguntungkan adalah CBD. Bahan kimia ini bersifat psikoaktif, namun tidak merusak dan non-euforia, artinya tidak menghasilkan "high" seperti yang dilakukan THC.

Infografis Negara-Negara Pendukung Produk Ganja untuk Pengobatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Negara-Negara Pendukung Produk Ganja untuk Pengobatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya