Liputan6.com, Doha - Rusia mengembalikan enam orang anak ke keluarga asalnya yang terlantar akibat konflik di Ukraina.
Keenam orang anak ini kembali ke pihak keluarga setelah pihak Rusia dan Ukraina melakukan kesepakatan yang ditengahi oleh Qatar. Demikian laporan dari kantor berita TASS.
Baca Juga
Ukraina yakin Rusia telah mengambil lebih dari 19.000 anak-anaknya secara ilegal sejak dimulainya serangan pada tahun 2022, dan kurang dari 400 di antaranya telah dikembalikan.
Advertisement
Dikutip dari laman Arab News, Kamis (23/5/2025) anak-anak tersebut -- yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki berusia enam hingga 17 tahun -- dipertemukan kembali dengan keluarga mereka di sebuah acara di kedutaan Qatar di Moskow.
Acara tersebut dihadiri oleh duta besar Qatar serta pejabat yang mewakili komisaris hak anak Rusia Maria Lvova-Belova, kata TASS.
Lvova-Belova saat ini dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional karena mendeportasi anak-anak dari Ukraina ke Rusia secara tidak sah. Namun, tuduhan ini dibantah oleh Kremlin.
Sejak Juli 2023, Qatar telah membantu memulangkan puluhan anak-anak yang dibawa ke Rusia dan wilayah pendudukan selama konflik yang sudah berlangsung selama dua tahun tersebut.
Pernah Kembalikan 4 Orang Anak
Pada Desember 2023, Rusia setuju mengembalikan empat anak Ukraina ke keluarga mereka. Langkah itu merupakan bagian dari kesepakatan yang ditengahi oleh Qatar.
Anak paling kecil disebut berusia dua tahun dan yang paling besar berusia 17 tahun.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada Maret 2023 telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Vladimir Putin dan Komisaris Hak-hak Anak Rusia Maria Lvova-Belova atas tuduhan melakukan deportasi yang melanggar hukum terhadap anak-anak Ukraina.
Rusia bersikeras bahwa motif mereka murni kemanusiaan. Mereka mengklaim bahwa ratusan ribu anak-anak Ukraina dievakuasi untuk melindungi mereka dari bahaya.
"Kembalinya keempat anak tersebut akan menguji skema yang ditengahi oleh Qatar setelah mereka memimpin pembicaraan dengan Moskow dan Kyiv," ungkap seorang diplomat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas isu ini, seperti dilansir BBC.
"Diharapkan repatriasi lebih lanjut akan dilakukan jika repatriasi pertama berhasil."Â
Advertisement
Rusifikasi
Mengeluarkan anak-anak tersebut dari Rusia disebut tidaklah mudah. Setidaknya dalam satu kasus, seorang anak harus melakukan perjalanan pulang melalui Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia.
Salah satu dari empat anak yang akan dikembalikan, berusia tujuh tahun, bertemu kembali dengan neneknya pada Jumat (13/10) dan tiba di Ukraina pada Senin (16/10).
Tiga anak lainnya, yang juga berkumpul kembali dengan keluarga mereka, diperkirakan tiba di Ukraina pada Senin atau Selasa (17/10) malam.
Mereka termasuk di antara ribuan anak-anak Ukraina yang menurut Kyiv dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka, dibawa melintasi perbatasan ke Rusia, dan menghadapi upaya aktif untuk menghilangkan identitas Ukraina mereka.
BBCÂ menyebutkan dalam laporannya bahwa mereka menemukan anak-anak Ukraina di Rusia sering kali diberi tahu bahwa tidak ada tempat untuk kembali ke negara mereka dan pada tingkat yang berbeda-beda, dikenai pendidikan "patriotik" Rusia.
Dalam beberapa kasus, keluarga-keluarga Ukraina terpaksa melakukan perjalanan yang sangat melelahkan ke Rusia untuk mendapatkan kembali anak-anak mereka.
Diperkirakan sejauh ini hanya sekitar 400 anak-anak Ukraina yang telah kembali sebelum Qatar menjadi perantara kepulangan keempat anak tersebut.
"Mereka ingin memisahkan anak-anak dari keluarga kandungnya, melakukan Rusifikasi terhadap anak-anak tersebut, menyembunyikan anak-anak tersebut dan memindahkan mereka ke kelompok etnis lain," ungkap penasihat presiden Ukraina untuk hak-hak dan rehabilitasi anak-anak Daria Gerasymchuk.
Rusifikasi adalah proses asimilasi budaya dimana komunitas non-Rusia, entah secara sukarela atau tidak, menghimpun budaya dan bahasa mereka sejalan dengan yang ada di Rusia.