Hati-hati Konsumsi Makanan Cepat Saji Bisa Meningkatkan Risiko Stroke dan Demensia, Ini Penjelasannya

Penelitian ini telah dilakukan selama 11 tahun dan kesimpulannya adalah efek berbahaya dari makanan ultra proses bukan hanya dari kandungan kalorinya yang tinggi, tapi cara pembuatannya juga. Berikut ini penjelasannya.

oleh Santi Rahayu diperbarui 25 Mei 2024, 21:26 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2024, 21:26 WIB
Makanan Cepat Saji
Meskipun fast food memiliki cita rasa yang nikmat, sebaiknya Sahabat Fimela menghindarinya karena memiliki kandungan kolesterol yang cukup tinggi.(Foto:Freepik/freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Apakah pola makan Anda didominasi oleh makanan ultra proses seperti makanan siap saji dan berbagai jenis keripik-keripik?

Jika iya, Anda mungkin memiliki risiko tinggi untuk terkena stroke dan demensia. Berdasarkan data dari penelitian terbaru.

Dilansir dari Wion, Sabtu (25/5/2024), penelitian berskala besar yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, menemukan bahwa orang dewasa paruh baya yang sering mengonsumsi makanan yang diproduksi secara massal seperti minuman bersoda, burger, kue, dan makanan manis lebih mungkin mengalami masalah memori.

Apa yang Membuat Makanan Ultra Proses Berbahaya? 

Penelitian yang dilakukan selama 11 tahun ini menyimpulkan bahwa efek berbahaya dari makanan ultra proses berasal dari proses pembuatannya, bukan hanya dari kandungan kalorinya yang memang tinggi.

Penelitian ini menunjukan bahwa zat aditif dalam makanan ini dapat menganggu peran dari bakteri usus, menyebabkan peradangan yang memiliki hubungan dengan penyakit kronis.

Studi ini meneliti data dari lebih dari 30.000 orang dewasa berusia 45 tahun ke atas, yang dipantau selama 11 tahun. 

Sebagai bagian dari penelitian, mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang pola makan mereka dan akan dikategorikan ke dalam empat kelompok berdasarkan makanan olahan yang mereka konsumsi.

Kelompok-kelompok ini terdiri dari orang-orang yang paling banyak makan makanan olahan ke orang-orang yang paling sedikit mengonsumsinya.

 

Temuan Penelitian

Ilustrasi pasien stroke.
Ilustrasi pasien stroke. Foto oleh Kampus Production dari Pexels

Di akhir penelitian, sekitar 1.108 peserta telah menderita stroke, dan 768 telah didiagnosis memiliki gangguan kognitif yang merupakan tanda awal demensia.

Risiko demensia ditemukan 16% lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi makanan ultra proses dalam jumlah yang lebih banyak dari orang lainnya.Selain itu, risiko stroke juga meningkat sebanyak 8% dengan meningkatkannya konsumsi makanan ini, terlepas dari asupan kalori harian mereka secara keseluruhan.

Hasil ini disesuaikan dengan faktor risiko demensia dan stroke lainnya, termasuk usia, jenis kelamin, dan tekanan darah tinggi.

Bahaya Makanan Olahan

Dr William Taylor Kimberly, penulis utama studi ini, mengatakan, "Kami menemukan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra-proses dikaitkan dengan risiko stroke dan gangguan kognitif yang lebih tinggi."

"Temuan kami menunjukkan bahwa tingkat pengolahan makanan memainkan peran penting dalam kesehatan otak secara keseluruhan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini dan untuk lebih memahami komponen makanan atau pengolahan mana yang paling berkontribusi terhadap efek ini," tambah Kimberly.

Hasil penelitian ini berkontribusi pada semakin banyaknya bukti yang mengaitkan makanan ultra-proses dengan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, kanker, depresi, dan diabetes.

Waspada, Konsumsi Makanan Ultra Proses Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Anda

7 Faktor Pengganggu Kesehatan Mental Seorang Karyawan
Bila selama bekerja Anda kerap merasa stres, berisiko mengalami penyakit mental seperti depresi dan cemas berlebihan.

Selain memengaruhi kesehatan fisik hingga membuat stroke, percaya tidak? makanan Ultra Proses juga berbahaya untuk kesehatan mental anda.

Klasifikasi NOVA (yang mengelompokkan makanan menurut sifat, luas dan tujuan industri pengolahan yang dijalaninya) mengkategorikan makanan berdasarkan luas dan tujuan pengolahan industri menjadi empat kategori, dari yang paling sedikit diproses hingga yang paling banyak diproses.

Kelompok satu mencakup makanan yang tidak diolah atau diproses secara minimal, seperti buah-buahan dan sayuran segar, beku, atau kering, biji-bijian, kacang-kacangan, potongan daging dan ikan utuh, telur, susu, dan yogurt alami.

Makanan-makanan ini diubah melalui proses yang dirancang untuk mengawetkan makanan alami, membuatnya cocok untuk disimpan, atau membuatnya aman atau dapat dimakan atau lebih enak untuk dikonsumsi.

Melansir dari MedicalNewsToday, Rabu (4/10/2023), makanan ultra proses termasuk dalam kelompok empat, dan dijelaskan oleh NOVA sebagai “formulasi industri yang biasanya terdiri dari lima bahan atau lebih dan biasanya banyak bahan, yang seringkali mencakup bahan-bahan yang juga digunakan dalam makanan olahan, seperti gula, minyak, lemak, garam, antioksidan, penstabil dan pengawet.”

Hubungan Antara Makanan Ultra Proses dan Kesehatan Mental

Ilustrasi penyakit mental (pexels)
Ilustrasi penyakit mental (pexels)

Di tengah aktivitas yang padat serta keinginan untuk mengonsumsi makanan yang instan dan mudah didapatkankan, konsumsi makanan ultra proses saat ini memang cukup meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir.

Bahkan, sebuah penelitian pada tahun 2022 menemukan bahwa makanan ultra proses menyumbang hampir 60% dari pola makan kebanyakan orang dewasa di Amerika Serikat.

Kini, sebuah penelitian skala besar di Australia menemukan bahwa orang yang mengonsumsi makanan ultra proses dalam jumlah besar memiliki risiko depresi yang jauh lebih besar dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit makanan olahan. Studi ini dipublikasikan di Journal of Affective Disorders.

Penelitian terbaru di Australia ini mengamati data selama 15 tahun dari lebih dari 23.000 orang di Melbourne Collaborative Cohort Study, sebuah survei yang mengamati pengaruh pola makan dan gaya hidup terhadap risiko penyakit kronis. Pada awalnya, tidak ada peserta yang mengonsumsi obat untuk depresi atau kecemasan.

Para peneliti lalu membagi kelompok menjadi beberapa kuartil berdasarkan proporsi asupan energi mereka yang berasal dari makanan ultra proses. Bagi mereka yang berada di kuartil tertinggi, 37,1% dari total makanan mereka berasal dari makanan ultra-proses, yang menyediakan hampir separuh dari seluruh asupan energi mereka.

Mereka yang berada pada kuartil terendah makan rata-rata 15,9% berdasarkan massa (30,8% berdasarkan energi).

Setelah menyesuaikan karakteristik sosiodemografi, gaya hidup, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, para peneliti menemukan bahwa mereka yang berada di kuartil tertinggi untuk konsumsi makanan ultra proses memiliki kemungkinan 23% lebih besar untuk menunjukkan “peningkatan tekanan psikologis,” yang merupakan penanda depresi.

Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental
Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya