Liputan6.com, Vilnius - Gitanas Nauseda meraih masa jabatan lima tahun kedua sebagai presiden Lithuania dengan kemenangan telak atas Perdana Menteri Ingrida Simonyte.
Angka awal yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum Pusat Lithuania menunjukkan bahwa Nauseda memenangkan 74,5 persen suara dan Simonyte 24,1 persen.
Baca Juga
Nauseda yang berusia 60 tahun adalah seorang konservatif moderat dan merupakan pendukung kuat Ukraina, sebuah posisi yang dimiliki oleh sebagian besar spektrum politik. Selama masa jabatannya, Lithuania juga memberikan perlindungan kepada banyak orang yang melarikan diri dari tindakan keras otoriter di negara tetangganya, Belarus, dan meningkatnya penindasan di Rusia.
Advertisement
"Kemerdekaan dan kebebasan Lithuania ibarat kapal rapuh yang harus kita hargai, lindungi, dan cegah agar tidak retak," kata Nauseda pada Minggu (26/5/2024) malam setelah surat suara dihitung, lapor Baltic News Service seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (28/5).
Berbicara mengenai sekutu negara-negara Baltik seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, Polandia, dan negara-negara lain, dia menambahkan, "Kami memiliki posisi yang sangat mirip mengenai isu-isu mendasar, seperti dukungan terhadap Ukraina, sikap terhadap ancaman Rusia."
Nauseda, mantan bankir, memasuki dunia politik setelah sukses mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2019. Dia dan Simonyte memenangkan putaran pertama, namun gagal mengumpulkan 50 persen suara yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan secara langsung.
Pemilu ini diadakan pada saat kemajuan Rusia di Ukraina memicu kekhawatiran yang lebih besar mengenai niat Moskow, khususnya di wilayah Baltik yang penting dan strategis.
Lithuania berada di utara Polandia dan di selatan dua negara Baltik lainnya, Latvia dan Estonia. Lithuania memisahkan Belarus, sekutu Rusia, dari Kaliningrad, sebuah eksklave Rusia yang sangat termiliterisasi di Laut Baltik yang terpisah dari daratan Rusia.
Tugas utama presiden dalam sistem politik Lithuania yang merupakan anggota NATO adalah mengawasi kebijakan luar negeri dan pertahanan, serta bertindak sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.
Â
Mengakui Kekalahan dan Kembali Bertugas Sebagai PM
Sebelum penghitungan suara pada Minggu malam, Simonyte mengakui kekalahan dan memberi selamat kepada lawannya.
Baik Nauseda yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen, maupun Simonyte yang menjadi perdana menteri pada tahun 2020, menyuarakan dukungan terhadap Ukraina. Pasangan ini juga bersaing satu sama lain dalam pilpres pada tahun 2019, ketika Nauseda menang dengan 66 persen suara.
Nauseda akan dilantik untuk masa jabatan lima tahun baru pada bulan Juli. Sementara itu, Simonyte pada hari Senin mengatakan dia akan kembali bertugas sebagai perdana menteri Lithuania, negara berpenduduk hampir 3 juta orang.
Advertisement